Senin, 26 Maret 2012

Antologi Rasa



Persahabatan dan cinta adalah bumbu yang saling melengkapi. Dimana ada sahabat disana ada cinta. Kisah persahabatan empat orang sahabat karib, Keara, Harris, Ruly, dan Denise mengingatkan pada empat sahabat di Traveler's Tale. Farah, Retno, Francis, dan Jusuf. Kisah mereka pun tidak jauh berbeda. Hanya saja, empat sahabat di Antologi Rasa ini tidak mengalami cinta yang melingkar diantara sesama karakter. Keara mencintai Ruly, Ruly mencintai Denise, Harris mencintai Keara, Denise mencintai suaminya. Ada link yang putus disitu. Sedangkan, Traveler's Tale melibatkan perasaan yang saling bertautan antara tokoh-tokohnya. Farah mencintai Francis, Francis mencintai Retno, Jusuf mencintai Farah, Retno mencintai Francis tapi terhalang keyakinan.

Keara, Harris, Ruly, Denise, Panji, Dinda dan para pemeran pendukung lainnya terlibat dalam suatu kompleksitas manusia modern khas kaum urban metropolitan. Rutinitas pekerjaan dan rumitnya hubungan persahabatan ketika cinta mulai menancap pada rasa adalah sesuatu yang tidak bisa begitu saja dihindari dan selalu menuntut untuk dijalani.

Keara, mencintai seorang Rully Wilantaga. Lelaki sempurna yang hanya ada dalam pikirannya. Sama seperti Farah Babedan, Keara menyimpan perasaannya saja tanpa mampu mengungkap satu kalimat sederhana. Sesederhana, i love you. Itu adalah hal yang mustahil. Sayangnya, Rully hanya menyimpan cintanya pada Denise. Walau Denise telah menikah.

Begitupun, Haris Risjad. Sahabat Keara yang jatuh cinta juga pada sosok Keara, sahabatnya. Semua yang Harris lakukan untuk Keara tak lain karena perasaannya. Sebagai bentuk atau perwujudan rasa sayang pada Keara yang hanya dia tahu saja. Menemani Keara untuk pindah dari panggung ke panggung di sela-sela F1 Grand Prix di Singapore, membawakan sarapan bubur ayam dan menikmatinya di mobil bersama Keara sebelum bekerja. Itu hanyalah sedikit dari wujud perasaannya.

Siapa bilang persahabatan tidak menemukan ujian atas kesetiaan seorang sahabat. Harris melakukan sebuah kesalahan dalam persahabatan yang mereka bina selama ini. Ada semacam aturan. Sahabat tidak akan meniduri sahabatnya sendiri. But, Harris just did that to Keara. Satu scene yang cukup menaikkan tensi cerita.

Keara, yang mencoba bangkit setelah memutuskan persahabatan dengan Harris, mencoba bermain-main dengan perasaannya.  Bukan untuk serius. Hanya sebagai pelepasan dan sekedar lari dengan kenyataan. Bahwa dirinya masih bisa bermain dengan Panji adalah suatu kenikmatan tersendiri. Ketika Rully tidak lagi menjadi pilihan dan hanya jadi angan semu belaka. Terlebih, ketika sahabat terbaiknya, Harris Risjad telah mengecewakannya.

Setelah melalui berbagai peristiwa takdir, cinta memang akan selalu menemukan jalannya sendiri. Denise, akan selalu dicintai suaminya. Kegigihan Harris untuk mengembalikan kepercayaan Keara membuahkan hasil yang sempurna. Semua orang akan kembali pada takdirnya masing-masing. Seperti Rully, yang entah sadar atau tidak bahwa cintanya pada Denise sudah gagal sejak pertama kali bertemu. Seperti cinta Komako pada Shimamura*.

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

Membuka halaman awal Antologi Rasa, pikiran saya langsung merujuk buku Traveler's Tale karya kolaboratif empat penulis (@adhityamulya , @istribawel , Alaya Setya, Iman Hidajat). Kisah empat orang sahabat yang saling mencintai namun sama-sama terlalu takut untuk mengungkapkannya. Suatu kenyataan yang sangat realita pun ternyata mampu hadir dalam ranah fiksi. Suatu kenyataan yang justru menyimpan core values dari Antologi Rasa. Ika Natassa sangat berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dalam ceritanya, sendirian. Pembaca tentu dapat membayangkan bagaimana rasanya seorang penulis menciptakan empat tokoh berbeda dalam satu kepalanya saja. Termasuk detail cerita menjadi nilai tambah dalam membangun kerangka dan konteks cerita dalam imajinasi pembaca.

Melalui latar cerita berbumbu gaya hidup dan tren kosmopolis urban metropolitan, Ika Natassa berhasil menggambarkan detail cerita menjadi lebih hidup dan meriah. Seakan kita semua mengalaminya sehari-hari. Tidak salah bila Antologi Rasa seakan selalu 'memaksa' pembacanya untuk membuka halaman demi halaman. Selalu penasaran untuk mengetahui kelanjutan cerita sampai akhir. Menikmati sketsa adegan-adegan cerita yang filmis ditambah iringan lagu-lagu dari The Cardigans dan John Mayer semakin menambah kemeriahan rasa.

Saya pribadi lebih menyukai detail-detail dalam cerita yang membuat buku ini layak mendapatkan tag sebagai 'page turner'. Diantaranya adalah pada saat Harris dan Keara berangkat ke Singapore saat berlangsungnya Singapore F1 Grand Prix. Maklum, sampai saat ini saya masih jadi Fans McLaren Mercedes. Semua detail disana cukup membuat saya tersenyum sendiri saat membaca kelakuan mereka berdua disana. Scene favorit saya adalah menjelang ending cerita. Ketika Harris memeluk Keara di mobil usai membuatnya menangis karena pertanyaannya pada Keara. tentang kenapa Keara tidak berterus terang pada Rully.

Persahabatan tetaplah suatu entitas sederhana yang kolektif, dimana individu yang terlibat didalamnya, dengan segenap kompleksitasnya, turut berbaur memberi warna dalam ikatan kebersamaan. Mungkin terselip cinta didalamnya. Tetapi, itu bukan sumber masalah utamanya. Jujur terhadap perasaan sendiri, hal sederhana lainnya yang justru sulit terungkap. Antologi Rasa, setidaknya mengajarkan kita bagaimana memaknai cinta dan berdamai dengan segenap perasaan lainnya dalam ikatan persahabatan.

Judul: Antologi Rasa
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2011
Tebal: 328 hal.
Genre: Novel Pop

Pharmindo-Paninggilan, 14 Maret 2012.

*baca novel "Snow Country" karya Yasunari Kawabata.

Selasa, 13 Maret 2012

Kereta Tidur


"Aku lebih takut pada hidup yang seperti lotre. Hidup adalah beratus-ratus mungkin. Mati, itu sesuatu yang pasti." - Hal. 43


Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

Membaca karya Avianti Armand untuk pertama kalinya sungguh menghadirkan pengalaman yang berbeda dalam memaknai sepuluh cerpen yang disajikan Kereta Tidur. Kumpulan cerpen yang habis dibaca sekali duduk ini mengandung kekayaan terpendam dalam setiap rangkaian kata. Sederhana, lugas, dan banyak mengandung unsur kejutan. Mengingatkan pada kumpulan cerpen karya Seno Gumira Ajidarma, dimana imajinasi menjadi bahan bakar utama cerita sehingga tidak pernah kehilangan kejutan yang menakar pengalaman pembaca.

Agaknya, imajinasi pula yang membuat Kereta Tidur menjadi lebih hidup. Cerita-cerita didalamnya dituliskan dengan kekuatan fiksi imajinatif sehingga mengundang pemaknaan baru atas sebuah cerita. Sekalipun cerita-cerita itu adalah kenyataan dan realitas yang biasa ditemui sehari-hari.

Hal-hal yang mudah dijumpai seperti konflik cinta, masalah keluarga, pencarian diri melalui pertanyaan atas eksistensi manusia tersaji unik, indah, dan mengusik. Nilai-nilai kehidupan yang sangat biasa hadir dalam kenyataan sehari-hari. Bahkan telah menjadi bagian dari pengalaman sehari-hari yang biasa dialami.

Dari segi penceritaan, kejutan yang tak pernah bisa diduga adalah satu bagian lain yang akan menguji pengalaman pembaca. Unsur-unsur kejutan dalam cerpen ini mencirikan gelombang baru dalam kepenulisan di Indonesia. Ketika konteks berpadu dalam realitas kenyataan sehari-hari dan dituliskan kembali dengan proses fiksi yang fiktif dan imajinatif. Tanpa sedikit pun kehilangan muatan pesan dan kesan yang ingin ditampilkan si penulis dalam karyanya.

Cerita yang menjadi favorit saya adalah cerpen berjudul "Tentang Tak Ada". Ditulis dengan sketsa penggalan adegan-adegan terpisah tetapi masih dalam batas keutuhan cerita. Isu tentang cinta, romantisme, dan perselingkuhan masih jadi tren penulisan untuk menggugat realitas kaum urban. Lainnya, kutipan tembang Jawa "Ilir-ilir" yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga dan diselipkan dalam cerita ikut memperkuat konteks cerita. Lompatan pengalaman dan alur cerita dari konflik cinta hingga kebudayaan membawa suatu pemaknaan baru atas sebuah cerita pendek yang utuh.

Avianti Armand, peraih cerpen terbaik versi Kompas tahun 2009 dengan cerpen "Pada Suatu Hari Ada Ibu dan Radian", dalam kumpulan cerpen kedua miliknya ini mampu mengolah rasa dalam horison imajinasi. Menakar pengalaman pembaca lewat interaksi cerita-cerita yang dituliskan dalam berbagai konteks dan dimensi. Sehingga, tidak pernah kehabisan ruang jelajah untuk menemukan makna-makna yang tersirat dalam sepuluh cerita yang saling berkejaran.

Judul: Kereta Tidur
Penulis: Avianti Armand
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2011
Tebal: 129 hal.
Genre: Kumpulan Cerpen

Pharmindo, 11 Maret 2012.
Ditemani semilir hawa dingin Bandung