Minggu, 17 Februari 2013

Karamazov Bersaudara dan Sejarah Kecil Rusia

Komik ini mungkin sengaja dihadirkan ke hadapan saya agar saya bisa melakukan pembacaan awal dan mengambil suatu awalan cerita bagi penamatan buku aslinya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris. Memang tidak tepat untuk membandingkan keduanya secara langsung. Yang satu hadir sebagai manga representatif sedangkan satu lagi tampil sebagai wujud aslinya. Menarik. Untuk kemudian melakukan perbandingan atas keduanya secara singkat.



Setidaknya, gambaran keadaan kehidupan di Rusia semasa masa kekaisaran ditampilkan dalam bentuk populis sesuai dengan kaidah manga. Dimana penggambaran dan karakterisasi yang disesuaikan dengan figur orang-orang Rusia. Beberapa scene bahkan lazim dijumpai seperti dalam komik Jepang. Komik ini dibuat dengan kaidah membaca yang mirip manga aslinya dengan 300-an lebih halaman. Cukup atau tidak untuk merepresentasikan buku aslinya, saya belum bisa berpendapat karena saya pun belum menamatkan buku aslinya.

Cerita kehidupan di Rusia tidak jauh berbeda dengan negara maju lainnya. Dimana orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Kesenjangan yang jauh antara tuan tanah dan kalangan proletar membawa Rusia pada suatu pergolakan pemikiran. Aksi untuk menentang kemapanan dan kebobrokan birokrasi diekspresikan dalam berbagai macam aktivitas. Kalangan rohaniawan pun tidak kalah memiliki andil sebagai penyeimbang di dalam masyarakat yang semakin materialistis. Agaknya, sampai disini kita dapat melakukan penafsiran awal tentang akar-akar sosialisme dan komunisme.

Fyodor Karamazov sebagai Tuan Tanah sekaligus bangsawan kaya yang selalu berbuat seenaknya terbunuh. Kisah terbunuhnya bangsawan bejat ini menarik seisi kota untuk menghadiri persidangan atas kematiannya. Dimitri, anak sulung Fyodor dituding sebagai pembunuhnya, sesuai kesaksian Gregor, pembantu setia Fyodor. Alyosha, si bungsu Karamazov, tidak percaya bahwa Dimitri melakukannya. Alyosha hadir sebagai saksi yang meringankan tuduhan. Lain halnya dengan Ivan, adik Dimitri dan kakak dari Alyosha. Ivan tiba-tiba hadir untuk menyatakan siapa pembunuh ayahnya itu. 

Semljakov, anak dari hasil perkosaan Fyodor dengan seorang perempuan tidak dikenal adalah pelaku pembunuhan itu. Kesaksiannya itu tidak berakibat bagus bagi nasib Dimitri maupun Ivan sendiri. Dimitri tetap dihukum atas tuduhan pembunuhan terhadap ayahnya dan dibuang ke Siberia bersama kekasihnya, Grushenka. Sedangkan, Ivan menjadi gila karena tekanan bertubi-tubi yang muncul dari dalam dirinya. Perlu dicatat, Ivan ini seorang atheis yang tidak percaya sama sekali akan Tuhan. Tuhan tidak ada, katanya. Alyosha kembali pada kehidupannya yang semula sebagai rahib.

Sangat menarik untuk membaca sebuah tafsiran atas sebuah karya masterpiece dunia. Menarik pula untuk melihat bagaimana sebuah buku dengan tebal hampir 800-an halaman lebih dirangkum menjadi kurang dari setengah halaman buku aslinya. Tentu dibutuhkan kejelian dan ketelitian untuk memperingkas semua jalan cerita.

Sejarah Kecil Rusia

Pada intinya, sebagai karya sastra yang ditulis pada masa dimana Rusia tidak lagi mengalami pengekangan atas ekspresi individu, The Karamazov Brothers hadir untuk membawa kembali ingatan pada suatu masa yang telah lama dilewati. Tentang ketidakadilan kehidupan yang dialami sebagian besar masyarakat kecil petani. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pertanian hanyalah kedok semata untuk memperkaya kaum bangsawan pemilik tanah. Pemerintah pun tidak mampu berbuat apa-apa karena desakan kaum borjuis yang begitu menggeliat. Agama yang selama ini selalu menjadi penyeimbang antara kebendaan dengan kehidupan kadang hanya menjadi "pelarian" bagi kaum proletar tertindas. Agama hadir sebagai jalan keluar bagi mereka untuk tetap memiliki harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Melalui komik ini, realitas kehidupan sosial kemasyarakatan Rusia ditampilkan secara sederhana sebagai refleksi atas keadaan pada waktu itu serta imbasnya terhadap pengaruh besar Negeri Tirai Besi pada perkembangan paham sosialisme dan komunisme di seluruh dunia. Tiga bersaudara Karamazov adalah sebuah contoh kecil dari sebuah figur besar yang lazim di Rusia saat itu. Betapa sejarah telah mencatat Revolusi di Rusia telah mengalami beberapa periode dengan pencapaiannya masing-masing sejak kematian Tsar Nicholas II. Sebut saja, misalnya Revolusi Bolsyhevik hingga kemudian glasnost dan prestroika yang merdu didengungkan Mikhail Gorbachev.

Terakhir, Dimitri, Ivan, dan Alyosha; Tiga bersaudara Karamazov ini saya anggap layaknya trio "Tiga Penguak Takdir" Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin. Tiga bersaudara ini adalah tokoh utama dalam permainan cerita kehidupan di Rusia, dengan segala permasalahannya dan berusaha menguak takdir masing-masing.

Judul        : Karamazov Bersaudara
Penulis     : Fyodor Dostoevsky, Variety Art Works
Penerbit   : Elex Media Komputindo
Tahun      : 2010
Tebal       : 384 hal.
Genre      : Komik

Paninggilan, 17 Februari 2013.
-di hari ulang tahun Ibu-

Sabtu, 09 Februari 2013

Dua Sastrawan Jepang

Menarik untuk mengetahui selayang pandang literatur Jepang melalui tulisan Edwin McClellan. Penulis secara khusus memang menempuh jalur studi di bidang literatur Jepang. Sehingga, penyampaian tentang kedua tokoh besar dalam sejarah perkembangan sastra Jepang dapat diulas dengan objektif.


Buku ini cenderung berkesan sebagai buku semi-biografi. Natsume Soseki dan Shimazaki Toson dihadirkan dalam fragmen-fragmen kecil mengenai sejarah kehidupan personal mereka. Pengalaman-pengalaman mereka disajikan kembali ke hadapan pembaca mulai pengaruh restorasi Meiji hingga kehidupan mereka selama menempuh pendidikan gaya barat di luar negeri. Beberapa karya mereka menampilkan muatan-muatan perasaan mereka selama periode tersebut. Tak heran bila kemudian Botchan karya Soseki meraih banyak penghargaan dan banyak diterjemahkan di berbagai negara.

Walaupun tulisan penulis tidak secara utuh menghadirkan imaji atas kedua sastrawan Jepang itu namun pembaca memperoleh gambaran penuh tentang kedua sosok sastrawan Jepang itu. Misal saja, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karya-karya mereka. Menarik karena Edwin McClellan sepertinya sengaja membongkar semua hal yang berkaitan dengan cerita lain dibalik penciptaan karya mereka. Hal ini menjadi nilai tambah bagi pembaca untuk memahami pribadi personal dan karya mereka secara lebih detil.

Judul        : Two Japanese Novelists: Soseki & Toson
Penulis     : Edwin McClellan
Penerbit   : Tuttle Publishing
Tahun      : 2004
Tebal       : 180 hal.
Genre      : Kesusasteraan Jepang

Bogor, 6 Februari 2013.

Selasa, 05 Februari 2013

Un Soir du Paris: Menguak Rahasia Perempuan

Sangat jarang sebuah buku yang diterbitkan penerbit besar mengangkat tema lesbian. Seakan menuntut pengakuan melalui kumpulan cerpen ini. Hal ini tentu menarik sebab hal yang demikian itu masih dianggap tabu untuk masyarakat beradat ketimuran. Diluar semua perdebatan mengenai tema lesbian, kumpulan cerpen ini hadir untuk menguak sebuah dunia yang belum terjamah. Ini menjadi bukti bahwa imajinasi dan interpretasi atas kaum lesbian muncul sebagai refleksi realitas sehari-hari.



Beragam cerita dituliskan dan menghadirkan imajinya masing-masing. Tentang sebuah cinta yang "terlarang". Sebagai favorit saya memilih cerpen dengan judul "Tahi Lalat di Punggung Istriku". Selain cerpen dari Seno Gumira Ajidarma tentunya yang sudah duluan dibaca.Mata Indah karya @clara_ng pun tidak kalah dalam menghadirkan nuansa cinta terlarang dengan konflik yang apik. Sedikit horor namun tetap menarik.

Overall, segenap cerita tentang lesbian dalam buku ini menguak sisi-sisi yang belum sepenuhnya terkuak oleh tabu khayalak luas. Walaupun dalam pengantar buku telah disebutkan bahwa kebanyakan cerita belum tampil "menggigit" untuk menghadirkan lebih banyak konflik. Dengan demikian, sastra telah menampakkan wujudnya sebagai refleksi realita kehidupan. Dengan mencatatnya kedalam kumpulan cerpen ini, usaha untuk mendokumentasikan kaum lesbian menjadi lebih bermakna dalam menghadapi hegemoni konstruksi sosial yang berlaku di tengah masyarakat.

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

Awalnya, saya pikir saya akan menemukan sebuah imaji terindah untuk sebuah petang di kota Paris. Ternyata saya salah. Kumpulan cerpen ini mengangkat sebuah fenomena yang selama ini hanya terdengar hembusannya saja tanpa pernah nampak di permukaan. Sebuah fenomena yang benar-benar ada namun tidak lantas lantang diteriakkan. Entah karena konstruksi sosial dalam masyarakat yang belum mengizinkannya.

Menikmati tulisan-tulisan tentang cinta sesama perempuan buat saya bukanlah hal yang pertama. Pernah saya menulis sebuah cerpen bertema sama yang lantas diterbitkan oleh sebuah penerbit independen. Pun, ketika ternyata cerpen SGA tentang dua perempuan dengan HP-nya dimuat disini. Mengingatkan saya pada cerpen SGA lainnya (yang juga bertema sama) yaitu Lelaki Terindah.

Khusus untuk buku ini saya memberikan apresiasi khusus karena tidak banyak karya serupa.


Bogor, 5 Februari 2013.