Jumat, 15 Oktober 2010

Kapan Lagi Saya Nyanyikan Lagu Ini Sambil Menatap Wajahnya?

7. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang dia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah melupakannya, karena saat-saat itu ialah saat yang berharga untuknya. dan saat itu, matanya pasti berkaca. karena saat bersamamu tidak selalu terulang.*


Belum juga seminggu perasaan itu pergi. Belum juga seminggu rasa itu usai. Entah kenapa, tiba-tiba pula, saya jadi begitu ingin menyanyikan lagu ini. Sambil menatap wajahnya, di layar ponsel, di album facebook.



Moshimo Negai ga kanau nara
Toiki o Shiroi bara ni Kaete
Aenai hi ni wa
Heya jyuu ni Kazarimasyou
Anata wo omoi nagara

Darling, I want you Aitakute
Tokimeku koi ni Kakedashi sou nano
Maigo no you ni Tachisukumu
Watashi o sugu ni Todoketakute

Daiyaru mawashite Te o tometa
I’m just a woman fall in love

If my wishes can be true
Will you change my sighs
To roses, whiter roses
Decorate them for you
Thinking ’bout you every night
And find out where I am
I am not livin’ in your heart

Darling, I need you Doushitemo
Kuchi ni dasenai Negai ga aru no yo
Doyou no yoru to nichiyou no
Anata ga itsumo hoshii kara

Darling, you love me Ima sugu ni
Anata no koe ga Kikitaku naru no yo
Ryoute de Hoo o Osaetemo
Tohou ni kureru Yoru ga kirai



A song and lyric from Olivia Ong, Koini Ochite (Fall In Love). Album Koini Ochite (Japanese Domestic Market, 2008)



Paninggilan, 15 Oktober 2010. 19.03


*) dikutip dari sini

Rabu, 13 Oktober 2010

Saya Tidak Percaya Bahwa Saya Menulis Hal Yang Demikian (Eps. 2)

Dia:
Dunia berputar, semua itu menjadi kenangan.Ini mungkin karena perasaan yang palsu. Haha.

Saya:
Ya, begitulah hidup dengan segala konsekuensinya. Picture fade away, memory is forever.

Dia:
Benar fren.
Karena hidup adalah pilihan.

Saya:
Karena hidup kadang terlalu banyak memberi pilihan...

Dia:
Setiap pilihan ada keuntungan dan resiko, kita harus bisa mengetahui dan menerimanya.

Saya:
Once u took it, there's no way back.... But memory will linger forever...

Dia:
Kuingin perasaan ini pergi.

Saya:
Jalani yg ada, walau kadang sulit... Momen-momen itu akan kembali... Bukan sekedar reuni akbar belaka.

Dia:
Benar kawan, tapi terkadang perasaan itu datang tanpa tak diduga.

Saya:
Perasaan, betapapun adanya sungguh bisa menipu, semoga kau benar... Awalnya adalah pikiran... So, manage your minds...



Paninggilan, 12 Oktober 2010. 23.17


* mengenang satu percakapan yang berlangsung ketika Persib Bandung takluk dari Deltras Sidoarjo, 4-1, di Kota Lumpur, Sidoarjo.

** telah mengalami editing sebelumnya dari bahasa SMS, tanpa mengurangi esensi isi.

Selasa, 12 Oktober 2010

Saya Tidak Percaya Bahwa Saya Menulis Hal Yang Demikian (Eps. Perdana)

"Apa 10 hal yang simple tapi penting dilakukan untuk mengatasi patah hati...???" comment your FB atau sms


‎1. A cup of coffee

2. Cigarettes

3. Metallica's Songs

4. Ojo Dipikirin

5. Nulis expired date di semua foto berdua

6. Nulis lirik tentang dia, dipublish di blog

7. Jalan-jalan gak jelas sendirian

8. Stop sms/calling her

9. Cari gantinya dengan lebih melibatkan Tuhan

10. Never spills your last beer...

aku udah praktekin itu tadi malem pas malem minggu :((



Paninggilan, 10 Oktober 2010. 22.57 WIB

* telah mengalami editing dari post aslinya tanpa mengurangi kenikmatan pembaca: buktinya gak 5 menit udah nancep 2 jempol

Minggu, 10 Oktober 2010

Suatu Malam Aku Mendengar

Semalaman ini, setidaknya aku tidak harus lagi memutar lagu-lagu seperti ini:


Ketika malam tiba, ingin ku mengungkap tanya, dengan siapa kau melewatinya... (1)

If i could ask God just one question, why are'nt you here with me...(2)

Lelah,lelah hati ini... Menggapai hatimu, tak jua menyatu... (3)


Berganti dengan lagu...


For years i've been telling myself the same old stories... And now i know i've already blown much chances than anyone should ever gets... (4)

Dont ask me why the times has passed us by, someone elses moved in from far away... (5)

Bukan aku meragukanmu tapi sungguh ku tak ingin, engkau jauh dariku...(6)

And i cant fight this feeling anymore, i forgotten what i started fighting for... (7)

Have i told you lately that i loved you... (8)

If i ever loose my faith in you... (9)


Terakhir...


Katakanlah, katakan sejujurnya, apa mungkin kita bersatu... Kalau tak mungkin lagi kita menyanyikan lagu cinta biarkanlah ku pergi jauh.... (10)


Paninggilan, 10 Oktober 2010. 01.20


1. Iwan Fals, Aku Bukan Pilihan
2. Mandy Moore ft. Jonathan Foreman, Someday We'll Know
3. Rafika Duri, Tirai
4. Hugh Grant, Dont Write Me Off
5. Bee Gees, First of May
6. Rida Sita Dewi, Ketika Kau Jauh
7. REO Speedwagon, Cant Fight This Feeling
8. Rod Stewart, Have I Told You Lately
9. Sting, If I Ever Loose My Faith
10. Christine Panjaitan, Katakan Sejujurnya

The Pace

Ready for the pace of life...

Begitulah kata zodiak hari kemarin tentang peruntungan saya. Dalam keadaan setengah mengantuk saya sedikit menyadari bahwa mungkin esok akan ada kejutan untuk saya. Mungkin juga itu semua akan mencampuraduk perasaan saya. Siapa tahu? Anak SD juga tahu, tomorrow still a mystery.

Paginya teriakan dua anak kecil (anaknya Paman saya) membangunkan saya dari keheningan panjang (mimpi apa saya semalam...?). Langit gelap mega berarak mendung melintas. Tak lama hujan turun. Tentu diawali dengan guludug (gemuruh campur kilat). Waw, rencana hari ini sepertinya batal.

Beberapa detik kemudian, komputer menampilkan message "BOOTMGR is missing. Failed to load. Ctrl+Alt+Del to reboot". Sialan, alamat pertanda tak baik. Inikah awal maksud dari ramalan itu? Seandainya hidup ini adalah sebuah sistem seperti komputer yang punya dua kombinasi sakti: tentu saja Ctrl+Alt+Del (shutdown) dan Ctrl+Z (undo), akan jadi favorit. Barangkali hanya Tuhan sajalah yang akan kecewa karena pekerjaannya terinterupsi oleh sistem (yang juga ciptaanNya) tersebut.

Satu jam berlalu. Keringat mulai mengucur. Terpaksa recovery manager harus turun tangan sekalian install ulang. Data available for erase? Delete data? Yes. Enter. OMG, saya sedikit lengah. Akibatnya, file-file musik dan video mesum Ar*el vs CT ikut lenyap. Semoga Tuhan memberkati komputer yang baru diinstall ulang ini.

Sampai akhirnya si Blackie berhasil loading sempurna, hujan mulai berhenti. Mentari mulai nampak. Selamat menjelang siang, dunia. Eh, ternyata eh ternyata, si DVD-ROM sialan malah ikut pensiun. So, Pak Bos yang dapat laporan tentang hal ini segera mengajak saya untuk jalan-jalan. Cuci mata katanya. Sekalian mampir ke Service Center. Terima kasih, saya akan membatalkan agenda saya. Padahal ada satu janji yang harus saya lunasi. It's ok lah, jangkrik Boss!.

Singkat cerita everything's totally under control. Dari mulai mengatasi macetnya Jakarta sampai turun naik ke lantai 25. Termasuk waktu pit stop makan di Mayestik. Sip lah, you're the best, Boss!

Sore mengawali senja pembukaan. Semburat kekuningan di kaki langit nampak semarak. Entah apalagi yang akan terjadi. What will be, will be. Kutipan dari teman sebelah meja waktu SMA di kelas IPA (sok penting banget ya kesannya :D)



(sampai disini Penulis berhenti sebentar bersiap-siap mereka ulang kejadian sebelum tulisan ini ditulis sambil mengambil nafas dalam-dalam.)


Kabar berikutnya yang benar-benar memacu "pace" dr jantung ini adalah..eng ing eng... Nama laki-laki lain dalam secarik surat. Surat pendek berjudul SMS (gak penting banget, sumpah :D). Seperti judul lagu dangdut saja. OMG, Eau My God*. Rupanya yang datang bukan sekedar kabar.

Tak lama kemudian terjadi beberapa peristiwa yang tidak bisa dihindari. Bagai satu sekuensial khas komik yang tak terelakkan. Mulai dari bahasan tentang tweets "gak penting" demi memenuhi kebutuhan informasi followers (sounds like judul skripsi). Percakapan di telpon yang lagi-lagi "gak penting" tapi tetap berarti buat yang di ujung sana. Hingga ditutup oleh renungan tentang hal-hal "cemen" yang seharusnya tidak sampai melibatkan Tuhan.

Menjelang dini hari, saya semakin menyadari bahwa segala kemungkinan dalam hidup ini memang tidak terhindari. Segalanya kadang terjadi begitu cepat. They always get you. The problem is apakah semua itu berada dalam keseimbangan tata kosmos kemestian atau malah kita yang harus menyesuaikan. Segalanya masih mungkin terjadi dan setiap kemungkinan memiliki probabilitas masing-masing untuk berubah dalam variabel yang entah konstan atau dinamis. Dan malam pun makin merambat menuju sepertiganya membawa akhir cerita.



Mayestik-Paninggilan, 9-10 Oktober 2010.


*diucapkan Jenson Button jauh sebelum jadi Juara Dunia F1, ketika akan menjajal tikungan terkenal, Eau Rouge atau Air Merah, di Sirkuit Spa-Franchorchamps, Belgia, medio 2000. Ada di Majalah F1 Racing edisi tahun yang sama tapi saya lupa bulannya. Mohon pembaca maklum adanya.

Minggu, 03 Oktober 2010

Catatan di Minggu Pagi

Menikmati hari Minggu dengan bangun siang tentu sangat menyenangkan. Tetapi, bila dibangunkan oleh raungan mesin dan klakson dari loper koran bisa jadi sesuatu yang mengganggu. Bisa jadi juga satu hal yang tidak menyenangkan. Dan itu terjadi pada saya.

Tentu banyak alasan mengapa banyak orang membaca koran di pagi hari. Ada yang memang karena hanya punya waktu di pagi hari. Ada yang memang kebiasaan baca di pagi hari. Ada juga yang mengikuti formalitas semata, seperti yang Pak Edwin pernah bilang waktu belajar Komunikasi Massa.

Saya tidak pernah punya kolom favorit yang selalu saya tunggu setiap minggunya. Saya tidak mengidolakan satu kolom bagaikan subscribed threads di forum-forum yang saya ikuti. Walaupun begitu saya selalu punya kolom yang setidaknya harus sempat dibaca atau disimak biar kata itu cuma kolom Teka Teki Silang atau pun komik strip seperti Panji Koming.

Saya juga tidak perlu tahu mengapa kolom Sastra, Kesenian, dan Kebudayaan ditempatkan pada hari Minggu. Apakah untuk memanjakan para penikmat sastra, seni, dan budaya yang hanya punya waktu luang di hari Minggu, saya rasa saya tidak perlu tahu juga. Yang saya tahu, dengan mata yang masih pedas saya membaca liputan wawancara tentang kebudayaan bersama Ajip Rosidi. Sosok seorang tokoh dalam ranah sastra daerah dan nasional yang semakin saya akrabi semenjak membaca karya beliau yang berjudul, “Orang dan Bambu Jepang”.

Beliau juga yang semenjak tahun 1999 ikut menggagas Hadiah Sastra Rancage, yang kini tidak hanya terbatas pada penulis Sunda saja, tetapi juga penulis dari Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Perlu dicatat, itu dilakukan beliau tanpa (berharap) dukungan dari Pemerintah.


Beberapa Catatan



"Budaya Tak Pernah Diperhatikan..."

Sejak negara Indonesia didirikan, budaya tak pernah diperhatikan, itu kalau kebetulan pejabatnya mempunyai perhatian.

Kebudayaan hanya embel-embel apalagi sekarang kebudayaan dimasukkan dalam pariwisata, artinya kebudayaan hanya dimasukkan sebagai komoditas yang bisa dijual.

Mereka tidak pernah memikirkan bahwa kebudayaan itu merupakan salah satu bagian dari pembangunan bangsa. Mereka merasa cukup dengan memberikan hadiah pada seniman atau lembaga yang bergerak di bidang kesenian. Hanya itu saja.

Membaca petikan diatas, saya teringat akan sesuatu. Saya cukup miris dengan kenyataan bahwa masalah kebudayaan bangsa yang sejatinya menjadi urusan pemerintah ternyata tidak pernah mendapat perhatian serius dan seringkali terpinggirkan. Zaman Orde Baru, Kebudayaan menjadi satu dengan Pendidikan dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rasanya masuk akal bila masalah pendidikan dan kebudayaan berada satu atap dibawah lembaga yang menaunginya. Setidaknya, pendidikan akan membuat orang tersadar akan masalah khazanah kebudayaan bangsanya. Itu menurut logika sederhanacsaya yang masih perlu diuji keabsahannya.

Sedangkan kini, masalah kebudayaan kembali dipisahkan dengan masalah pendidikan dan dilebur ke dalam urusan pariwisata. Bergabung dalam Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan. Dari kedua-duanya, kebudayaan tidak pernah mendapat tempat pertama. Selalu berada setelah subjek yang pertama. Hal itu mengindikasikan (lagi-lagi) Pemerintah memang tidak pernah serius mengenai urusan kebudayaan ini. Barangkali, Pemerintah hanya peduli dengan Visit Indonesia Year yang jelas-jelas demi usaha meningkatkan bisnis pariwisata dengan menjual kebudayaan-kebudayaan masyarakat yang layak dijual (menurut hitung-hitungan dagang). Bisa saja, keresahan yang diungkapkan oleh Ajip Rosidi itu benar adanya. Sekali lagi, itu menurut logika sederhana saya yang masih bisa terbantahkan, maklum saya hanya rakyat biasa.

Dari sekian petikan wawancara dalam kolom ini, rasanya saya sependapat lagi dengan beliau mengenai masa depan Indonesia. Saya pesimis? Tidak. Realistis? Ya. Seperti bisa disimak pada petikan berikut:

Bagaimana Anda melihat negeri ini ke depan?
Saya sudah putus asa. Dalam otobiografi saya katakan saya tidak melihat masa depan Indonesia. (Dalam otobiografi Hidup Tanpa Ijazah, Ajip menulis "Aku tidak melihat ada fajar yang akan merekah di sebelah depan yang dekat...")

Apakah itu tidak pesimistis?

Banyak orang mengatakan begitu. Saya kira, saya tidak pesimistis, tapi realistis. Saya tidak mengharapkan yang muda akan mengubah kultur politik kita. Sudah berapa generasi dari '66, '98 yang muda masuk, tapi kalau sudah masuk mereka ikut juga. Saya lakukan saja apa yang dapat saya lakukan, dan saya tidak pernah meminta pada Pemerintah.



Paninggilan, 3 Oktober 2010. 21.15

Sumber Bacaan: Ajip Rosidi dalam kolom Persona, harian Kompas, Minggu 3 Oktober 2010.