Sabtu, 31 Desember 2011

Test Pack


Judul: Test Pack
Penulis: Ninit Yunita
Penerbit: Gagasmedia
Tahun: 2005
Tebal: 230 hal.
Genre: Novel
Delivery date: Desember 2010

Sama seperti Empat Musim Cinta, buku ini juga ditandatangani oleh penulisnya langsung. Betapa bangganya saya saat menerima kiriman paket dua buku ini. Karena selain membantu meningkatkan penghasilan dan penjualan dari pasangan Suami Gila dan Istri Bawel ini saya juga punya sesuatu untuk dibanggakan: tanda tangan penulis. Sama rasanya ketika Prof. Budi Darma dan DR. Seno Gumira Ajidarma sudi menandatangani buku mereka yang saya punyai.
Test pack, sebuah novel metropolitan, ringan dan menghibur. Namun, makna yang dikandung novel ini sangatlah besar. Tidak sesederhana memaknai komitmen antar dua manusia demi janji setia yang telah terucap. Pembaca harus mampu sesensitif mungkin untuk merasakan perjuangan demi mempertahankan komitmen diluar semua pretensi, praduga, dan prasangka yang senantiasa lekat menghampiri. Cerita yang dikemas rapi ini adalah wujud representasi kehidupan manusia modern dengan segala kompleksitasnya sehingga fiksi ini dianggap mewakili suatu realitas kenyataan yang benar-benar dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Sepanjang tahun ini, saya belum mampu juga untuk membuat resensi buku ini karena yang ada di pikiran saya saat itu adalah kebingungan yang sangat.* Saya tidak ingin lantas menjadi orang yang sok tahu dengan hanya menafsir sebuah novel yang membahas kehidupan rumah tangga. Padahal, saya hanya perlu membaca makna dan pertanda akan arti sebuah kesetiaan dalam komitmen berumah tangga. Beberapa pertanyaan yang sepertinya sengaja diselipkan dalam cerita rasanya sayang bila dilewatkan begitu saja. Barangkali, pembaca harus lebih dari siap untuk jujur pada diri sendiri untuk menjawab pertanyaan tersebut.


Pharmindo, 31 Desember 2011.

*cerita ini selesai ditulis hanya beberapa jam menjelang pergantian tahun 2011.

Sabtu, 10 Desember 2011

Cerita-cerita dari Timur



"Bersabarlah wahai ketidaksempurnaan, berkat engkaulah kesempurnaan menyadari dirinya." (hal. 119)

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan


Pertama kali muncul keinginan untuk membaca buku ini usai membaca Rashomon karya Ryonosuke Akutagawa (KPG, 2007). Entah dibagian akhir buku atau dimana saya melihat deskripsi buku Cerita-cerita Timur ini dan tiba-tiba merasa harus membacanya.

Selang waktu berjalan saya pun lupa tentang hal ini. Baru teringatkan kembali ketika mendapat katalog dari penerbit Yayasan Obor Indonesia di Pesta Buku Jakarta medio 2011. Kemudian, seperti biasa terlupakan kembali. Baru ketika Pesta Buku Bandung kemarin saya menemukan buku ini. Rasanya seperti menemukan permata yang hilang (sok dramatis). Hebatnya, saya dapatkan buku edisi cetakan pertama yang semakin membuat buku ini terasa lebih berkesan karena kejadulannya.

Walaupun cerita-cerita dalam buku ini adalah cerita yang diceritakan kembali dari bentuk cerita asalnya tetap tidak mengurangi esensi, hakikat dan pemaknaan kembali semua kisahnya. Terlebih, Marguerite Yourcenar cukup cerdas untuk memainkan rona bahasa. Sehingga tercermin dalam pilihan kata yang mampu menghidupkan isi cerita secara detil.

Buku dengan judul asli Nouvelles Orientales yang terbit tahun 1938 ini ditulis saat Marguerite Yourcenar berumur 35 tahun. Marguerite adalah seorang pengembara. Sehingga, karyanya merefleksikan kekayaan pengalaman dari pengembaraan selama hidupnya. Terutama di Yunani, Turki, India, dan Jepang. Dimana tempat-tempat tersebut memberi kesan latar yang cukup kuat pada cerita.

Istilah "Timur" dalam judul kumpulan isi sangat relatif, yaitu sebelah timur Perancis, membentang dari daerah Balkan dan Yunani sampai ke Cina dan Jepang. Dari segi lain, tidak adanya cerita yang berlatar Asia Tengah, India, atau Asia Tenggara menunjukkan bahwa Marguerite tidak bertujuan memberi gambaran menyeluruh tentang Tradisi "Timur" itu secara sistematis.

Kisah-kisah dalam kumpulan ini diangkat dari dongeng timur tradisional dan diceritakan kembali oleh Marguerite Yourcenar dengan gaya bahasa yang sangat puitis, sarat kiasan dan metafor, sekaligus mengandung unsur perasaan dan emosi yang intens dan kental.

Simak cerita tentang seorang Ibu yang menjadi tumbal atas pekerjaan suaminya dan tetap berusaha menyusui anaknya hingga air matanya kering. Lalu, kisah tentang rasanya jadi orang yang terlupakan pada cerita berjudul Cinta Terakhir Pangeran Genji.

Kemudian, rasakan juga pengalaman seorang laki-laki yang mencintai peri. Khusus untuk ini, mengingatkan saya pada suatu judul yang entah karya siapa, entah novel, roman, atau cerpen yang bernada sama: Laki-Laki yang Bercinta Dengan Peri.

Kisah-kisah tersebut sejatinya bercerita tentang hidup, cinta, gairah, seni, dan kematian ini tidak terikat pada suatu masa dan suatu negeri saja tetapi menyangkut nilai-nilai universalitas kemanusiaan yang berlaku sepanjang masa.

Judul: Cerita-cerita Timur
Penulis: Marguerite Yourcenar
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Tahun: 1999
Tebal: 133 hal.
Genre: Kumpulan Cerpen

Medan Merdeka Barat-Pharmindo, 6 Desember 2011.

Rabu, 07 Desember 2011

Catatan Mahasiswa Gila: Bacaan Wajib Menuju Indonesia Cerdas 2020

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

Membaca catatan mahasiswa seganteng Adhitya Mulya rasanya Seperti membaca kembali buku Kejar Jakarta (2005) dan Travelers Tale (2007). Nuansa komedi dramatis mulai terasa dari cover buku yang cukup konyol. Sepertinya mudah saja untuk menebak isi buku ini. Namun, jangan salah. Don't judge a book by its cover sangat berlaku untuk Catatan bapaknya Aldebaran dan Arzachel ini.


Diambil dari catatan blog dalam rentang waktu 2002-2005 yang sebagian masih bisa dibaca kembali di situs aslinya, www.suamigila.com. Walaupun terkesan ringan tetapi buku yang habis dibaca sekali duduk ini menyimpan banyak hikmah. Belum lagi, semua tulisan didalamnya dibuat berseri dengan judul Seri Penelitian Ilmiah dari seorang Profesor yang nampak tidak bersahabat dengan nasib.

Yang mengesankan adalah fakta bahwa mahasiswa ganteng (baca: gila) ini mampu menghadirkan suasana santai penuh kelucuan sambil memberi kita banyak pelajaran. Misalnya, pada saat akan membuat tiang pancang untuk domba kurban. Sungguh suatu pelajaran hidup yang sepele namun kadang terlupakan.

Simak cerita tentang pertemuan si ganteng dengan kawan lamanya, Hendar. Apakah pembaca setuju bila si ganteng ini berhasil membantu Hendar maka akan menambah kegantengannya? Belum lagi kisah dengan Wiwin, Titin, Mimin, Dimsen, cerita PKL di Batam dan masih banyak kejanggalan semasa kuliah yang berkorelasi dengan menurunnya IP (indeks prestasi).

Favorit saya adalah catatan yang berjudul "Life Happens". Saya sempat membacanya di suamigila.com. Bahkan sampai mengulang beberapa kali. Kalau boleh, dari sekian catatan, saya nobatkan tulisan ini sebagai tulisan paling bermakna untuk saya.

Momen favorit lainnya adalah ketika pemeran Jusuf di Travelers Tale ini bertualang seharian hanya untuk mencari Majalah Pria terbitan Maret 1999 dengan Nyla Bernadette sebagai covernya. Untung saja, Adithya* masih waras untuk tidak meniru gaya Nyla dalam bukunya ini. Salut untuk Dimsen yang rela meninggalkan kelas kuliah demi menemani sahabat gilanya ini.

Masa kuliah adalah masa pengukuhan jati diri. Masa dimana hidup akan ditentukan. Saya rasa, tidak ada salahnya untuk tidak terlalu serius dalam menggarap kuliah. Toh, mahasiswa semacam Aditya* dan Dimsen mampu melakukan reverse engineering untuk meyakinkan dosen pembimbing mereka bahwa mereka layak mendapatkan nilai A tanpa presentasi. Ada momen-momen tertentu yang mengharuskan kita untuk fokus. Namun, ada kalanya hidup tidak melulu serius. Toh, mereka juga akhirnya bisa lulus.

Memasuki akhir buku ini, penulis mengajarkan kita bahwa kuliah itu tidak hanya untuk sekedar kuliah. Ada sesuatu yang harus kita pelajari ditempat lain dengan cara yang lain pula. Ada pergeseran dari nuansa komedi ke nuansa yang lebih kontemplatif. Life is so fantastic. Fortunes available anywhere and it's inevitable.

Judul: Catatan Mahasiswa Gila
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: Mahaka Publishing
Tahun: 2011
Tebal: x + 181 hal.
Genre: Memoar

 Paninggilan, 29 November 2011.

* Sengaja disalah-salahin, pengen tau kenapa? Baca aja bukunya. Tapi harus beli lho ya supaya bisa jadi Best Seller lagi.

Selasa, 29 November 2011

Potret Bangsa dari Empat Musim Presiden

Agak telat rasanya bila harus membandingkan kumpulan kartun yang terbit di empat zaman presiden dan mewarnai harian Kontan ini dengan kartun lain sebut saja Benny & Mice misalkan. Namun, disadari atau tidak, kehadiran kartun semacam itu telah menjadi suatu penanda zaman atas berbagai macam peristiwa dan fenomena yang mewarnai kehidupan masyarakat (utamanya kelas bawah).

Karya lain dari Benny Rachmadi ini agaknya lebih banyak bercerita dalam konteks ekonomi kebangsaan. Maksudnya, keadaan ekonomi yang berimbas pada seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa. Berbagai fenomena yang diangkat adalah tema yang dekat dengan keseharian rakyat kecil.

Walaupun secara "ideologis", harian Kontan ditujukan untuk segmen menengah atas yang bisa saja tidak tersentuh oleh beberapa fenomena tersebut. Tema-tema seputar langkanya BBM, gas 3kg, melemahnya rupiah, aksi spekulan hingga isu impor bahan pokok pangan adalah isu-isu yang sangat dekat dengan keseharian kita. Isu-isu ekonomi yang diangkat merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat di negeri ini selama kurun waktu 2000-2009.

Kartun yang habis dibaca sekali duduk ini tidak menampilkan visualisasi grafis melalui panel-panel mirip komik. Hanya cukup dengan satu panel per halaman kartun itu seakan sudah bercerita sendiri tentang masalah kehidupan yang diangkatnya. Sometimes, a whisper louder than The Offspring*.

Konon, bisa menertawakan diri sendiri adalah hal yang luar biasa. Benny Rachmadi mengajak kita untuk melakukannya sekaligus berkaca dan mentafakkuri bahwa permasalahan yang demikian itu tidaklah seharusnya terjadi di negeri yang (katanya) gemah ripah loh jinawi.

Judul: Dari Presiden ke Presiden: Karut Marut Ekonomi (Buku 2)
Penulis: Benny Rachmadi
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun: 2009
Tebal: x + 267 hal.
Genre: Kartun

Paninggilan, 15 November 2011.

* dari lirik lagu "Life is Free" dinyanyikan oleh Arkarna

Jumat, 28 Oktober 2011

Sunday Morning Call

Barangkali, bila musik bisa jadi suatu terapi mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi satu terapi bagi saya. Semoga lekas sembuh.

*

Dekade lalu, sekitar tahun 2000, Oasis kembali meluncurkan album terbaru mereka saat itu: Standing in the Shoulder of a Giants dengan merilis single terbaru dari album tersebut yaitu Go Let It Out dan Sunday Morning Call. Waktu itu saya masih SMP dan memang sedang menggandrungi band-band beraliran alternative. Apalagi, teman sekelas banyak juga yang ngefans dengan band-band Britpop seperti Blur dan Oasis.

Ada beberapa momen yang entah secara sengaja atau tidak malah terasosiasikan dengan lagu Sunday Morning Call. Pertama kali nonton video klip Sunday Morning Call, saya sudah jatuh cinta dengan liriknya. Itu terjadi dalam masa peralihan sekitar tengah tahun 2001, ketika saya lulus SMP dan secara resmi dipanggil anak SMA!

Karena belum terbiasa dengan lingkungan pergaulan di SMA yang masih SMP-sentris, maksudnya hanya berteman dengan teman yang satu SMP, maka saya pun masih melakukan hal yang sama dengan sering main ke rumah seorang sahabat. Biar sekolah kami berbeda namun rumahnya dekat dengan sekolah saya sehingga setiap hari Jumat saya selalu mampir. Seperti biasa, sambil bermain komputer dan ngulik gitar saya selalu request lagu Sunday Morning Call, apalagi sahabat saya ini punya versi akustiknya. Hail The Gallagher's!

Selanjutnya, ada dua momen (seingat saya) yang soundtracknya adalah Sunday Morning Call. Pertama, pada hari dimana Masa Orientasi Siswa (MOS) berakhir. Entah kenapa kok saya jadi terngiang-ngiang lagu ini padahal waktu penutupan sempet naik panggung full band dengan memainkan lagu Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki setelah batal bawain lagu I Will Survive. Sembari berjalan pulang saya hanya memainkan lagu itu saja dalam kepala yang jengah ini. Saya merasa akan kehilangan suatu perasaan. Perasaan kagum yang entah apa namanya pada tutor kelompok kami. Do you feel what you're not supposed to feel?

Kedua, sekitar awal tahun 2002 dimana saya mengalami hari yang "sangat buruk" dengan Guru Matematika yang dengan suksesnya menempatkan angka 4 di kolom nilai Matematika. Mirip dengan nomor rumah saya. Setelah kejadian itu (kebetulan malam minggu) saya hanya bisa melamun galau menatap dinding kosong sambil bertanya-tanya: "Mengapa ini terjadi pada saya?". Saya datang ke sekolah untuk belajar dan mendapatkan sesuatu. Then, i was realized that i'm coming for nothing! Lagu itu mengalun pelan. ...Slip your shoes on and then out you crawl.... into the day that couldn't give you more.

*
Oasis - Sunday Morning Call

Here's another sunday morning call
You hear yer head-a-banging on the door
Slip your shoes on and then out you crawl
Into the day that couldn't give you more
But what for?

And in your head do you feel
What you're not supposed to feel
And you take what you want
But you don't get it for free
You need more time
Cos your thoughts and words won't last forever more
But I'm not sure if it will ever work out right
But it's ok, it's all right

When you're lonely and you start to hear
The little voices in your head at night
You will only sniff away the tears
So you can dance until the morning light
But at what price?

And in your head do you feel
What you're not supposed to feel
And you take what you want
But you can't get all for free
You need more time
Cos your thoughts and words won't last forever more
And I'm not sure if it'll ever work out right
If it'll ever, ever, ever works out right
Cos it never, never, never works out right

And in your head do you feel
What you're not supposed to feel
And you take what you want
But you won't get help for free
You need more time
Cos your thoughts and words won't last forever more
But I'm not sure if it will ever, ever, ever work out right
if it will ever, ever, ever work out right
will it ever, ever, ever work out right





Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 28 Oktober 2011.


* Oasis's lyric provided by LetsSingIt

Pamali: The Comic

 
  
Pamali. Suatu istilah untuk mengartikan pantangan adalah produk atau hasil dari kebudayaan asli yang sengaja ditinggalkan oleh leluhur kita. Pamali lahir dari suatu hasil pemikiran yang berkembang pada suatu zaman sebagai tindakan preventif (bersifat mencegah). Pamali bisa dianggap sebagai 'local wisdom' yang tumbuh dalam suatu lingkungan masyarakat. Pamali pada prinsipnya berusaha menyelaraskan nilai-nilai kehidupan sosial dalam interaksi sesama manusia. Dengan demikian, pamali di satu tempat akan berbeda dengan di tempat lainnya.

Namun, kemajuan zaman yang berimbas pada pola pikir masyarakat di abad modern ini cenderung mengganggap pamali ini sebagai hal yang sudah tidak relevan. Pamali sudah tidak dikaitkan lagi dengan logika umum sehingga masyarakat dengan pemikiran yang maju dan logis hanya menganggap pamali itu sebagai mitos atau Misteri anu atos-atos (misteri yang sudah-sudah)*.


Komik ini mengangkat beberapa pamali yang hidup dan umum dijumpai di Tanah Sunda. Temukan alasan-alasan tentang mengapa anak perawan tidak boleh makan dari cobek, tidak boleh membaca nisan di pemakaman, dan mengapa-mengapa lainnya. Dikemas dengan sketsa komik yang segar dengan tokoh berhidung enam dan tidak melulu menggunakan Manga Style membuat komik ini terasa berbeda dari komik-komik kebanyakan. Tentu saja, ini merupakan berita baik untuk perkembangan Komik Indonesia yang kini mulai menggeliat kembali dibawah penerbit-penerbit lokal dan independen.

Dalam menyikapi beberapa pamali dalam komik ini kita tidak selalu harus serius. Pamali yang dikemas dalam bentuk komik ini tentu menyuguhkan cara pandang lain dalam menyikapi nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Beberapa mungkin sudah tidak relevan dan tidak logis. Tapi, bukankah pamali itu juga merupakan warisan nenek moyang kita yang mengandung pesan dan makna tertentu. Sudah tentu, pembaca dihadapkan pada situasi untuk memilah-milah dan mengambil nilai positif dari pamali tersebut.


Judul : Pamali: Segerombolan Komik tentang Mitos dan Pantangan
Penulis : Norvan Pecandupagi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009
Tebal : 120 hal.
Genre : Komik-Budaya



Paninggilan, 8 Oktober 2011

* Menirukan istilah seorang sahabat

Living in Harmony a la Fariz RM

Awalnya saya cenderung skeptis ketika melihat buku terbaru karya Fariz RM berjudul Rekayasa Fiksi. Kalau tidak salah, buku itu diterbitkan untuk menandai kiprah Fariz RM di jagad permusikan Indonesia. Saya tidak menyangka bahwa seorang musisi sekelas Fariz RM mampu membuat tulisan yang kemudian dikumpulkan dalam satu bentuk buku.


Belakangan, skeptisitas saya itu semakin tidak beralasan. Kelak, saya semakin sadar bahwa buku ini adalah 'prelude' untuk Rekayasa Fiksi. Saya tahu itu ketika perlahan membaca halaman demi halaman dari buku pertama Fariz RM ini: Living in Harmony. Terbagi dalam tiga bab, berisi tentang pengalaman-pengalaman Fariz RM selama menggeluti dunia musik. Mulai dari jadi seorang center of attention hingga memainkan peran sebagai musisi belakang layar.

Fariz RM seorang musisi yang piawai memainkan berbagai instrumen ini pandai juga dalam mengutarakan hal-hal yang menjadi kegelisahan musisi seperti dirinya. Sejatinya demi eksistensi dan kontinuitas karya yang dihasilkan. Maka, jangan heran bila beliau pun sanggup memberi kritik untuk musisi pendatang baru yang kerap berkarya hanya demi setumpuk rupiah belaka. Hanya jadi one-hit-maker lalu jual Ring Back Tone, selesai urusan!

Buku ini menguak lebih dalam sisi kehidupan Fariz RM. Bisa dikatakan, jadi semacam memoar atau catatan pinggir ala Goenawan Muhammad. Hitam dan putih kehidupan  dunia yang digeluti Fariz RM (termasuk kasus kepemilikan narkoba) agaknya membuat beliau harus memberikan sesuatu untuk dunia musik Indonesia. Tidak melulu dengan karya dan konser spektakuler. Melainkan dengan pemikiran out-of-the-box agar kita mampu berkaca dan semakin mengasah pemahaman.

Tak salah kiranya bila musisi yang menciptakan lagu "Barcelona" ini sendirian mendapat predikat sebagai Maestro. Pengalaman demi pengalaman telah membawa Fariz RM menjadi sosok jenius dan kreatif dalam bermusik (baca: berkarya).

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan


Akhir-akhir ini, saat dan setelah membaca buku ini saya jadi doyan nonton/streaming konser musisi (dalam dan luar negeri). Sekedar iseng (entah karena  posesivisme) saya convert video hasil streaming menjadi mp3. Dari dalam negeri, saya tentu penasaran dengan aksi panggung Fariz RM sendiri. Kebetulan, di Java Jazz 2011 kemarin beliau membawakan medley lagu Sakura dan Barcelona.

Sungguh suatu penampilan dan totalitas yang sempurna. Tidak hanya dalam kata-kata yang beliau sendiri tulis dalam buku tetapi benar-benar dibuktikan lewat aksi panggung yang menawan lengkap dengan gubahan aransemen yang segar.

Dari luar negeri, saya simak penampilan Linkin Park, Limp Bizkit, Matchbox 20 (termasuk episode Storyteller VH1), Muse, Oasis, Radiohead, dan Alanis Morisette. Aksi panggung mereka memang sudah tidak diragukan lagi. Saya melihat penonton yang hadir dalam konser-konser mereka tidak hanya mampu larut dalam suasana fanatisme yang lazim. Mereka bahkan menjiwai setiap lirik lagu yang dibawakan artis pujaannya tersebut.

Ada beberapa hal yang menarik bahwa totalitas berkarya itu sangat nyata selain aksi panggung/performance. Berbekal pengalaman sebagai arranger, composer, produser, dan player yang terlibat dalam penciptaan 159 album. Begitu makna yang saya tangkap dari cerita-cerita beliau dalam buku. Bahwa kejujuran dan totalitas dalam berkarya tentu semakin menampakkan jatidiri, identitas, dan kualitas karya seorang musisi.

Sungguh semua itu harus jadi pelajaran bagi musisi muda Indonesia bila masih ingin dikenang sebagai musisi papan atas at least lima tahun ke depan. Bukan hanya sekedar jadi penggembira yang punya banyak album dan sering tampil di panggung off air yang berlabel acara TV tertentu saja.

Kondisi ini sangat faktual. Betapa banyak lagu-lagu lawas kemudian direcycle dan dinyanyikan kembali oleh penyanyi pendatang baru sebagai jalan pintas menuju popularitas. Maka benarlah kata Superman Is Dead: nyanyikan lagu orang lain dan kau akan terkenal!* 

Belajar dari Fariz RM, artinya kita dihadapkan pada problematika untuk tetap mempunyai jatidiri yang semakin terasah dengan ketekunan dalam berkarya tetapi lantas tetap selaras dengan norma-norma di sekitar kita. Sehingga, karya-karya yang dihasilkan akan tetap abadi dan masih akan tetap dinyanyikan orang. Bukan hanya sekedar dikenang dan jadi bagian sejarah semata.

Judul: Living in Harmony: Jatidiri, Ketekunan, dan Norma. Catatan Ringan Fariz RM.
Penulis: Fariz RM
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahun: 2009
Tebal: 312 hal.
Genre: Musik-Memoar


Medan Merdeka Barat-Paninggilan-Pharmindo, 2-17 Oktober 2011.

* dari penggalan lirik lagu Superman Is Dead, "Punk Hari Ini"

Sabtu, 08 Oktober 2011

Kematian Donny Osmond


Kehidupan remaja adalah kehidupan dengan wahana yang sangat luas dan dinamis. Selalu menjadi tema yang tidak ada habisnya. Dunia remaja adalah suatu dunia dimana jatidiri ditentukan. Pencarian identitas demi satu citra jatidiri menjadikan para remaja rela melakukan usaha apapun untuk mewujudkannya. Kadang demi alasan eksistensial.

Berbeda dengan karya lainnya, Kematian Donny Osmond agaknya ditujukan untuk pembaca remaja. Cerita yang disajikan pun berkisar tentang cita-cita dan sekelumit pergaulan anak-anak remaja dalam mencari jati diri dan makna eksistensial mereka di tengah lingkungannya.

Diangkat dari berbagai fenomena sosial yang menimpa kalangan remaja, mulai dari kisah percintaan, perjuangan, pergaulan, hingga tawuran yang kerap kali menimbulkan korban jiwa. Semua kisah ini menjadi semakin remaja karena diterbitkan kembali dari beberapa karya Seno di majalah/tabloid remaja. Tidak hanya itu saja, menarik untuk menemukan alasan dibalik adanya sisipan resep otak-otak dan efek dari film Basic Instinct terhadap anak remaja.

Bukan tanpa alasan bila kumpulan cerpen ini disajikan tidak melulu dengan teks. Asnar Zacky yang digandeng Seno untuk menggarap efek visual cari semua judul cerita mampu menangkap kesan imaji visual yang sengaja ingin dihadirkan oleh Seno sebagai penulis cerita. Dengan adanya sisipan efek visual berupa komik tersebut maka membuat suatu  pengalaman tersendiri seperti membaca Graphic Novel. Kelak, Zacky pun berkolaborasi kembali dengan Seno untuk penerbitan komik Sukab Intel Melayu.

Judul : Kematian Donny Osmond
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2001
Tebal : 159 hal.
Genre : Komik-Remaja



Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 2-8 Oktober 2011.

Sabtu, 24 September 2011

Tips Hidup Sehat: Burn More Calories

Top 10: Ways To Burn More Calories


Huge training and dietary interventions are definitely a great way to jump-start fat loss. With that said, many times this approach fails as people can’t handle changing many aspects of their daily routine all at once. Even if they can, sometimes the best way to stave off weight gain is to make slight modifications to the things you’re already doing. Whether you want to lose fat or maintain low levels of fat, use these 10 ways to help burn more calories throughout the day.

No.10 Interrupt your day with brief exercises


The problem most of us have is that we spend way too much time sitting in a relatively passive position (meaning minimal muscle activation). Getting up to do a few squats in your cubical or simply sitting up straight, tensing your stomach and pulling your shoulder blades back for 30-second holds throughout the day will help strengthen the muscles that reinforce good posture -- and you'll burn some calories in the process.

No.9 Eat spicy foods


Have you ever felt that you were going to break into a sweat while munching on some jalapenos?  Most people have felt the physical effects of spicy food at some point in their lives. The truth is that spicy foods can actually speed up your metabolism. Adding a little spice to your foods will help you burn more calories after you eat.

No.8 Move weights quickly


In general, you should perform your exercises so that you lower the weight under control, then move it up as quickly as possible. This lowers the recruitment threshold of motor units, meaning you’ll get more muscle fibers involved with each repetition. More muscle involved on each repetition can translate into more calories burned during your training sessions.

No.7 Maintain adequate hydration


There are a million advantages to staying hydrated. Because optimal mental and physical performance depends on proper hydration, staying hydrated will allow you to train with a greater focus and intensity, so you'll burn more calories. If you’re worried about burning calories, you’re probably interested in losing fat, in which case keeping your carbohydrates low is going to be essential. If water doesn’t suit your taste buds, try a low-carb sports drink like POWERADE ZERO.

No.6 Add muscle mass

Compared with other tissues in the body (like bone or fat tissue), muscle has a significantly higher metabolic rate. This means that it “costs” your body more calories to keep it alive and functioning. Aside from the fact that the process of building muscle will burn calories, just having a few pounds of muscle will allow you to burn more calories throughout the day, regardless of your activity levels. Plus, chicks dig guys with a muscular physique. Everywhere you look, a win.

No.5 Lift heavy weights


The old “light weight, high reps” idea is a mistake. All these programs do is waste your time. Everyone worth their salt knows that muscular adaptations result from training that tests muscular capacity. Some people recommend doing sets to failure as a means of testing capacity, which can be beneficial in adding muscle mass (if done correctly). Another strategy to add muscle and a lot of strength is to lift heavy weights. Heavy, of course, is all relative to your individual capacity. If you have a solid training base and are familiar with all the exercises you’re doing, try adding in some high-load, six-to-eight rep sets to your training session. These heavier loads are more likely to recruit more muscle mass, allowing you to improve your strength and the size of your muscles as you burn a ton of calories.

No.4 Do unilateral lower body exercises


When most people see someone do a squat with 300 pounds and a reverse lunge with 200 pounds, they assume the squat is a more effective exercise because you can move a heavier load. Surprisingly, external training loads are somewhat comparable between exercises like front squats and reverse lunges. If someone can front squat 225 pounds for 6 reps, he can probably reverse lunge about 225 pounds for 6 reps each leg. There are both neural and mechanical reasons for this phenomenon. By choosing the unilateral option (reverse lunges), you create a greater stimulus to the working muscles and are forced to do more reps. Both of these results will help you burn more calories during your training.

No.3 Eat high-quality protein with every meal


The thermogenic effect of digesting/absorbing protein is higher than other macronutrients, like fat and carbs. This means that it takes more energy/calories to process protein. In fact, some reports state that as much as 50% of the calories consumed as protein are “used” in the digestion/absorption process. Eating a high-quality protein source (like fish and  lean meats) will increase the thermogenic effect of the meal and keep your metabolism revved up.

No.2 Perform mini-lifting circuits

Most traditional programs have you sit and rest between sets of an exercise. It’s true that this allows the muscles you just used to rest. If you’re competing in a max-effort lift, this is a good “recovery” strategy. For the average gym-goer, it’s a complete waste of time. There’s a substantial difference between localized fatigue (one muscle group) and central fatigue (full body). Most sets result in localized fatigue, meaning the rest of your body is rested enough to do a quality set. Instead of sending text messages or sitting on a bench and staring blankly at the girl across from you, use your rest intervals to do exercises for different muscle groups. An example would be do a mini-circuit with a dumbbell reverse lunge, dumbbell chest press and stability ball front plank. By using this “rest period” to do exercises for different muscle groups, you can burn more calories in the same amount of training time.

No.1 For cardio, do high intensity interval training

High intensity interval training (HIIT) is the most effective “bang-for-your-buck” calorie-burner out there. It’s also the most effective fat burner. Forget everything you’ve been told about “fat burning zones”; the truth is that there is a formidable amount of scientific evidence supporting interval training over steady-state cardio work in terms of fat and weight loss. In fact, one report demonstrated that interval training burns nine times as much fat per calorie burned. Since you burn substantially more calories in any given time period using interval training (compared with steady-state cardio), HIIT is an easy choice to meet your calorie-burning needs.

Taken from here

Paninggilan, 24 September 2011

Senin, 19 September 2011

Pelajaran Sejarah: 18 "Penjahat" Paling Dimusuhi dalam Piala Dunia





Sepakbola adalah suatu wahana kehidupan. Entah benar atau tidak, tetapi sepakbola telah menjelma menjadi satu entitas yang akan selalu hidup dalam benak dan sanubari penggemarnya. Adalah sepakbola juga yang menggambarkan berbagai realita kehidupan. Sejatinya adalah tentang betapa tipisnya sekat pemisah antara kemenangan-kekalahan, pahlawan-pecundang, kerja keras-keberuntungan dan beberapa hal menarik lainnya yang mampu disajikan oleh hidup ini.

Simak saja beberapa penjelasan tentang siapa yang mengusulkan adanya asisten wasit yang berlari kesana-kemari seperti setrika, atau siapa pula yang berinisiatif mengadakan hukuman dengan kartu merah dan kartu kuning. Tidak hanya itu, buku ini juga menyajikan cerita-cerita tentang tokoh sepakbola pada zamannya. Ditulis dengan memperhatikan timeline, maka pembaca tidak akan terlalu sulit untuk membayangkan lorong waktu dalam cerita beserta tokoh-tokoh yang terlibat didalamnya. Semua tokoh itu tampil dengan sensasinya masing-masing. Eropasentris Sir Stanley Rous, Maradona dengan ke"dewa"annya, glamorisme David Ginola, kebodohan David Beckham, kedipan maut Cristiano Ronaldo, hingga anomali kesalahan terhadap Marco Materazzi. Temukan juga alasan lain selain Battle of Tiera del Fuego, tentang mengapa pertandingan Inggris VS Argentina selalu jadi "perang suci" bagi kedua tim.

Semua kisah mengajarkan pada kita bahwa sepakbola pun tak ubahnya seperti hidup yang biasa kita jalani. Semua ingin menuju puncak kejayaannya, entah bagaimana caranya, yang pasti kita semua selalu ingin jadi pemenang. Walau kadang, (seperti sudah ditulis diatas) batas antara pemenang dan pecundang, sangatlah tipis.


Judul : Football Villains: Kisah Seru 18 "Penjahat" Paling Dimusuhi dalam Sejarah Piala Dunia
Penulis : Owen A. McBall
Penerbit : B-first
Tahun : 2010
Tebal : 202 hal.
Genre : Olahraga-Sepakbola


Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 19 September 2011.

Sabtu, 17 September 2011

Laki-laki Lain Dalam Secarik Surat

Buku yang pernah diterbitkan dengan judul Kritikus Adinan ini merupakan perwujudan dari obsesi kepengarangan seorang Budi Darma. Melalui cerita-cerita terbaiknya dalam buku ini, Budi Darma seolah ingin mengajak kita menelusuri kisah-kisah tentang problematika manusia modern saat berinteraksi dengan dunia luar maupun dirinya sendiri.



Kesan maskulinitas menjadi dominan dan agaknya menjadi nilai tambah tersendiri. Lihat saja judul-judul dalam buku ini, entah memang disengaja seperti itu untuk menyesuaikan dengan judul buku atau memang karena cerita-cerita terbaik Budi Darma adalah yang seperti itu.

Melalui tokoh-tokohnya, Budi Darma menampilkan sosok manusia yang ganjil, keji, dan cenderung asosial. Namun, disisi lain, mereka bisa menjadi begitu naif, baik hati, dan jujur. Sebagai penulis fiksi, karya Budi Darma telah mencapai suatu tingkat pencapaian yang tinggi. Berbagai cerita dalam buku ini telah menggambarkannya. Terkadang ada penyelesaian di akhir cerita, walau tak sedikit juga yang meninggalkan tanya dan jawab di benak pembaca.

Tidak terlalu salah apabila buku ini dinamai cerita-cerita terbaik. Ciri khas tulisan Budi Darma yang mengalir lembut tetapi penuh kejutan seperti di novel Olenka ataupun kumpulan cerpen lainnya, Orang-orang Bloomington masih tetap terasa orisinil. Semua cerita yang terangkum apik membawa pembaca pada perenungan mendalam tentang manusia dan kemanusiaan.

Judul : Laki-laki Lain dalam Secarik Surat: Cerita-cerita Terbaik
Penulis : Budi Darma
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2008
Tebal : 268 hal.
Genre : Sastra- Kumpulan Cerpen


Medan Merdeka Barat, 6 September 2011

Jumat, 16 September 2011

Komik Anak Sekolah Gokil - Bacaan Wajib Menuju Indonesia Cerdas 2015

Rutinitas keseharian dunia pendidikan memang selalu mengasyikkan untuk dijadikan bahan ejekan. Selalu ada saja yang bisa ditertawakan. Mulai dari kelakuan murid dan guru yang tidak pernah bisa akur hingga tindak-tanduk sesama murid yang punya keunikan masing-masing.


Lihat saja aktor utama dalam komik ini, Vannes & Aditas, duet maut geng iseng yang selalu ribut di sekolah. Mereka berdua selalu punya sejuta jurus ampuh buat mengakali Pak Kepsek dan Pak Noodle, Sang Guru Killer yang sangat menyebalkan. Nggak ketinggalan anggota geng lainnya. Si Kosong, yang didiagnosis berpenyakit selalu-dapat-nilai-nol. Si Bebop, gudang jerawat yang bermimpi punya pacar cantik kayak Miss Universe. Xena, si Cewek Kuda Nil--gebetan Anthony si Superkeren, tapi dia malah mupeng dan superngebet sama Vannes.

Komik karya komikus Malaysia ini mengadopsi bentuk komik strip empat panel dengan dua cerita pada satu muka halaman. Bentuk seperti ini mengingatkan kita pada komik strip Garfield yang tampil dengan tiga panel.

Walaupun komik ini diterbitkan pertama kali di Malaysia, tetapi tidak mengurangi esensi dari humor khas anak sekolah. Tidak terlalu berlebihan pula bila kita pada akhirnya bisa menyimpulkan bahwa selera humor orang Malaysia itu tidak jauh berbeda dengan kita orang Indonesia.

Judul : Komik Sekolah Anak Gokil
Penulis : Michael C. Keith
Penerbit : DAR! Mizan
Tahun : 2010
Tebal : 116 hal.
Genre : Komik


Medan Merdeka Barat, 5 September 2011.

Selasa, 06 September 2011

Life as We Know It - not as we ever wanted...

Have you ever wonder to have a child without getting married?



Holly Berenson (Katherine Heigl) dan Eric Messer (Josh Duhamel) dipertemukan ketika sahabat mereka yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak, Peter dan Allison merencanakan sebuah “blind date” untuk mereka. Tanpa disangka, Peter dan Allison mengalami sebuah kecelakaan. Inilah awal mimpi buruk bagi Holly dan Messer. Usai pemakaman, mereka harus menerima kenyataan bahwa Sophie dalam tanggungan mereka. Mereka tinggal berdua di rumah yang ditinggalkan mendiang dan berusaha menghormati keputusan mendiang. Sampai disini, Messer dan Holly harus menerima kenyataan (lagi) bahwa membesarkan anak itu bukanlah yang mudah. Kesibukan masing-masing membuat mereka harus berbagi jadwal asuh.

Berbagai cara harus mereka lakukan demi menjadi orangtua dadakan. Belajar memasang pampers, memandikan bayi, hingga menemukan dokter yang tepat. Masalah lain timbul ketika mereka ternyata saling menyukai walau pada awalnya saling membenci dan menyangkal. Terbukti ketika mereka memutuskan untuk kembali jadi diri mereka masing-masing walaupun tinggal satu atap dan punya titipan bayi kecil. Messer bisa kencan dengan gadis lain dan Holly pun kebalikannya-berkencan dengan Sam si Dokter Anak.

Benarkah mereka saling mencintai? Menjelang akhir cerita, Messer mendapatkan pekerjaan impiannya di Phoenix. Suatu dilema karena ia juga tak ingin melepaskan tanggungjawab kepada Sophie dan Holly. Holly merasa keputusan itu tidak fair bagi mereka. Mungkin karena Holly mulai jatuh hati pada sosok Messer. Dan seperti sudah bisa ditebak,cerita berakhir ketika mereka benar-benar saling mencintai dan merindukan kebersamaan yang sempat hilang. Mirip ending The Love of The Game yang dibintangi Kevin Costner.



Catatan Akhir Seorang Kritikus Dadakan

Memiliki anak tanpa harus melalui suatu ikatan pernikahan bisa jadi hal yang mudah atau malah sangat berat untuk dijalani. Terlepas dari perasaan sayang dan posesif terhadap si buah hati. Menikmati film ini sama juga dengan membayangkan hal seperti itu terjadi. Entah bagaimana, tiba-tiba sahabat kita menitipkan anaknya kepada kita hanya karena kita adalah sahabat dekatnya. Cukup beralasan. Mau tidak mau, sahabat bukanlah orang yang harus dikecewakan. Terpaksa atau tidak, kita akan menerimanya dan mulai menjalani peran baru itu. Masalahnya, apakah anda akan tetap menjalani semua itu sebagai diri anda sendiri atau orang lain? Itulah tema sederhana yang diangkat dalam film berdurasi 90 menit ini.

Agaknya, film ini terlihat sebagai drama keluarga namun tidak terlalu salah juga bisa digolongkan ke dalam genre komedi romantis. Beberapa scene memang menghadirkan gurauan-gurauan khas young-not-married people. Anyway, saya suka adegan ketika Messer menidurkan Sophie dengan alunan lagu Creep. Everybody loves Radiohead!

Menjalani kehidupan dengan peran ganda sebagai orang tua angkat dan juga sebagai pribadi yang utuh tentu menimbulkan banyak gesekan. Entah dengan siklus hidup pribadi maupun dengan rutinitas harian. Belum lagi dengan menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak menjalin hubungan dalam suatu ikatan pernikahan. Tetapi, rasanya pepatah tidak penah salah: alah bisa karena biasa. Cinta datang karena terbiasa. Perlahan tapi pasti, salah satu dari mereka akhirnya mengakui. I love that part, when Messer (finally) admit that he’s really loves Holly. Akhirnya, film ini menghadapkan kita pada situasi dimana kebersamaan dalam keluarga adalah suatu hal besar yang akan membuat seseorang merindukan yang lainnya. Lainnya, kita tetap bisa mencapai tujuan pribadi masing-masing tanpa harus menjadi orang lain.

Judul : Life as We Know It
Sutradara : Greg Berlanti
Tahun : 2010
Produksi : Warner Bros Pictures
Genre : Drama, Komedi Romantis
Pemain : Katherine Heigl, Josh Duhamel, Josh Lucas, Brooke Clagett


Medan Merdeka Barat, 25 Agustus 2011.

*Photo reproduced from here

Rabu, 10 Agustus 2011

Lonely Loner Symphony (2)


Aku bukan siapa-siapa dan tak seharusnya merasa apa.
Satu peristiwa sejarah terlewati.
Tentang sebuah nama.
Bahagiamu... Bahagiaku pasti...
Selamat mengarungi warna-warni gelombang dunia satu kayuh berdua.
Just like i used to be,
I'm all alone...
And, life is very long...


Cirebon-Jakarta, 11 Juli 2011

Lonely Loner Symphony



A Great Loner walking alone and made a journey himself
Walking through the memory lane of her
Shattering the sky
God always knows why
Life happens,
Everytime, everywhere


Paninggilan, 8 Juli 2011.


Masihkah Sahabat?

Sahabat itu seseorang yang tak pernah mengecewakan anda. Seseorang yang bertepuk tangan paling keras dan tak pernah menertawakan mimpi-mimpi anda. Seseorang yang mengerti anda, kadang lebih dari anda sendiri. Seseorang yang menyimpan rahasia dan selalu ada di saat-saat tersulit.*

Pertanyaan: Apakah wajar bila seorang sahabat masih menyimpan rahasia tentangnya sedang engkau sudah pasrahkan rahasiamu padanya? Apakah wajar bila memang ada rahasia dalam persahabatan?


Paninggilan, 15 Juli 2011.

* dikutip dari iklan perusahaan asuransi, Harian Kompas, 15 Juli 2011.

Selasa, 19 Juli 2011

Quote of The Day

"Hidup itu kadang tentang menghargai pilihan."

Kadang kita orang hidup ini harus bisa dan mampu menghargai pilihan, apalagi yang dipilih sendiri. Apapun konsekuensinya, pilihan harus ditetapkan. Suka atau tidak, benar atau salah, baik atau buruk sekalipun.

Memang benar hati ini masih mengharapkan dan tak ingin usai begitu saja. Benar juga hati ini masih ingin menyapa. Masa kan tiba bawa waktu tinggal harap cemas. Saya telah memilih sikap demikian. Entah hanya untuk pembenaran sepihak atau untuk mengurangi perasaan bersalah. Mungkin juga sangat tidak adil bagi seseorang. Tetapi begitulah hidup. Kadang kenyataan tidak selalu menyenangkan.


Diatas bis jemputan, Tomang. 14 Juli 2011.

You Oughta Know

Today, as friend asked me to do this weird-but-funny thing. I put my Winamp on shuffle. I pressed the next button to get my answer. Voila! Then, i wrote that song name no matter how silly it sounds.

I tag some friends and i want them to do same thing. Have a silly try everyone!


1. IF SOMEONE SAYS ‘ARE YOU OKAY’ YOU SAY?

Sometimes Love Just Aint Enough - Patty Smith

(Yeah, baby sometimes love just aint enough...)


2. HOW WOULD YOU DESCRIBE YOURSELF?

It's Not Goodbye - Laura Pausini

(then i'm not the one who used to said a Goodbye! :p)


3. WHAT DO YOU LIKE IN A GUY/GIRL?

Make It With You - Olivia Ong

(I really think that we could make it!)


4. HOW DO YOU FEEL TODAY?

Foolery - Olivia Ong

(FYI, I wasn't such a fool!)


5. WHAT IS YOUR LIFE’S PURPOSE?

Stars - Simply Red

(just like Mick Hucknall said, i wanna falls through the stars, straight into your heart..)


6. WHAT’S YOUR MOTTO?

True Colors - Phil Collins

(I see your true colors... that's why i loved you..)


7. WHAT DO YOUR FRIENDS THINK OF YOU?

Need You Now - Lady Antebellum

(They will really need me now :D)


8. WHAT DO YOUR PARENTS THINK OF YOU?

Hands On Me - Vanessa Charlton

(Parents always know the best, yeah!)


9. WHAT DO YOU THINK ABOUT VERY OFTEN?

My Favourite Things - Olivia Ong

(Sometimes i'm afraid i'm extraordinary...)


10. WHAT IS 2 + 2?

Jigsaw - /rif

(Only God and Nietzsche knows why...)


11. WHAT DO YOU THINK OF YOUR BEST FRIEND?

Missing You - John Waite

(How come? Yes i did really missing them)


12. WHAT IS YOUR LIFE STORY?

All I Wanna Do Is Make Love to You - Heart

(No further comment! Next question please...)


13. WHAT DO YOU WANT TO BE WHEN YOU GROW UP?

That I Would Be Good - Alanis Morisette

(even when i numb myself...)


14. WHAT DO YOU THINK WHEN YOU SEE THE PERSON YOU LIKE?

Seputih Hati - Agnes Monica

(perasaan cintaku ini tak bisa ku bendung lagi.... as Agnes said..)


15. WHAT WILL YOU DANCE TO AT YOUR WEDDING?

Bitch - Meredith Brooks

(Four thumbs up for this weird answer :)) )


16. WHAT WILL THEY PLAY AT YOUR FUNERAL?

Air Mata Api - Iwan Fals

(Just to make sure that a funeral shouldn't be a saddest moment. Thanks, Pal!)


17. WHAT IS YOUR HOBBY/INTEREST?

Menikah - Java Jive

(The Next Poligamist!)


18. WHAT IS YOUR BIGGEST FEAR?

Heaven Is A Place On Earth - Cindy Lauper

(Sometimes i'm afraid God send me to heaven just because my extraordinary :) )


19. WHAT IS YOUR BIGGEST SECRET?

Terlena - Ikke Nurjanah

(terlena di pangkuan siapa? :D )


20. WHAT DO YOU WANT RIGHT NOW?

Jatuh Bangun - Kristina

(Such a hard moment, i think :(( )


21. WHAT DO YOU THINK OF YOUR FRIENDS?

Gadis Atau Janda - Mansyur S feat. Elvi Sukaesih

(cepat katakan saja jangan maluuuu....)


22. WHAT WILL YOU POST THIS AS?

You Oughta Know - Alanis Morisette



Paninggilan, 22 Juni 2011.


Selasa, 21 Juni 2011

Lady Antebellum: a short story



Lady Antebellum is a country music group formed in Nashville, Tennessee in 2006. The trio is composed of Charles Kelley (lead and background vocals), Dave Haywood (background vocals, guitar, piano, mandolin) and Hillary Scott (lead and background vocals). The group made its debut in 2007 as guest vocalists on Jim Brickman's single "Never Alone", before signing to Capitol Records Nashville and releasing "Love Don't Live Here".

The song, which nearly reached the top due to its breakthrough performance by the group peaked at #3 on the Hot Country Songs chart in May 2008, served as the first single to the group's self-titled debut album. Certified platinum in the U.S., the album also includes the singles "Lookin' for a Good Time" and "I Run to You", the latter of which became the group's first Number One in July 2009.

"Need You Now," was released in mid-2009 and was the first single off the band's new album released in January 2010; it was also the group's second number one single. "American Honey", the second single from Need You Now, was released in January 2010, and became their 4th top 10 single, as well as their third #1 single. "Our Kind of Love", the album's third single, was released in May 2010, and became their fourth consecutive Number One on the Hot Country Songs chart.

Lady Antebellum has been awarded Top New Duo or Group in 2009 by the Academy of Country Music and New Artist of the Year in 2008 by the Country Music Association. They were nominated for two Grammy Awards at the 2009 51st Grammy Awards; and two more at the 2010 52nd Grammy Awards.Of these nominations, they took home the award for Best Country Performance by Duo or Group with Vocals for "I Run to You". More recently on April 18, 2010, the group was awarded Top Vocal Group, Song of the Year ("Need You Now"), and Single of the Year ("Need You Now") at the 45th ACM Awards.


Source: click here

The Lies We Live In (2)

Will you remember me the way i remember you...*

"Ada bagian masa lalumu yang belum selesai..."
"Bagian mana?"
"Tanya dirimu, hatimu lebih tahu..."
"Apa perlunya? Apa itu masalah untukmu?"
"Kadang-kadang itu jadi masalah buatku. Lagipula kamu tak peduli."
"Kamu cemburu...?"
"............"

Percakapan terakhir pada suatu senja penghabisan itu membuatku teringat lagi padanya. Aku masih mengingkari kenyataan bahwa memang ada bagian masa laluku yang belum selesai. Bagai noktah kecil dalam tirai hati. Aku tidak mau mengakui kalau aku masih belum bisa melepasakan semua ingatan tentang perempuan yang menangis ketika kutinggalkan sore itu. Dan kini, perempuan lain hadir dalam hidupku hanya untuk sekedar mengingatkan perihal masa lalu itu.

Aku yakin ia tidak sedang merasa seperti Inez yang batal menikah dengan Francis Lim, hanya gara-gara Francis masih punya masa lalu yang belum selesai dengan Retno.** Ah, sudahlah. Hidup ini tidak seperti novel walau kadang diperlukan waktu yang panjang untuk menyudahinya dan kejutan-kejutan hebat sebagai bumbu cerita.

"Kadang tidak perlu benar-benar jahat untuk jadi penjahat..."
"Kata siapa? Apa itu sindiran buatku?"
"Ya, jika kau merasa..."
"Lantas?"
"Tidak perlu memaksa melupakan bila memang tak sanggup"
"Kamu cemburu?"
"........."

Lagi-lagi hanya diam. Perempuan yang ada dihadapanku itu membuang mukanya. Tidak lagi menghiraukan aku yang dengan gantengnya melirik wanita di meja sebelah.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Lagu itu. Lelah, lelah hati ini... Menggapai hatimu tak juga menyatu...*** Beberapa hari terakhir ini sepertinya tidak ada lagu lain buat dirinya. Entah, aku tidak peduli mengapa sebabnya yang jelas kini matanya tidak mau lagi menatapku.

Aku rasa berkomitmen itu mudah dan bukan sesuatu yang 'sakral'. Dalam komitmen yang dibutuhkan hanya kesungguhan untuk menjalani hidup bersama tanpa harus melupakan diri masing-masing. Toh, kita masih bisa tetap jadi diri sendiri. Tetapi, apakah meninggalkan segala ingatan tentang masa lalu adalah bagian dari komitmen itu juga?

Semua orang punya rahasia masing-masing. Aku dan dia sama saja. Kita sama-sama pernah punya lubang di hati. Aku rasa kita berdua telah sama dewasa. Bicara dengan logika walau perempuan itu cenderung melibatkan emosinya.

"Sudah berapa lama kamu berhenti menemuinya?"
"Sejak aku mengenalmu"
"Gombal"

Aku memang pernah menginginkannya. Aku memang selalu rindu padanya. Pada tatap hangat dan senyuman yang merekah indah setiap pagi. Pada semua momen bersama yang terlalu indah dilepaskan. Sampai akhirnya, aku pula yang menghentikan perasaan itu. Aku memang meninggalkan luka padanya, itu memang salahku. Lagipula, aku tidak akan memaafkan diriku bila aku sampai hati memainkan perasaannya. Aku sedang tidak ingin serius apalagi sampai harus memegang komitmen. Untuk apa? Dengan diriku saja aku masih belum bisa berkomitmen apalagi dengan dia. Sudahlah, aku pergi.

"Kamu masih ingat perjumpaan kita?"
"Masih, bagaimana bisa aku lupa?"
"Apakah itu suatu penyangkalan?"
"Tentu tidak. Kamu tentu tahu betapa hebatnya ingatanku."
"Apa itu sebabnya kamu masih belum bisa lepas darinya?"
"Apakah kamu minta penjelasan?"
"Things happens for a reason..."
"Not everything in common..."
"Ah, tentu kamu masih ada rasa..."
"Itu untukmu..."
"Is that a compliment?"
"Akuilah, kamu cemburu?"

Perempuan itu terdiam lagi. Senyum tipisnya merekah seakan penuh kemenangan. Perlahan ia hirup aroma kopi Aceh pesanannya. Betapa sederhananya menemukan kebahagiaan dalam hidup ini walau hanya dalam aroma kopi.

"Kadang terlintas untuk cemburu, tapi buat apa? Toh aku tahu kamu tidak akan kembali pada masa lalumu."
"Mengapa kamu begitu yakin? Aku bisa saja melakukannya."
"Aku percaya kamu takkan bisa melakukannya"
"Mengapa tidak?"
"Aku ini bukan apa-apa sehingga seandainya kehilangan dirimu pun aku rela, tak ada yang abadi walau memang kadang terlalu sulit menerima kenyataan..."

Kalimat terakhirnya cukup membuatku merasa bersalah. Aku tidak pernah meragukan dirinya. Sudah terlalu banyak 'pertengkaran' semacam ini. Suatu proses atas nama pendewasaan. Kami pun cukup sadar untuk melewati gerimis berkerikil tajam ini. Bukan suatu alasan untuk menyerah dan berpisah.

Dalam keremangan senja gerimis benar-benar menutup hari. Lampu temaram jalanan mulai menghiasi sudut kota. Para pekerja kantoran mulai berhamburan, sebagian menutupi kepala sebisa mereka. Pertanda episode kehidupan dimulai kembali.

"Memang sulit untuk menutup masa lalu, apalagi tentang dia.."
"Maksud kamu?"
"Selesai tidak selesai itu hanya dipikiranmu saja. Aku tidak tahu apa-apa."
"Apakah itu mengubah sesuatu?"
"Mungkin saja!"
"Apa itu?"
"Mungkin tidak ada bedanya. You do well and i'll live mine."

Ingatanku kembali pada Inez, yang mungkin punya sejuta tanya tentang mengapa Francis meninggalkannya hanya demi sebuah masa lalu yang tertinggal dan belum selesai. Bukanlah masa lalu itu adalah akhir dan kita hanya diperbolehkan untuk menengok sebentar. Bukan lantas tinggal kembali dan menjalaninya sementara melupakan hari ini.

Aku tersadar ketika perempuan itu memelukku erat dalam guyuran gerimis. Aroma perpisahan mulai mewangi. Aku harap bukan, mungkin itu sisa parfumnya. Perempuan itu bergegas mengejar taksi. Dalam hitungan detik, perempuan itu menuju belantara kemacetan. Macet di Jakarta adalah bagai dosa yang takkan berakhir. Kulangkahkan kaki, sambil bergumam dalam hati: i'm all alone, and life is very long.

Ponselku berbunyi. Yup. Malam ini aku ada kencan dengan Cinta. Yeah!


Paninggilan-Medan Merdeka Barat, 13 Juni 2011.


* dari lirik lagu "Remember My Sweet Moments", soundtrack iklan Tropicana Slim
** baca novel"Travelers Tale", Adhitya Mulya dkk, Gagasmedia, 2007
*** dari lirik lagu "Lelah" dinyanyikan oleh Rafika Duri

Le Memoir du Soir (4)

Lamun enya cintana, lamun enya hayangna... Moal rek aya nu bisa misahkeunana....*

Once we're happy, the next we're crying. Kadang-kadang perasaan itu bisa berubah seketika. Itu benar terjadi. Seperti yang kubilang tadi. Sekali ini kita begitu mesra, bicara tentang pengharapan masa depan dan segala yang membuatnya kian indah. Sedetik kemudian semua itu bisa sirna begitu saja. Tanpa sisa. Meninggalkan aroma tak sedap dari senyum masing-masing.

Diantara riuh rendah demonstran di sekitar Ring 1 pengamanan objek vital kepresidenan hanya diam yang keluar dari bibirnya. Tentunya sambil membelakangiku. Seperti tak sudi. Mungkin aku telah menjelma jadi setan berhala baginya.

Pernah sekali waktu kita begitu dekat. Begitu dekat. Hanya tinggal sebatas benang merah kainnya. Begitu rasa itu terus ada. Maka, bila sekarang begini keadaannya tentulah sangat tidak mengejutkan. Buatku, tentu saja. Buatnya, mungkin ya, biasa saja. Toh, memang tidak pernah ada apa-apa diantara kita. Entah siapa yang merasa kalau jadinya seperti ini.

Bukannya mau sombong tapi kalau cuma hal yang beginian aku tentu sudah lebih jago dari dia. Aku selalu menghitung semua kemungkinan. Aku juga selalu membaca tanda-tanda yang selalu takdir bawa. Dan aku selalu siap bila memang terjadi sesuatu karena pertanda itu memang sudah ada. Seperti kelakuannya sekarang, aku sudah menduga begini jadinya.

Till we say our next hello, it's not goodbye...
**

Aku selalu ingat bagian lagu itu. Berapa hari kemarin dia selalu nyanyikan lagu itu. Aku tidak berharap hal itu benar-benar kejadian. Tapi aku tahu sesuatu. Dia terlalu lemah untuk meyakinkan dirinya sendiri. Aku yakin, cepat atau lambat dia akan segera memilih dan buat keputusan.

Aku tidak akan meminta maaf atau menyapanya duluan. Toh, aku tidak membuat kesalahan padanya. Kalau ada kesalahan tentu hanya dia saja yang merasa. Biar saja dia yang merasa dan puas bermain-main dengan perasaannya. Aku masih begini dan akan tetap begini. Walau kadang dia anggap aku ini hanya mercusuar, yang selalu memandunya bila kehilangan arah. Terserah dia, aku tidak peduli.

Dalam semburat matahari ibukota di sore yang cerah, aku dengar lagu dari radio: those were such happy times and not so long ago, how i wondered where they'd gone...***



Thamrin-Sudirman, 21 Juni 2011.


* dari lirik lagu "Bogoh Kasaha" dinyanyikan oleh Rya Fitria
** potongan lirik lagu "It's Not Goodbye" dari Laura Pausini
*** potongan lirik lagu "Yesterday Once More" dari The Carpenters


note: dibuat sambil mendengarkan lagu Letto - Lubang Di Hati, Java Jive-Menikah, Bruno Mars-Just The Way You Are, Savage Garden - To The Moon and Back, dan Yovie and Nuno - Maukah Denganku

Selasa, 31 Mei 2011

Debu Cinta Bertebaran



Novel kaleidoskop yang penuh dengan pertentangan batin dan pemikiran antara liberalisasi atas nama modernisasi global dengan nilai humanisme universal ketimuran. Suatu pertentangan yang membuat cinta pun hanya tinggal debu-debunya saja dan bertebaran dibawa angin zaman. Penulis berhasil menggambarkan pola pikir dan sudut pandang seorang Indonesia yang "terasing" di negeri seberang.

Gejolak pemikiran pasca revolusi kemerdekaan sangat terasa pada jalan cerita. Tentang bagaimana arus pemikiran individualisme Barat bercampur dengan kolektivitas ketimuran. Tentang bagaimana seorang Indonesianis melihat kedalam bangsanya sendiri. Menarik untuk dibaca sebagai refleksi penyadaran kembali tentang sejarah perjuangan bangsa terutama pasca revolusi kemerdekaan.

Judul: Debu Cinta Bertebaran
Penulis: (Alm) Achdiat K. Mihardja
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun: 2004
Genre: Novel




Paninggilan, 31 Mei 2011.

Salah

Apakah kau tak pernah tahu, betapa indahnya dirimu...*

Tiba-tiba aku merasa bahwa lagu itu, lagu yang selalu terngiang saat aku masih mengharapkanmu, yang selalu kubayangkan betapa benar indahnya dirimu itu, adalah sebuah kesalahan. Rupanya, perasaanku (saat itu) terlalu besar padamu. Sehingga kabutnya menutupi akal sehat dan logika. Ya, karena itu pula aku sudah terlalu sering membuat penyangkalan. Bahwa segala sesuatu harus diperjuangkan, bagaimanapun caranya. Tapi, agaknya aku pun lupa, "some battles can't be won"**. Dan itu adalah dirimu.

Mungkin waktu itu, aku terlalu gelap mata sehingga berani menjanjikanmu bahagia. Bahagia yang hanya kita saja. Kebahagiaan dalam memberi. Memberimu keabadian tentang rasa yang (mungkin) pernah tumbuh di sela-sela harapan dalam hati.

Sebelum aku benar-benar sadari bahwa semua itu hanya fatamorgana semata. Hilang begitu saja, tanpa bekas.

I dont know much, but i know i love you..***

Kini kusadari betul bahwasanya dirimu adalah sebuah kesalahan. Kesalahan terindah? Tidak juga, tapi tetap saja aku kecewa. Aku kecewa bukan karena dirimu yang menjelma jadi kesalahan itu. Tapi, aku kecewa pada diriku sendiri. Betapa mudahnya diriku untuk bertekuk lutut pada imaji asa dan harap yang kau beri. Padahal, semua itu tidak ada artinya bagimu. Tidak ada sama sekali. Bahkan pada semua kenangan yang kau lekatkan pada bimbangku.

Lagu itu adalah penanda. Penanda kelemahanku padamu. Diriku yang (waktu itu) selalu berusaha meyakinkanmu. Dengan segala galau dalam jiwa yang mendesah. Ada rasa untukmu. Ada harap yang ingin kutambatkan pada labuhan hatimu.

Sebelum kusadari bahwa takdir dan nasib telah bersekongkol. Kongkalikong, untuk menjeratku dalam suatu penyangkalan. I'm on a denial. Great denial. Penyangkalan agung yang membutakan segenap intuisi.




Till you do me right, i dont even wanna talk to you, i dont even wanna hear you speak my name...****

Kadang kita harus bercermin dari hari kemarin. Walaupun, ada sedikit perasaan aneh dan muak bila harus mengingat semua tentangmu, tentangnya, terlebih tentang perasaanku. Dalam penyangkalan, yang bisa kulakukan hanyalah meyakinkan diriku lagi. Bahwa, segala macam pertanda yang Dunia berikan sudah cukup untuk mengakhiri rasa itu, padamu.

Harusnya aku cukup sadar ketika lagu itu mengalun pelan setiap kali terbersit tanya tentangmu. Dan aku sudah cukup merasa menjadi orang paling goblok sedunia untuk menyangkal kembali semua pertanda itu. Nasib, biarpun terkadang lebih keras dari baja tapi rupanya ia masih memberiku banyak pilihan. Biarlah kucoba lagi mencari bunga penggantimu. Bahkan diantara keping-keping hati ini.

*

I love you always forever, near and far closing together..*****

Lain lubuk lain ikannya. Lain wanita, lain lagunya. Begitulah adanya. Biar lirik itu jadi penanda masa. Bahwa, kelak pernah ada cerita antara kita. Minimal, aku saja yang merasa.

Lagu itu selalu merdu untukku. Untukku yang selalu menunggu di dekat tangga hanya untuk tahu siapa dirimu. Kelak, aku selalu menunggumu disitu pada waktu tertentu, juga hanya untuk melihat wajahmu.

Pada suatu siang yang indah, setelah malam galau yang berlalu begitu saja, aku berhasil mengenalmu lebih dekat. Bermodal sedikit nekat. Mungkin kau kaget. Tapi, aku yakin itu bukan yang pertama bagimu.

Aku tidak perlu bilang bahwa aku menginginkanmu. Kau pun sepertinya tahu dari caramu menghindariku. Kalau bukan karena kabar dari Bunda sore itu, mungkin saat ini aku belum berhenti untuk merangkul hatimu, membawanya berlayar berkain layar cita.

Kini, yang tersisa darimu hanyalah sebuah tingkah dan kesan yang sempat tertinggal. Betapa merdunya lagu itu telah berganti dengan tingkahmu. Tanpa senyum, lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur.******



Paninggilan, 29 Mei 2011. 01.17


* dari lirik lagu "Menikah", dinyanyikan oleh Java Jive

** kutipan dari buku "The Enemy - Jack Reacher Series #8", ditulis oleh Lee Child, Dell Publishing, 2004

*** dari lirik lagu "Don't Know Much", dinyanyikan oleh Aaron Neville dan Linda Ronstadt

**** dari lirik lagu "Till You Do Me Right", dinyanyikan oleh After 7 feat. Babyface

***** dari lirik lagu "I Love You Always Forever", dinyanyikan oleh Donna Lewis

****** dengan ingatan pada lirik lagu Iwan Fals, "Pesawat Tempur".

Suatu Malam Aku Menulis

Airplane, take you away again...
Are you flying above where we live...*)

Ya. Pesawat buatan Perancis itu pula yang membawamu ke peraduan. Kembali ke pelukan Bunda. Merangkai rindu dalam akhir pekan yang terlalu singkat. Tak kulihat dulu barang sejenak. Manis senyum diatas bibir bergincu tipis yang melambaikan salam perpisahan.

Aku dengar lagu di radio butut itu. Aku akan pergi tuk selamanya. Bukan tuk meninggalkanmu sementara. Aku pasti tak kembali pada dirimu. Tapi kau jangan harap, aku takkan kembali.**) Mirip lagu yang pernah kita nyanyikan. Dulu, waktu kita masih bersama. Saling membuka rasa dan bercerita cita.

Kini, hanya pesan darimu yang jadi penanda rindu. Pesan-pesan yang tertinggal di kotak masuk dan masih enggan kuhapus satu per satu. Ternyata kusadari satu hal. Bahwa lebih mudah untuk mengusap wajahmu dan menyeka air mata daripada menghapus semua pesan itu.

Senja perlahan menghampiri. Butiran gerimis menambah resah yang selalu hadirkan kenangan. Kenapa kita menciptakan kenangan kalau ternyata malah tidak bisa melepasnya? Harusnya kita, aku dan kamu mampu hadapi semua.

Ketika malam semakin larut, aku coba menulis. Entah sajak, puisi, atau hanya catatan biasa. Mungkin untukmu, mungkin untuknya.

Masihkah aku menginginkanmu? Bila setiap pagi masih berharap senyummu
Masihkah aku menginginkanmu? Bila masih tega mengharapkanmu

Masihkah aku menginginkanmu? Bila asa itu masih ada

Masihkah aku menginginkanmu? Bila harap tak pasti resah tak peduli

Masihkah aku menginginkanmu? Takkan ku menanti bila harus mengerti

Masihkah aku menginginkanmu?
Sedang cinta aku tak punya



Sudirman-Thamrin, 27 April 2011.


*) dari lirik lagu Sleeps With Butterfly, dinyanyikan oleh Tori Amos
**) adaptasi dari lagu Aku Pasti Kembali, ciptaan Maia, direcycle oleh Pasto

Sabtu, 16 April 2011

Sisa Hujan Semalam

sisa hujan semalam masih terasa
pada lengkung pucat bulan sabit
sebelah bintang pagi langit selatan
gerimis menawan pagi

sisa hujan semalam tinggalkan mimpi pada rumput basah
pada harap selintas
senyummu pagi ini
ada kesan tertinggal


Parung, 31 Maret 2011

Doaku Malam Itu

(untuk pria yang mengaku kekasihmu itu)

Semoga ada bagian dari masa lalunya yang belum selesai.
Ada cerita tak terujar
Tentang suatu masa dan bukan tentangmu
Kelak nanti kau minta jelaskan padanya.

Parung, 30 Maret 2011

Sabtu, 12 Maret 2011

My Animal Color's Revealed


You are Purple Tiger, whose comments tend to be imposing, and you possess vigor and your presence is strong.

Your gentleman like atmosphere makes others feel you are rather cold person.

But that is because they only see your sensitive side.

Really, you are warm and honest and considerate person.

You are optimistic, and you will not to give up any little work that you have started, even if the circumstance become unfavorable and difficult.

You possess great persistence.

You possess a wonderful quality of a good leader.

You can show flexible mind towards new things and ideas.

Because you are quick minded, you can develop logical theory while listening to the other person.
You have a tendency to follow your ideals.

If this side of your personality comes out strongly, your thoughts and actions seems too over reacting to others.

If you talk too big, people around you may find it difficult to follow your way.

You are a proud person, and think high of honor.

You cannot change your mind suddenly and according to circumstances.

Nevertheless, it means that you are keeping control of yourself, and helps you from failures.


Paninggilan, 12 Maret 2011.

* mau coba? klik disini

Kamis, 10 Maret 2011

Sepasang Mata di Halte Busway

Sepasang mata menatapku tajam
Pada pagi selintas, mentari di ujung mega

Sepasang mata menatapku tajam
Entah karena seragam lusuh ini
atau headset ponsel butut itu

Sepasang mata menatapku tajam
Memaksa mencari makna
Bagai cinta tak terlacak, di bait-bait acak*


Medan Merdeka Barat,8 Maret 2011

* dari judul puisi Hasan Aspahani, "Cinta Tak Terlacak, di Bait-bait Acak", Harian Kompas Minggu, 6 Maret 2011.

Friend Said This! Eps.3

"turut sedih .... tapi orang hidup harus ada pilihan"


Paninggilan, 3 Maret 2011. 22.01

* mengenang percakapan dengan seorang kawan, dikutip dari inbox e-mail tertanggal 26 April 2010.

Kamis, 24 Februari 2011

Le Memoire du Nuit

My tea's gone cold I'm wondering why, I got out of bed at all...*

Usai mengumpulkan nyawa dan menggeliat, aku nyalakan radio. Betul, teh manis yang Ibu buatkan sudah terlanjur dingin. Barangkali beliau bangun lebih pagi. Ternyata, memang aku yang telat. Tak biasanya pagi secerah ini.

Aku minum teh buatan Ibu. Rasanya masih sama seperti teh yang selalu beliau buatkan sebelum aku berangkat sekolah dulu. Sambil memegangi kepala aku menatap keluar. It’s not a bad day anyway. The sun is ready to burn, yeah!

Ibu bilang semalam tidurku lelap sekali. Well, mungkin saja. I really had a bad bad bad day yesterday, but i won’t let her know. Beliau juga sempat bertanya kenapa. Tapi rasanya aku belum siap dan enggan ceritakan semuanya. It's Sunday anyway and the sun might be having all this day.

*

I drank too much last night got bills to pay, my head just feels in pain...*

Rasanya, aku terlalu mabuk malam ini. Bukan Jack Ding atau Joni Walkman yang kutenggak. Mungkin seharian ini aku terlalu banyak menenggak bir kekecewaan. Aku terlalu kecewa seharian ini. Jadi untuk sekedar melupakannya aku tidur saja seharian penuh. Termasuk ketika dengan cueknya tidur di kamar Ibu.

Aku sempat terjaga untuk pindah ke kamarku. Entah pukul berapa ketika kulihat Ibu masih bekerja dengan laporan dan berkas-berkas sialan itu. Aku segera keluar kamar Ibu dan bergegas. Kepalaku masih berat. Mulutku terasa sangat masam. Lalu bisa kau tebak, aku teruskan lagi tidurku. Tentu saja sambil memarkir radio di channel paling favorit yang buka 24 jam. Mirip warung punya temanku, Circle @ (dulu sekali :D ).

Rasanya mataku makin susah diajak berdamai. Entah pukul berapa sekarang. Seperti ada galau menggantung di pelupuk. Sambil terus berusaha masuki alam mimpi aku mendengarkan lagu-lagu yang mengalun pelan.

Till you do me right, I don’t even wanna talk to you...**

After tonight, I’ll never will be the same again... ***

Yeah, it’s gonna be a long long long night.

*

Pharmindo-Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 22 Februari 2011.


* dari lirik lagu “Thank You” dinyanyikan oleh Dido
** dari lirik lagu “Till You Do Me Right” dinyanyikan oleh After 7
*** dari lirik lagu “After Tonight” dinyanyikan oleh REO Speedwagon

Selasa, 22 Februari 2011

Le Memoire du Soir (3)

Semarak langit semburat keemasan menyambut kepergianku. Ya, senja di kotamu benar-benar semarak. Dengan kilap langit keemasan dan bara mentari di ujung sana. Sungguh senja yang sempurna untuk memulai suatu perjalanan.

Sayang, engkau sedang tidak disampingku. Tidak ada pertemuan antara rinduku dengan indah binar dua matamu. Hanya ada peluh rindu yang berkejaran dengan resah serupa gelisah. Dalam ingatan yang pekat. Saling berkejaran dalam memori.

Engkau serupa melati dibalik pelangi. Mewangi isi relung hati. Kadang kau rasa tak peduli, tentang dirimu yang selalu kukagumi. Engkau menawan, engkau rupawan. Lincah buatku penasaran.

Menjelang malam, aku lihat bulan menggantung penuh. Cahayanya semburat terangi langit Ibukota yang tak pernah terlalu tua. Adakah sama denganmu, di kotamu? Apakah kau tatap juga purnama yang sedang kupandangi?

Aku rasa, inilah penutupan terindah untuk semua cita hari ini. Pintaku, jalani terus impianmu hingga kau yakini betul jalan yang kau tempuh. Raih semua harap yang pernah kau sebut dalam doamu. Aku masih tetap ada, untukmu mengadu bila kelak hilang arah.

Ik het jou lief, felicita.



Pharmindo-Karawang-Paninggilan. 20 Feb 2011.

Sabtu, 12 Februari 2011

Saya Tidak Percaya Bahwa Saya Menulis Hal Yang Demikian Eps. 6

Alangkah hidup ini bisa menyenangkan kalau memang kita menghendakinya.


Pharmindo, 18 Januari 2010, 00.29

Broken Vow



Tell me his name, I want to know
The way he looks and where you go

I need to see his face, I need to understand

Why you and I came to an end


Tell me again, I want to hear

Who broke my faith in all these years

Who lays with you at night while I'm here all alone

Remembering when I was your own


I let you go, I let you fly
Why do I keep on asking why?
I let you go, now that I've found a way to keep somehow

More than a broken vow


Tell me the words I never said

Show me the tears you never shed

Give me the touch, the one you promised to be mine

Or has it vanished for all time?


I let you go, I let you fly

Why do I keep on asking why?

I let you go, now that I've found a way to keep somehow

More than a broken vow


I close my eyes

And dream of you and I and then I realise

There's more to love than only bitterness and lies

I close my eyes


I'd give away my soul to hold you once again

And never let this promise end


I let you go, I let you fly

Now that I know, I'm asking why

I let you go, now that I've found a way to keep somehow

More than a broken vow

Senin, 31 Januari 2011

Le Memoir du Soir (2)

Akhirnya sore macam kemarin datang lagi. Membawa cerita yang silih berkejaran dalam rindu yang menghadang. Betapa langit mendung seperti sengaja menghalangi bias mentari senja. Tidak ada senja keemasan menutup hari. Usai puas menertawakan diri sendiri sepanjang akhir pekan di kotamu. Tinggal tanya dalam hati: masihkah kutemui asaku?

Ada rindu tersisa untukmu. Rindu padamu bagai rindu pada setiap lembaran cerita dalam buku-buku di rak kamarku untuk kemudian kutuliskan dalam sebuah esai pendek berlabel memoar. Sebagai tanda perekat memori tentang rasa. Suatu saat akan kutuliskan juga cerita tentang kita. Tentang wangi coklat dan tarian malam di hari itu atau malah tentang perasaan masing-masing.

Masih diiringi deru mesin bis yang mengaum menerkam aspal, aku tak juga bisa memejamkan mata mengistirahatkan pikiran barang sejenak. Entahlah, mungkin karena semua lagu tentangmu yang mengalun pelan itu atau karena rindu pada tatapan matamu lagi. Bukan aku meragukanmu, tapi sungguh ku tak ingin engkau jauh dariku.

Kupuisikan rindu di hatiku sambil membaca kembali surat-suratmu yang selalu meredakan gelisah ini. Apalagi ketika sampai pada baris uang palsu itu hingga pelajaran untuk ikhlas dan memaafkan. Terkadang kita perlu menghela nafas sejenak untuk berlari kembali.

Mungkin sulit untuk bisa dimengerti. Kenapa sore seperti ini turun dengan segala resahnya. Membawa rindu hanpa pada yang tertuju. Segalanya kian menyesak menyiksa. Tolong ikhlaskan dan maafkan aku.


Pharmindo-Purwakarta-Paninggilan. 30 Januari 2011.

Minggu, 30 Januari 2011

Beri Aku Alasan Untuk Pulang

beri aku alasan untuk pulang
pada senyum yang melekat rona wajahmu

beri aku alasan untuk pulang
membilas rindu pada teduh matamu

beri aku alasan untuk pulang
pada setiap nasihat Ibu

beri aku alasan untuk pulang
entah hanya untuk menatap gelisah wajahmu

*

beri aku alasan untuk pulang
menambat harap pada labuhan hatimu

beri aku alasan untuk pulang
menebar cita pada ladang harapmu

beri aku alasan untuk pulang
entah hanya untuk mencintai resahmu

beri aku alasan untuk pulang
alasan abadi bukan pembenaran


Cengkareng-Paninggilan. 26 Januari 2011.

Rabu, 26 Januari 2011

Usai Merenda Malam

Rindu yang mereda
Tinggal gelisah dalam tanya
Akankah sama jadinya
Mengenang dahulu
Atau, selesai dari masa lalu


Paninggilan, 23 Januari 2011. 23.46

Sabtu, 22 Januari 2011

The Wishes



It's been a year since those wishes
Nothing's been written
Keeping silence
in reminiscing places


Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 19 Januari 2010.

Jumat, 21 Januari 2011

Angin Tolonglah Aku Sedang Jatuh Cinta

"Aku benci angin diluar sana...!"

*

Dia keluar ruanganku. Ada apa dengannya? Apa yang terjadi sehingga angin begitu dipersalahkan? Apakah angin berhembus terlalu kencang usai hujan sesaat pagi ini?

Angin yang berhembus kencang masih menyapu wajahnya. Suatu ketika akan ia rindukan kembali saat-saat seperti itu. Hanya angin yang masih setia menyapu dan membelainya. Dia sudah lupa tentang jemari kekasihnya yang selalu menyeka air mata dipipinya. Kekasihnya telah pergi jauh. Jauh sekali. Menyisakan kerinduan itu padanya.


*

Andai aku jadi angin. Aku akan berhembus menyapu wajahnya yang dibalut bedak tipis. Seperti angin malam yang selalu membelai lentik bulu matanya. Akan pula kuciumi bibir tipisnya itu. Dan yang pasti, aku akan jadi udara yang masih dan selalu dihirupnya.

Maka hanya aku saja yang akan menyapu wajah cantik itu.



Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. 26 Februari 2009


* judul cerita ini diambil dari bait pertama lirik lagu "Angin" milik DEWA, Album Cintailah Cinta (2002).