Minggu, 29 Maret 2015

Islam Hari Ini



Sejak pertama kali melihat sampul komik ini, saya menebak bahwa muatan isi dan gambarnya tidak jauh berbeda dari komik serupa karya vbi_djenggotten. Ternyata, saya salah. Komikusnya, Alisnaik bin  Kiansila, punya gaya gambar dan peceritaan sendiri.

Komik ini dibagi kedalam beberapa judul kecil. Jadi, terlihat seperti semacam sketsa pendek. Walau begitu, muatan isi komik ini penuh dengan pesan yang menohok.Sebagian pengalaman si komikus dituangkan sebagai refleksi. Alhasil, pengalaman tersebut terasa lebih kaya dan mengena.

Sketsa pendek berjudul "Berhala Modern" terasa begitu nyata karena ada dalam keseharian kita. Agaknya, yang dibahas dalam komik ini memang menyadarkan kta kembali untuk tidak melupakan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal atau urusan yang lebih besar .

Dukung terus komik dan komikus Indonesia!

Judul        : Islam Hari Ini: Yang Kecil Terlupakan, Yang Besar Terabaikan
Penulis     : Alisnaik
Penerbit   : Qultummedia
Tebal        : 140 Hal.
Tahun       : 2013
Genre       : Komik Islami


Dharmawangsa, 24 Maret 2015.

Minggu, 08 Maret 2015

Sang Penghasut

Asterix lagi-lagi berhasil menggagalkan penyerbuan Romawi ke Galia kendati Julius Caesar telah mengutus seorang penghasut. Si Penghasut ditugaskan untuk merusak tatanan masyarakat Galia dengan taktik adu domba. Si Penghasut berhasil menjalankan tugasnya. Bahkan Asterix dan Obelix sendiri hampir menjadi korbannya kalau bukan karena keakraban mereka.



Dengan keadaan kacau balau di Galia, pasukan Romawi akhirnya menyerbu. apalagi setelah Si Penghasut berhasil meyakinkan Panglima Romawi bahwa ia telah menemukan ramuan jamu ajaib buatan dukun Galia. Menyadari kelengahannya, Galia kembali bersatu. Mereka tidak akan membiarkan pasukan Romawi mengacak-acak mereka.

Benar saja, pasukan Romawi mengalami kekalahan telak. Kontra intelejen yang dilakukan Asterix dan Obelix ke kamp pasukan Romawi menghasilkan strategi pertahanan yang bagus. Setelah kalah telak, Si Penghasut kembali dipenjara. Kali ini, dengan kesalahan yang berlipat: menyebabkan kekalahan Romawi.

Dharmawangsa, 8 Maret 2015.

Selasa, 03 Maret 2015

Catatan Hati Pengantin

Barangkali benar, tidak ada yang bisa menyiapkan diri kita lahir batin sebelum memasuki gerbang pernikahan. Karena memang tidak pernah ada institusi pendidikan yang membekali seseorang untuk benar-benar siap mengarungi bahteranya.



Harus saya akui bahwa membaca buku bertema pernikahan adalah satu persiapan yang baik bagi calon pengantin. Melalui buku ini, pembaca diajak menyelami gambaran perjalanan kehidupan pernikahan. Segenap jatuh bangun usaha, turun naik gelombang kehidupan, pasang surut kasih sayang, dalam keseharian pernikahan digambarkan disini.

Ada beberapa nama yang saya kenal yang berkontribusi dalam kumpulan cerita ini. Sebut saja, Novia Syahidah, penulis buku "Titip Rindu Buat Ibu" dan Sinta Yudisia yang juga penulis beberapa buku bestseller. 

Saya mendapatkan gambaran yang lebih nyata bila dibandingkan dengan buku bertema serupa "Sakinah Bersamamu", masih dari penulis yang sama. Ada sepuluh bab yang menghimpun keseharian kehidupan pernikahan. Dimulai dengan hal-hal yang utama dalam pernikahan, yaitu kesehatan dan perekonomian keluarga. Kemudian, perihal rindu terhadap pasangan dan pekerjaan rumah tangga pun jadi bab tersendiri. Selanjutnya, tidak kalah dalam penting adalah pentingnya memilih tempat tinggal serta adanya orang ketiga dalam kehidupan pernikahan.

Memasuki bab-bab akhir, pembaca dihadapkan pada hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi situasional dalam pernikahan. Betapa komunikasi antar individu sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga pernikahan. Komunikasi yang terjalin pun tidak hanya dalam lingkup keluarga kecil saja, komunikasi dengan mertua dan kerabat juga menjadi fokus yang harus diperhatikan oleh setiap pasangan. Hingga akhirnya, ditutup oleh bab mengenai kehilangan yang disebabkan oleh maut.

Pada setiap akhir bab, ada satu konklusi sebagai bahan renungan dari penulis. Perbandingan pengalaman penulis dan para pengisi cerita menjadi satu nilai plus tersendiri. Saya mengambil banyak manfaat dari buku ini. Saya jadi lebih sadar akan hal-hal yang akan saya hadapi dalam kehidupan pernikahan nanti. Terakhir, saya berterima kasih karena buku ini telah membantu saya menghadapi berbagai kekhawatiran menjelang pernikahan yang tinggal menghitung hari.


Paninggilan-Medan Merdeka Barat, 30 November 2014.

Mengenang Rinto Harahap

Bila kau seorang diri, jangan engkau bersedih...

Sebelum saya menyelesaikan memoar perjalanan tiga negeri bersama Istri, datang sebuah kabar duka. Rinto Harahap tutup usia. Beberapa tahun lalu ketika Robin Gibbs tutup usia, saya menulis obituari untuknya disini.  Agaknya, kehilangan yang sama juga saya rasakan. Dengan demikian, tak berlebihan rasanya bila saya mengapresiasi beberapa karya beliau yang melekat dalam ingatan. Saya berterima kasih pada Bapak karena telah mengenalkan saya pada hal yang demikian.



Penyanyi dan pencipta lagu legendaris ini meninggal di Singapura 9 Februari lalu pada usia ke-65. Legenda musik kelahiran Sibolga, 10 Maret 1949 ini adalah maestro jagad musik Indonesia. Kita semua tidak asing lagi dengan lagu-lagu ciptaanya yang tak lekang dimakan zaman. Sebagai legenda, Rinto Harahap telah mengalami pengalaman-pengalaman bermusik yang lengkap sepanjang hidupnya. Mulai dari menjadi pemain band bersama The Mercy’s, mendirikan perusahaan rekaman Lollypop Record, hingga menjadi pencipta lagu.
Lagu-lagu Kenangan

Banyak lagu Rinto Harahap yang juga melegenda. Lirik yang puitis dengan makna yang dalam serta mudah diingat menjadikan lagu-lagu tersebut tetap abadi di hati para penggemarnya. Thanks to Youtube. Mudah saja untuk kita untuk bernostalgia sejenak ke masa lalu, pada satu masa dimana lagu-lagu itu mencapai masa keemasannya.

Katakan Sejujurnya



Lagu ini dinyanyikan oleh Christine Panjaitan dan segera menjadi hits. Personally, saya suka liriknya. Bercerita tentang kisah dua manusia yang saling mencinta namun akhirnya terpisah juga karena satu perbedaan. Pada satu kolom komentar di Youtube, lagu ini seakan mengisahkan kandasnya kisah cinta Christine Panjaitan dengan Ikang Fawzi. Saya sendiri belum mengkonfirmasi kebenaran isu itu. Andai saja dulu sudah ada Cek & Ricek atau Silet, tentu jadi lebih mudah untuk mengetahui kebenaran dan kesesuaian hal itu.

Hati Yang Luka

Siapa yang tak kenal lagu ini? Lagu Betharia Sonata ini terkenal di kalangan kami yang anak-anak dengan lirik ‘uo uo’-nya. Dulu..bersumpah janji di depan saksi..uo...uo... Tidak diragukan lagi bila lagu ini adalah masterpiece Rinto Harahap untuk yang kesekian kalinya.

Dingin

Kau janjikan berbulan madu ke ujung dunia...
Kau janjikan sepatu baru dari kulit rusa...

Hetty Koes Endang pun turut merasakan sentuhan tangan dingin Rinto Harahap. Lagu ini juga sempat jadi hits. Entah karena liriknya atau karena memang dari dulu yang namanya galau itu sudah ada dan melanda beberapa orang dari generasi orang tua kita. Who knows? :D

Benci Tapi Rindu

Lagu ini tidak hanya membawa Diana Nasution pada pencapaian karir musiknya. Lagu ini juga kian abadi karena sering dijadikan pameo (tulisan) di balik bak truk pasir. Liriknya pun sederhana namun menghadirkan paradoks. Sakitnya hati ini....namun aku rindu....

Jangan Sakiti Hatinya
Masihkah kau ingat, sayang...
Gadis yang pernah kau sayang...

Lirik sederhana dan mudah diingat ini menjadi hits milik Iis Sugianto. Lagu mellow yang punya pesan sangat jelas ini bahkan dinyanyikan kembali dengan beat rock hasil recycle dari Andi /rif.

Gelas Gelas Kaca

Aroma kesedihan dalam penantian yang sendu adalah ciri khas yang melekat pada Nia Daniaty dengan hits miliknya ini.  Dulu, Bapak sering memutar lagu ini. Entah karena apa atau memang hanya ingin mengajari saya bahwa suara Nia Daniaty memang merdu.

Bila Kau Seorang Diri

Satu lagu yang jadi favorit terakhir dalam tulisan ini adalah lagu hits yang dinyanyikan oleh Nur Afni Octavia. Liriknya romantis, serasa Rinto benar-benar mengeksplorasi perasaan seorang kekasih yang sedang dilanda sepi.
Konklusi

Seorang penulis mati ketika karyanya terbit. Dan seperti layaknya seorang musisi, karya mereka akan terus hidup dalam ingatan pembaca dan pendengarnya. Karyanya akan terus dikenang dan dinyanyikan kembali dengan partitur yang sama. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Selamat jalan, Rinto Harahap. Terima kasih telah mengenalkan kami pada cinta yang merdu.

Dharmawangsa, 15 Februari 2015.

Sepotong Hati Yang Baru

Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna
(Sepotong Hati Yang Baru, hal. 51)


Awalnya

Sudah lama saya tahu bahwa Tere Liye adalah seorang penulis yang cukup produktif. Saya sendiri tidak begitu tahu persis kapan Tere Liye merilis karyanya yang pertama. Yang jelas, hingga saya menamatkan pembacaan buku ini, kesannya sebagai penulis produktif belum berubah dalam imaji saya.

“Sepotong Hati Yang Baru” adalah perkenalan saya yang pertama dengan sosok kepenulisan Tere Liye. Terima kasih kepada istri saya yang mengantarkan saya pada karya-karya Tere Liye. Ada beberapa buku yang judulnya saya cukup kenal menghiasi rak di kamarnya. Akhirnya, akhir bulan ini saya putuskan untuk mulai membaca buku-buku itu satu per satu. Dimulai dari yang paling tipis.

Edisi Perkenalan

Kumpulan cerpen ini berisi delapan cerita pendek yang lumayan panjang. Maksudnya, tanpa mengurangi takdir cerpen yang hanya habis dibaca sekali duduk, beberapa cerita didalamnya punya alur yang sangat detail dan dinamis. Saya kagum pada kekuatan penceritaan dan gaya bahasa sang penulis. Dengan begitu padu, menjadikan buku ini tidak sekedar kumpulan cerpen biasa.

Cerpen pertama “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan” berkisah tentang kisah muda-mudi yang berada di ambang kegalauan masa mudanya. Tere Liye berhasil mengangkat sebuah fenomena kecil menjadi objek cerita yang ringan namun nyata dan ada dalam keseharian kita. Terlebih dengan boomingnya media sosial, terutama Facebook, membuat cerita ini begitu lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, tentang sebuah perasaan bernama GR alias gede rasa.

“Kisah Sie Sie”
adalah cerpen yang menurut saya cukup dinamis dan lugas dalam penceritaan. Dengan alurnya yang demikian, saya merasa seperti membaca sebuah kisah nyata di tabloid khusus perempuan. Penulis mengangkat satu fenomena yang telah terjadi berulang-ulang di Singkawang, Kalimantan Barat. Soal pernikahan WNI keturunan/peranakan Tionghoa dengan WNA yang sengaja datang kesana. Alasan ekonomi seringkali menjadi faktor yang menyebabkan para perempuan muda disana rela untuk diperistri orang asing dan dibawa ke negaranya. Saya kagum dengan tokoh Sie Sie yang menepati janjinya untuk mencintai suaminya apa adanya walau harus mengalami berbagai penolakan dan siksaan.

“Sepotong Hati Yang Baru” kiranya mewakili seluruh penjiwaan atas penulisan buku ini. Banyak alasan yang menyebabkan seseorang patah hati. Tak terkecuali, satu keputusan yang diambil menjelang hari pernikahan yang menghancurkan semua imaji tentang cinta dan kebahagiaan itu sendiri. Bagaimanapun susahnya, si Aku dalam cerita ini berhasil menumbuhkan sepotong hati yang baru untuk mengganti sepotong lainnya yang terlanjur dibawa pergi sang mantan kekasih. Dengan potongan hatinya yang baru ini, ia berhasil menolak si mantan untuk kembali mengikat janji. Sebuah pembalasan yang setimpal. Siapa menabur, maka dia akan menuai.

Legenda Sam Pek dan Eng Tay yang tersohor itu kini diceritakan kembali dalam “Mimpi-Mimpi Sampek Engtay”. Tere Liye menulis kembali cerita ini dengan detail yang cukup istimewa. Saya teringat kembali sebuah yel yel wajib di kalangan mahasiswa, “Mahasiswa Bersatu Tak Bisa Dikalahkan”. Khusus untuk Sam Pek dan Eng Tay berlaku “Dua Cinta Bersatu Tak Bisa Dikalahkan” walau kadang maut akhirnya memisahkan. Moral dari cerita tentang ketulusan adalah hal yang selalu menarik untuk diceritakan kembali, apapun bentuknya.

“Itje Noerbaja & Kang Djalil” adalah cerpen yang unik. Saya kembali teringat pada kalimat-kalimat pengantar cerpen dalam kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma, “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dimana terdapat kalimat dengan ejaan lama. Hal ini saya temukan kembali pada cerpen ini. Cerpen yang berkisah tentang usaha pergerakan dari para babu dan centeng di zaman kolonial Belanda. Kisah romantis dan heroik ini seakan mengingatkan kita kembali pada sejarah yang tak tercatat.

“Kalau Semua Wanita Jelek” adalah cerita yang berbau feminin. Seorang perempuan tentu mendambakan tubuh ideal yang diterjemahkan dalam bahasa umum sebagai langsing atau kurus. Terkadang, hal yang demikian itu menyesatkan. Bahwa sesungguhnya kecantikan itu relatif. Mungkin benar adanya pepatah lama itu, kecantikan sesungguhnya terpancar dari hati.

Seperti halnya legenda Sam Pek dan Eng Tay, kisah Sri Rama dan Shinta tidak pernah selalu kadaluwarsa untuk diceritakan kembali. “Percayakah Kau Padaku?” adalah gugatan untuk Rama. Ketulusan cinta rama pada Shinta diuji disini. Personally, kisah Rama-Shinta sejatinya adalah kisah romantis karena mereka saling mencintai. Namun, belakangan ini saya memang meragukan ketulusan Rama pada Shinta. Bisa jadi Rahwana lah yang benar-benar mencintai Shinta dengan tulus. Kalau Rama masih cinta pada Shinta , mengapa ia mesti meragu pada Shinta yang telah diculik dan diselamatkannya dari api cinta Rahwana?

“Buat Apa Disesali...”
adalah sebuah kisah cinta klasik (entah juga klise) yang menimpa Hesty dan Tigor. Bagian terbaik cerita ini adalah sisipan lirik lagu yang dinyanyikan sepenuh jiwa oleh Rita Effendy, ‘Selamat Jalan Kekasih”.

Konklusi

Secara keseluruhan, saya menikmati pembacaan perkenalan saya dengan Tere Liye. Buku ini adalah buku sekuel dari serial ‘Berjuta Rasanya’. Tak harus membaca edisi pertama untuk memahami edisi sekuel ini. Tulisannya tidak hanya mengalir dengan bahasa yang mudah dipahami. Penulis pun piawai dalam memainkan karakter sekaligus menyertakan beberapa pelajaran dan makna yang hidup ini sediakan.

Judul        : Sepotong Hati Yang Baru
Penulis     : Tere Liye
Penerbit    : Mahaka Publishing
Tahun       : 2012
Tebal        : 206 hal.
Genre       : Kumpulan Cerpen



Dharmawangsa, 28 Februari 2015.