Kamis, 14 November 2013

Kisah Lainnya

Jadi, hidup telah memilih, menurunkan aku ke bumi

Buku ini dimulai dengan penggalan lirik lagu “Langit Tak Mendengar”. Satu lagu Peterpan favorit saya sepanjang masa bersama satu lagu lain, “Mungkin Nanti”. “Langit Tak Mendengar” adalah lagu terbaik Peterpan semasa formasi lengkap. Komposisi musiknya penuh. Liriknya juga tidak dangkal. Lagu itu bersama ‘Mungkin Nanti” yang telah direcycle dijadikan pengisi soundtrack film "Alexandria". Lagu itu sempat muncul pula dalam iklan sebuah operator telepon selular.


Membaca ‘Kisah Lainnya’ sama juga dengan bernostalgia kembali ke era keemasan Peterpan. Perjalanan Peterpan disajikan secara lengkap mulai sejak dirilisnya single “Mimpi Yang Sempurna” dari album kompilasi ‘Kisah 2002 Malam’ hingga pergantian anggota dan segenap sensasi yang melingkupinya tidak luput dari rekaman peristiwa ini. Tidak hanya itu saja, segenap latar belakang di balik berdirinya band ini juga turut mengambil bagian. Juga bagaimana proses personil dalam mengawali karir mereka masing-masing bersama Peterpan.

Walaupun cerita dalam buku didominasi oleh narasi Ariel, tetapi “Kisah Lainnya” tetap menampilkan band ini dalam komposisinya yang utuh. Masing-masing personil pun menyuarakan segala kegelisahannya di masa istirahat panjang itu. Termasuk cerita dibalik kolaborasi mereka dengan musisi kenamaan lainnya seperti Idris Sardi dan Henri Lamiri, serta Karinding Attack dan Momo 'Geisha'.

Buku ini ibarat catatan pribadi dari sang vokalis. Ariel tidak hanya piawai dalam menulis lagu. Ariel pun pandai merangkai kata. Selama menjalani masa penahanannya di Rutan Bareskrim dan LP Kebon Waru, Ariel banyak menulis dan membuat sketsa. Buku ini pun diwarnai catatan Ariel yang serupa dengan prosa maupun gambar sketsa karyanya.

Pada saat masalahmu menghampirimu, janganlah berkecil hati
Itu adalah pasangan hidupmu
Itu adalah takdirmu
Sesuatu yang sudah dipersiapkan untukmu, bahkan sebelum kau dilahirkan
Itu adalah pelengkap hidupmu
Itu adalah gurumu, maka cintailah dia

Catatan Personal

Saya melihat kembalinya anggota Peterpan ke kancah musik Indonesia tersusun dengan rapi. Walaupun sang frontman mendekam di penjara, beberapa anggota lainnya masih bisa berkarya. Bahkan, naik panggung lagi bersama vokalis-vokalis dari band lain dalam rangkaian tur mengunjungi komunitas penggemar mereka. Single ‘Dara’ milik Ariel terbukti mampu menjembatani proses kembalinya Peterpan. Harapan penggemar serta kebutuhan untuk meraih rasa percaya diri yang sempat hilang berhasil menumbuhkan keyakinan mereka untuk kembali ke panggung.

Proses pembuatan album “Suara Lainnya” membuktikan bahwa mereka masih mampu berkarya. Ketika album itu dirilis, Ariel memang belum bebas dan tidak hadir. Ada perasaan kosong yang menghinggapi mereka karena sang vokalis tidak ada disitu. Namun, sukses besar malam itu semakin membuat percaya diri mereka kembali. Hidup terus berjalan. Ariel bebas. Perjalanan pun mereka mulai lagi. Belakangan, mereka membuat identitas baru, NOAH.

Overall, “Kisah Lainnya” tidak hanya menawarkan sebuah ‘pengakuan’ dan cerita mereka sepanjang 2010-2012. “Kisah Lainnya” membawa pembaca pada sebuah dimensi labirin proses perjalanan kehidupan yang tidak selalu menyenangkan. Kata Tommy Page, life is full with lots of up and down. Selalu ada hikmah dibalik sebuah cerita.

Judul       : Kisah Lainnya
Penulis     : Ariel, Uki, Lukman, Reza, David
Penerbit   : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun      : 2012
Tebal       : 228 hal.
Genre      : Memoar-Musik

Medan Merdeka Barat, 7 November 2013.

Senin, 11 November 2013

Juara Sejati Bernama King


Luar biasa! Kesan pertama yang saya tangkap dari beberapa bab awal. Biografi memoar perjalanan seorang maestro bulutangkis ini ditulis dengan apa adanya. Kesan setiap cerita didalamnya tidak hanya berkisah soal kesuksesan. Berbagai kisah kegagalan Liem Swie King diceritakan dengan jujur. Termasuk, cerita soal kekalahannya yang dianggap sebagai 'pemberi jalan' untuk gelar ke-8 All England bagi Rudy Hartono.

Cerita perjalanan Liem Swie King di dunia bulu tangkis tidak selalu penuh dengan kesuksesan. Terutama setelah kekalahan pertamanya usai 33 bulan tak terkalahkan di berbagai kejuaraan. Kekalahan tersebut didapatnya usai skorsing 3 bulan dari PB PBSI akibat kelalaiannya pada SEA Games X tahun 1979 di Jakarta. Akibatnya, King dinyatakan kalah WO. King tampil sebagai pribadi yang sportif yang dengan jujur mau mengakui kesalahannya. Satu hal yang tidak mudah, mengingat status King sebagai Juara All England. King dengan mudah bertutur soal  satu fase proses perjalanan dimana ia mencoba untuk bangkit dan meraih kembali percaya dirinya.

Lintasan memori soal kedigdayaan bangsa Indonesia di kancah perbulutangkisan dunia juga menyisakan setangkup haru. Beberapa kali saya hampir menitikkan air mata dan merinding membayangkan betapa gempitanya kejayaan Indonesia waktu itu. All England, Piala Thomas, Piala Uber, dan Kejuaraan Dunia adalah menu utama santapan khusus bagi atlit bulu tangkis Indonesia. Sayangnya, atlit bulu tangkis Indonesia masa kini belum mengambil pelajaran dari kisah Liem Swie King. Indonesia kini jauh tertinggal dari negara-negara pesaingnya.

King's Smash. Courtesy: www.badmintoncentral.com
Buku ini menghadirkan sosok Liem Swie King sebagai pribadi yang utuh. Mulai dari kisah perjalanan hidupnya, bagaimana hubungan King dengan keluarga, perkenalan pertamanya dengan bulu tangkis, jatuh bangun King di arena, hingga alasan-asalan dibalik pengunduran dirinya dari dunia yang telah diidamkannya sejak kecil.

King juga menuturkan kisahnya bersama Robert Budi Hartono, pemilik perusahaan rokok Djarum yang cukup berpengaruh dalam karir profesionalnya. Sebagai penyeimbang, testimoni dari rekan, kawan, pelatih, dan wartawan olahraga ikut mengisi cerita sehingga pembaca dengan mudah memahami sisi lain dari King.

Melalui buku ini, pembaca diajak untuk mengakrabi pribadi King yang cenderung pendiam dan dingin. Beberapa testimonial dan catatan dokumentasi media turut dihadirkan sebagai panduan bagi pembaca untuk lebih objektif dalam 'membaca' King. Selebihnya, pembaca diajak kilas balik sejenak ke masa-masa keemasan bulu tangkis nasional. Catatan emas yang diraih putra-putri terbaik bangsa itu kini menanti untuk diulang kembali. King mengajarkan pada kita bahwa juara sejati selalu bersedia berbuat lebih.

Judul       : Panggil Aku King
Penulis     : Robert Adhi Ksp
Penerbit   : Penerbit Buku Kompas
Tahun      : 2009
Tebal       : 456 hal.
Genre      : Biografi-Memoar

Paninggilan-Medan Merdeka Barat, 6 November 2013.