Minggu, 30 Mei 2010

Ocarina

A song of ocarina near Montego Bay
Played in the moonlight reggae A big pipe reggae,
as implora for Girl from Key Biscayne
Amara de Hotel La Luna,
ocarina burning in Bonecas de Plata


30/05/10 14.14

Mencoba untuk sekedar menuliskan kembali dalam bentuk yang berbeda, judul-judul lagu dalam album Ocarina. Album instrumental yang dirilis pada 1991 dan dimainkan dengan apik oleh musisi Perancis, Diego Modena dan Jean-Phillipe Audin.


Cover Album (kaset) Ocarina

Saya tidak ingat pasti kapan saya punya albumnya. Kalau tidak salah, album ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1995-1996. Setelah saya dan Bapak saya menonton video klipnya di SCTV, Bapak saya segera membeli album ini. Apalagi, adik saya sangat suka dengan lagu Ocarina. Waktu itu, saya masih SD tetapi saya sudah bisa menikmati album ini.

Alunan melodi yang khas dari alat musik yang digunakan (ocarina, flute) membuat album ini cocok untuk didengarkan saat rileks. Pada cover kasetnya (versi Indonesia) terdapat tulisan "The Music for Distinguished People". Hal ini sempat menjadi perenungan, apakah dengan mendengarkan musik instrumental telah menjadikan saya sebagai orang yang "berbeda". Berbeda disini adalah dalam batas pengertian selera, karena tidak semua orang menyukai hal yang demikian.

Bagi saya, pengalaman dengan album ini adalah sama rasanya dengan menikmati album David Foster, "A Touch of David Foster (1992)". Saya merasakan perbedaan yang sangat dengan teman-teman ataupun anak-anak SD seusia saya. Saya terbiasa dengan musik-musik orang dewasa (kalau boleh menyebutnya seperti itu) dan saya pun mulai menyukainya, terutama setelah Peter Cetera ikut menyanyikan OST Karate Kids 2, film favorit saya. Thanks to my father and his audio devices especially his self-made amplifier.

Semasa SMP, sekitar tahun 2000-an saya rutin mendengarkan album ini. Dalam menjalani masa-masa penuh gejolak perasaan labil khas anak SMP, lagu-lagu dalam album ini cukup memberikan suatu perasaan yang menenangkan dan meneduhkan. Tak jarang lagu ini menjadi pengantar tidur siang. Yang paling menyenangkan adalah ketika saya mulai bisa memainkan suling rekorder. Selain lagu Menghitung Hari (Krisdayanti) yang selalu jadi lagu "kojo" untuk pamer dan unjuk kebolehan, saya pun mulai mengulik nada-nada lagu Implora di suling rekorder. Lumayan, bertambah satu lagi koleksi daftar lagu yang bisa saya mainkan dengan suling rekorder cap garputala.

Tetapi, saya hanya bisa memainkan lagu Implora itu sebagai lagu sunyi. Tidak ada satu orang teman pun yang tahu mengenai lagu yang saya mainkan. Ketika itu, ingatan tentang cover kaset kembali menyeruak. Dengan egoisnya, saya berkata dalam hati, "They dont know this beautiful song, not because the doesnt want to know, but i'm the distinguished ones.!"

Sekarang, disaat Google mampu menjadi Tuhan kedua di Internet (tergantung anda menempatkannya setelah Facebook atau tidak) ditambah dengan rusaknya cassette player, dan semakin murahnya mp3 player buatan China, membuat saya memiliki akses tidak terbatas dengan melodi-melodi kenangan dari Ocarina, terutama Hotel La Luna. Thanks God, it's 4shared. Que sera sera. Voila. Hanya dengan akses download, kini saya bisa mengulang untuk merasakan kembali apa terjadi pada masa itu. Tidak hanya itu saja, sekarang saya akan lihat apakah tulisan "The Music for Distinguished People" itu masih berlaku atau tidak.


Detail Album



Title
: Ocarina
Year : 1991
Artists : Diego Modena, Jean-Phillipe Audin
Producer : Paul de Senneville
Label : Delphine Records


Website
: http://www.delphine-artists.co.uk/ocarina.htm
http://www.delphine-artists.co.uk/diego_modena.htm





Paninggilan, 30 Mei 2010. 16. 34


Selasa, 25 Mei 2010

My First Asian Movies

Examination 1977 (高考1977)


maka benarlah ketika Muhammad SAW berseru “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”



Cover Film


Ujian Masuk Perguruan Tinggi di China (Semacam SPMB atau UMPTN) dikenal sebagai Gaokao adalah suatu tes yang paling kompetitif bagi seluruh pelajar. Gaokao dinilai sebagai suatu hal yang telah merubah nasib kaum pelajar yang ingin meneruskan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini terjadi lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1977, dimana China memutuskan untuk membuka kembali sistem ujian masuk Gaokao setelah 10 tahun lamanya mengalami Cultural Revolution (Revolusi Budaya).

Berdasarkan catatan, lebih dari 5,7 juta rakyat China berusia 15 sampai 36 tahun mengikuti Gaokao pada tahun itu. Kelak, Gaokao 1977 akan mengubah kehidupan mereka (peserta ujian) dengan pencapaian yang mengagumkan di banyak bidang.

China memiliki banyak acara TV atau juga film yang bercerita tentang kelompok pelajar yang terbuang (atau sengaja dibuang, untuk kerja paksa ataupun proyek padat karya) oleh pemerintah pada kurun waktu 1960-1970an. Tetapi, tidak satu pun yang membawa masyarakat China lebih dekat pada kenyataan yang mereka alami. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu keresahan terutama pada anggota masyarakat yang turut mengikuti ujian tahun 1977 itu karena barangkali ada fakta-fakta yang kini baru terkuak dan mungkin saja dulu sempat ditutupi oleh Pemerintah China sendiri. Teknik bercerita (storytelling) yang mengambil perspektif realistis dan sangat individual memberikan kontribusi yang besar dalam kesuksesan film mainstream seperti ini.

Cerita dimulai dengan datangnya berita tentang akan dibukanya kembali Ujian Negara (Gaokao) dimana telah menimbulkan dan memicu ketegangan diantara kelompok pelajar (yang terbuang) yang berasal dari beberapa daerah seperti Beijing dan Shanghai. Mereka ditugaskan untuk bekerja pada ladang perkebunan di Provinsi Heilongjiang selama 8 tahun. Beberapa diantara mereka ada yang telah menikah dengan penduduk lokal, dan ada juga yang kehilangan hidupnya karena menghabiskan waktu mudanya di tanah yang begitu asing sementara beberapa orang lainnya begitu ambisius dan berusaha keras untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.

Peta Lokasi Provinsi Heilongjiang


Persahabatan yang kuat, cinta dan kebencian antara anak dan orang tua dengan latar belakang politik kontra revolusi, benturan ideologi antara pekerja dan otoritas perkebunan, pilihan yang sulit antara cinta dan kesetiaan, adalah elemen-elemen lain yang disajikan dalam film ini. Pesan lain yang ingin disampaikan melalui film ini adalah bahwa bukan hanya usaha pribadi semata untuk mengubah kehidupannya melalui pendidikan tetapi juga peran Pemerintah ikut mencerminkan penghargaan bangsa terhadap pendidikan dan keinginan kuat untuk memperoleh pengetahuan setelah periode yang chaotic selama satu dekade terakhir. Walaupun menampilkan periode sejarah yang traumatis, film ini cenderung memberikan inspirasi, dorongan serta membangkitkan semangat seiring dengan berakhirnya konflik dan elemen-elemen kemanusiaan yang muncul dari karakter pemain film ini cukup bisa dinikmati.

Poster Film

Dengan menyandang nama sebagai film epik rakyat, Examination 1977 merupakan film drama yang sentimental dan telah menghasilkan pendapatan kurang lebih lima juta yuan dalam empat hari pertama penayangannya sejak 3 April 2009 di seluruh China. Film ini diproduksi oleh Shanghai Film Group Corp dan dibintangi aktor veteran seperti Wang Xuebing, Sun Haiying, Zhou Xianxin, dan Zhao Youliang. Film ini adalah film pertama yang jadi pembuka diantara seri-seri film lainnya sebagai bentuk penghargaan terhadap Perayaan Ulang Tahun Negara China yang ke-60 pada bulan Oktober 2009 kemarin.



Paninggilan, 25 Mei 2010. 01.26



Rabu, 12 Mei 2010

Story of a Song: Keinginan



Keinginan

Tak kuasa kumenahan jenuh ini
Kian lama kian menyesak
Menyiksa dalam hampa
Seharusnya kau biarkan ku memilih
Agar tiada kendala antara kita
Yang menjadi penyesalan

Kuingin memahami segala
Yang menjadi beban di benakmu
Hilangkanlah prasangka
Seolah ku mengekang keinginan
Yang kau pendam

Mungkin sulit untuk dapat dimengerti
Ku seperti ingin selalu terbang tinggi
Jauh tinggi..
Cinta ini tak akan mungkin memudar
Kata hati tak akan mungkin berubah
Jadinya.. karenanya..

Kuingin mengikuti segala
Yang menjadi hasrat di hatimu
Hilangkanlah prasangka
Seolah ku mengekang keinginan yang kau pendam

Terbang tinggi
Kuingin selalu terbang tinggi
Jauh tinggi
Akan ku bawa terbang tinggi

(Vocal by Sophia Latjuba & Indra Lesmana, Lyric by Mira Lesmana, Video courtesy: youtube.com)


*****


Back to 90's, mengenang lagu ini sama juga dengan mengembalikan ingatan saya pada waktu SD. Betapa lagu ini menjadi satu lagu favorit yang selalu saya nantikan video klipnya. Maklum, dulu belum ada MP3 Player dan youtube, jadi saya hanya bisa menikmati lagu ini lewat video klip yang sering tayang untuk mengisi jeda waktu peralihan acara TV. saya juga belum jadi pendengar setia radio sehingga tidak pernah tahu apakah lagu ini sempat booming juga di radio. Yang pasti, Sophia Latjuba dengan rambut pendeknya tampil mengagumkan waktu itu.

Lagu ini masih tetap jadi favorit sampai youtube dan free MP3 sites muncul saat ini. Saya menemukan file MP3 lagu ini di komputer seorang teman kuliah. Ketika mendengarnya kembali muncul suatu perasaan yang ajaib galaunya. Mungkin kali ini saya memang lebih mengerti liriknya dibandingkan waktu SD dulu. Dulu, saya hanya menyukai kompoisisi musiknya saja dan tidak begitu mengerti liriknya.

Setelah menikmati kembali, saya coba untuk menangkap kegalauan dan keresahan dalam lagu ini. Saya pun sempat terhenti menjelang bagian akhir lagu ini.

Terbang tinggi
Kuingin selalu terbang tinggi
Jauh tinggi
Akan ku bawa terbang tinggi

Ada perasaan ajaib yang muncul. Suatu perasaan akan kebebasan yang masih terkekang oleh jenuh situasi dan keadaan. Ada kalanya, kebebasan yang kita inginkan dan selalu didambakan berawal dari perasaan terkekang, yang tentu saja menghalangi ruang gerak individu yang pada dasarnya adalah dinamis. Saya rasa, keinginan untuk selalu terbang tinggi bukan hanya untuk bebas dari kejenuhan semata, tetapi juga adalah besarnya hasrat individu untuk meraih apa yang diinginkan.

Semakin ajaib galaunya, karena saya teringat lagi pada lirik dari Koes Plus dalam lagu Perasaan:

betapa tinggi elang akan terbang,
lebih jauh lagi tinggi lamunan,

Pun ketika Sherina menyanyi merdu:

flying high to the mountain high*



Paninggilan, 16 Mei 2010. 08.11


*Sherina dalam lagu Better Than Love, album Sendiri (2007)

Minggu, 02 Mei 2010

Olićianist

Perkenalan saya dengan Ivica Olic dimulai media Januari 2004 ketika menukangi Bayern Muenchen musim 2003-2004 di Championship Manager 03, game yang kini berevolusi menjadi Football Manager. Waktu itu, Olic masih merumput bersama CSKA Moskow. Sebenarnya waktu itu Muenchen sudah punya penyerang hebat seperti Roy Makaay, Claudio Pizarro, dan Roque Santa Cruz. Namun, mengingat Muenchen harus tampil di turnamen Eropa maka saya membawa Olic untuk jadi pelapis skuad utama bersama Robert Prosinecki yang sekarang sudah pensiun dan Milan Obradovic, midfielder Real Zaragoza.

Agaknya, keputusan saya tidaklah terlalu salah. Muenchen juara DFB Pokal/Piala Jerman, runner-up UEFA Champions League karena kalah dengan gol injury time Trezeguet, dan finish ketiga di Championship. Suatu saat nanti, di dunia nyata saya berharap pemain dengan bakat seperti Olic mampu menembus skuad utama tim-tim mapan di Eropa.

Pemain kelahiran Davor dekat Nova Gradiška, Kroasia, 14 September 1979, yang memulai karirnya di klub lokal NK Marsonia sejak 1996 ini sempat singgah di Bundesliga pada musim 1998 bersama Hertha Berlin BSC. Tahun 2000, Olic kembali merumput bersama NK Marsonia sebelum pindah NK Zagreb pada tahun 2001. Bersama NK Zagreb ia meraih gelar juara Liga Kroasia. Musim 2002, Olic merumput bersama Dinamo Zagreb dan menjadi top skorer.

Pada tahun 2003, Olic pindah lagi ke CSKA Moskow. Saya rasa disinilah puncak karirnya sebagai pemain professional. Bersama CSKA, Olic sukses meraih gelar UEFA CUP (2005), Liga Rusia (2003, 2005, 2006), Piala Rusia (2005, 2006) dan Super Cup Rusia (2004, 2006). Musim 2006-2007, Olic kembali ke Bundesliga dengan berseragam Hamburg SV dan menjadi kekuatan inti bersama Rafael van der Vaart. Pencapaian Olic dengan Hamburg adalah Emirates Cup pada 2008. Selama di Hamburg, Olic mencatat 78 kali tampil dengan 29 gol.


Musim panas 2009 lalu akhirnya saya benar-benar melihat Ivica Olic berseragam merah khas FC Hollywood. Sebuah impian yang benar-benar terwujud walau nyaris 5 tahun menanti. Masuknya Olic diharapkan sebagai back-up untuk duet penyerang Muenchen lainnya, Miroslav Klose dan Mario Gomez. Di atas kertas boleh dikatakan seperti itu namun saya tetap yakin bahwa pemain seperti Olic ini lebih pantas masuk skuad utama dibandingkan Klose atau Gomez.

Saat itu benar-benar terjadi. Pada babak per delapan final melawan Manchester United, Olic ikut menyumbang 1 gol yang membangkitkan semangat The Bavarians. Saya pikir pertandingan sudah selesai ketika Luis Nani mencetak gol ketiga United. Namun, semangat petarung yang pantang menyerah khas orang-orang Balkan mampu menjadi titik balik Muenchen. Seandainya Robben tidak membuat gol spektakuler yang menyingkirkan United, saya yakin Oliclah yang akan melakukannya.

Kepantasan Olic bermain untuk tim sebesar Muenchen adalah pada semifinal kedua melawan Olympique Lyonnais. Hattrick Olic sudah lebih dari cukup untuk menancapkan panji Muenchen di Santiago Bernabeu. Setelah Messi terlebih dahulu membuat sensasi musim ini dengan mengandaskan Arsenal lewat 4 golnya, Olic pun mampu melakukan hal yang sama walau hanya berbeda jumlah saja.

Untuk Final 22 Mei nanti melawan Internazionale Milan, saya rasa posisi Olic sebagai striker tunggal atau pun diduetkan dengan salah satu dari Klose atau Gomez pun bisa jadi sangat berbahaya bagi gawang Julio Cesar. Semangat petarung dari Balkan serta campuran bakat Panser khas Jerman bisa jadi mesin yang sangat berbahaya bagi catenaccio ala Mourinho. Dan memang setiap tahunnya selalu terjadi perubahan peta kekuatan klub-klub Eropa.

Saat ini di Eropa memang Messi dengan pesona dan kelincahannya mampu menjelma menjadi the next Il Nostro Dio setelah Maradona. Messi menjadi lebih dari sekedar Messias yang menjadikan Nou Camp sebagai katedral sucinya. Andai saja Messi membawa Argentina juara dunia di Piala Dunia 2010 nanti barangkali Messi pun akan dianggap sebagai “Tuhan”. Sayang sekali, Messi tidak ada di Final tahun ini.

Bagi saya pribadi, memang rasanya seperti khayalan yang menjadi kenyataan ketika akhirnya melihat lagi Ivica Olic di Final European Champions League bersama Bayern Muenchen. Betapa banyak hal yang terjadi begitu cepat dan kadang-kadang mimpi pun bisa jadi kenyataan di dunia ini. Saya tidak tahu apakah memang Tuhan memperhatikan permainannya kala Olic masih menjadi skuad saya di Final Champions League musim 2003-2004. Sekalipun begitu, sebagai Olićianist, saya pun yakin Olic akan jadi sang juru selamat bagi Muenchen yang puasa gelar Eropa selama 9 tahun ini.



Paninggilan, 2 Mei 2010, 16.28

Story of a Song: Bidam by Lee Yo Won

Title : Bidam (Sad Story)
Singer : Lee Yo Won
Album : OST. The Great Queen Seon Deok Special Part 2 (2009)

Korean

baraboneun geudae nune garyeojin nunmuri boyeoyo
amureochi antago haedo alsuitjyo manhi himdeureotdangeol

naransaram, geureonsaram, saranghan cham gomaun geudae
honja ulgo geuriwohago, huhoehaneun nan babogatayo

i noraereul deutgo innayo ireon nae mam deullinayo
doragal su eomneun gireul tteonangeotcheoreom jeomanchi deo meolli inneyo
saranghaeyo saranghalgeyo orae orae gieokhaeyo
daeum sesang uri dasi mannalttaekkaji ichyeojiji anke

naransaram, geureonsaram, saranghan cham gomaun geudae
imi urin eogeutnan sarang, seuchyeogayo, aesseuji marayo

i noraereul deutgo innayo ireon nae mam deullinayo
doragal su eomneun gireul tteonangeotcheoreom jeomanchi deo meolli inneyo
saranghaeyo saranghalgeyo orae orae gieokhaeyo
daeum sesang uri dasi mannalttaekkaji ichyeojiji anke


English

I see the hidden tears in your eyes
Eventhough you say nothing’s wrong, I know
It was very hard for you

Someone like who I am
Thank you very much for loving me
Crying and dreading by yourself
I'm regret like a fool

Chorus:

Are you listening to this song?
Can you hear my feelings?
Like leaving to a path you can’t turn back
The distance is far away
I love you, I will love you forever
I will remember you forever
Until we meet again in the next realm
So I won’t forget you

Someone like who I am
Thank you very much for loving me
Already our love is not meant to be
It passes, don’t make an effort

*****


Mendengarkan lagu ini sepintas rasanya mirip dengan lagu D’Cinnamons, So Would You Let Me. Barangkali, terbawa suasana oleh siang yang mendung dan hujan yang membuat semua terasa begitu syahdu dan menyentuh. Ditambah lagi dengan kesendirian yang berteman sepi semakin membuat saya tersentuh. Kalau D’Cinnamons memulai lagunya dengan petikan gitar akustik, Bidam dimulai dengan permainan piano bertempo lambat. Kalau boleh berkomentar, rasanya sama galaunya.

Adalah suatu hal yang baru bagi saya untuk mendengarkan lagu berbahasa Korea. Memang ini bukan yang pertama. Semenjak drama televisi “Full House” tamat tidak pernah terbersit dalam benak saya untuk mencoba menikmati lagu Korea. Lagipula saya tidak begitu mengikuti drama-drama dari Korea. Seperti mengikuti sinetron saja rasanya.

Namun semua itu menjadi terbalik medio Februari kemarin. Tepatnya, sejak saya menyenangi sinetron berjudul “Surgeon Bong Dal Hee”, dimana penyanyi lagu ini, Lee Yo Won, jadi pemeran “Bong Dal Hee” dalam drama tersebut. Ini adalah kali pertama sejak era “Full House” dimana saya mulai menonton drama Korea lagi.Memang pada akhirnya drama itu tamat juga. Namun, kesan yang ditimbulkannya sangat dalam.

Memang lagu ini bukan OST Surgeon Bong Dal Hee melainkan drama lainnya yang masih dibintangi Lee Yo Won yaitu “The Great Queen Seon Deok”. Namun, demi alasan kesan yang tertinggal, saya memutuskan untuk mendownloadnya dan menikmatinya. Saya tidak cukup paham bahasa Korea, tetapi sedikit petunjuk dari sebuah blog sudah cukup untuk membantu menafsirkan isi dan maksud lagu tersebut.

Secara teknik vokal, Lee Yo Won masih terlihat biasa saja. Ada beberapa nada tinggi di bagian reff yang tidak dapat dicapai. Bagi pendatang baru yang memang tidak dibesarkan untuk jadi penyanyi saya rasa sudah cukup. Barangkali, kalau lagu ini dinyanyikan oleh penyanyi profesional tentu akan lebih baik walau akan kehilangan sedikit kesan dari suara penyanyi aslinya.

Bagaimanapun, lagu ini telah memberikan nuansa yang berbeda dalam hidup saya yang semakin terasa datar ini. Barangkali, dengan adanya sesuatu yang baru ini semakin membuka mata, hati, telinga, dan pikiran saya terhadap berbagai macam pengalaman baru. Semakin saya mendengarkan lagu ini, semakin ingin saya menikmatinya dengan galau, sendirian saja.



Paninggilan, 2 Mei 2010, 14.45


*original lyrics and translation provided by princess-chocolates.blogspot.com

Pertanyaan Awal Bulan

Apa benar bahwa buruh yang berdemo itu tahu asal muasal dan sejarah peringatan Hari Buruh Sedunia?

Kalau memang pendidikan diciptakan untuk meningkatkan taraf hidup kenapa sekarang hanya jadi alat untuk cari makan?

Apakah Deo Mi lebih memilih Dong Young daripada Jang Bin? Lalu bagaimana dengan Joon Hee?

Apakah benar Hantu Hellenio Herrera yang ikut membantu memenangkan Italia di World Cup 1982 juga turut berperan dalam kemenangan Internazionale Milan atas Barcelona? Kalau benar begitu, apakah ia juga membisikkan teknik Catenaccio yang sama yang berhasil diterjemahkan oleh Mourinho?

Apakah Hitler ikut menuangkan sampanye ke gelas Mussolini untuk merayakan perjumpaan Bayern Muenchen dan Inter Milan di Final Liga Champions Eropa? Sementara, mungkin Joseph Goebbels, ajudannya bersiap-siap mengerahkan persenjataan ke arah Santiago Bernabeu untuk membalaskan dendam Jenderal Franco.

Apakah benar bahwa Jenderal Franco dan Churchill tidak akan terlalu sedih mengingat Fulham dan Atletico Madrid masuk Final UEFA Cup?

Kalau memang mau membongkar Kasus Century kenapa harus selalu Sri Mulyani?

Kalau sudah jadi tersangka akibat minta kredit dari Century kenapa harus berpikir kejadian itu dipolitisir?

Kenapa orang jujur selalu disingkirkan? Apakah karena ia tidak terlalu pintar?

Jaminan apa yang membuat IMF dan Uni Eropa akhirnya bersedia menggelontorkan kredit untuk menyelamatkan krisis keuangan di Yunani? Apakah sama berdampak sistemik juga?

Jaringan Teroris mana yang sedang mengancam India? MILFnya Abu Sayyaf atau pecahan kelompok Noordin M. Top?