Senin, 30 Juni 2014

Hanya Salju dan Pisau Batu

Habis lalap terbitlah terong

Sebuah Kesan Pembacaan


Membaca judulnya saya sudah dibuat bingung. Apakah ada hubungan antara salju yang selalu turun di musim dingin dengan sebuah pisau batu? Apakah benar pisau batu itu bisa digunakan memotong sebuah batu? Atau malah hanya sebuah judul iseng yang mengambil inisial dari nama mereka berdua. Bagi pembaca yang mulai bingung, sila abaikan saja kalimat pembuka saya tadi.

Secara sederhana, Happy Salma dan Pidi Baiq memulai sebuah proses yang entah mereka namakan apa. Saling bersahutan, mungkin saja. Korespondensi, bisa juga. Saya tidak mampu mendefinisikan kategori fiksi dalam buku ini. Bila mau dimasukkan ke dalam golongan novel, ceritanya mampu berdiri sendiri sebagai sebuah cerita pendek. Mau dibilang kumpulan cerpen, semua cerita pendek didalamnya malah membentuk satu kesatuan unsur yang tidak bisa dipisahkan. Kesulitan semacam ini mengingatkan saya pada buku “9 dari Nadira” tulisan Leila S. Chudori.

Agaknya, buku yang ditulis dengan hasil korenspondensi penulisnya memang sangat jarang. Terlebih, bila banyak hal-hal absurd yang tidak penting ikut mengemuka dan anehnya bisa membuat pembaca tertawa. Happy Salma dengan sabar menulis semua yang ingin dituliskannya. Sedang, Pidi Baiq hanya membalas semampu dan semaunya. Agak tidak imbang memang, namun dengan begitu keseimbangan dapat tercapai.

Pidi Baiq mampu mengimbangi permainan kata Happy Salma. Berbagai metafor yang Happy Salma gunakan dapat dicounter Pidi Baiq dengan lebih lugas. Bila pembaca mengharapkan sesuatu yang lebih cerdas dari buku ini niscaya tidak akan berhasil. Lebih parah, membaca buku ini agak menggoyang tingkat kecerdasan. Syukur-syukur pembaca tidak mengalami penurunan tingkat kecerdasan mendadak.
 
Buku ini juga mengingatkan saya pada film “The Lakehouse” yang diperankan oleh Keanu Reeves dan cinta-gue-sepanjang-masa Sandra Bullock. Keduanya saling berbalas surat hingga akhirnya takdir mempertemukan mereka. Entah, apakah Pidi Baiq dapat bertemu dengan Happy Salma di akhir cerita atau malah pada saat buku ini dirillis. Yang jelas, hanya lewat kata, keduanya mampu mempertemukan hal-hal yang cenderung absurd dan tidak pernah kita bayangkan atau alami sebelumnya.

Judul           : Hanya Salju dan Pisau Batu
Penulis        : Happy Salma dan Pidi Baiq
Penerbit      : Qanita
Tahun          : 2010
Tebal          : 225 hal.
Genre         : Fiksi 

Paninggilan, 18 Juni 2014