Kamis, 29 September 2016

In Bed with Models

Courtesy: www.goodreads.com
Back to year 2006, terbit sebuah buku yang menurut saya fenomenal. Buku ini tidak berada di deretan Best Seller toko buku namun masuk kriteria fenomenal. Mengapa? Mau tidak mau harus diakui Moammar Emka-si penulis buku- memang menulis sesuatu yang benar-benar terjadi dan mengangkat realitas yang sedang terjadi dalam dunia permodelan sejagad republik. Ditambah gimmick judul yang benar-benar provokatif dan merangsang setiap pembaca ingin tahu lebih dalam seluk beluk jagad permodelan.

Setidaknya,  buat saya pembacaan buku ini mengandung beberapa makna. ‘In Bed With Model$’ mengandung makna “sesuatu” yang bersifat di balik layar. Tertutup dan tersembunyi. Kamar adalah ruang pribadi untuk segala macam aktivitas yang pribadi pula. Sehingga, paduan kata dalam judul diatas adalah sebuah realitas yang distempeli cap “RAHASIA” atawa “CONFIDENTIAL”. 

Penggunaan kata “Model$” yang menggunakan simbol dolar ($) adalah satu bentuk penggambaran sisi-sisi gelap dan rahasia dari sejumlah model yang ia temui selalu melibatkan unsur uang, dalam jumlah kecil maupun besar. Sebuah kegiatan transaksional.

Buku ini ditulis dalam waktu yang cukup singkat. Menurut penulisnya sendiri, ia hanya memerlukan waktu 20 hari. Itu sudah termasuk mengorek ingatan dan reka ulang adegan sepanjang pengalaman penulis bersama model-model. Oh ya, tulisan Emka juga enak dibaca secara random karena tidak ada sekuensial pada setiap judul. Sehingga, tidak masalah bila pembaca membaca “Party With Model$” lebih dahulu dan mengakhirinya dengan “Money Talks”.

Judul           : In Bed With Model$
Penulis        : Moammar Emka
Penerbit      : GagasMedia
Tahun          : 2006
Tebal           : 252 hal.
Genre          : Gaya Hidup

Cipayung, 24 Juli 2016

Kode Untuk Republik: Sejarah Kiprah Sandi Negara

"Ada benang merah antara kerahasiaan dan kemerdekaan, di Indonesia kita menyebutnya Sandi Negara."

Impresi pertama saya atas buku ini adalah buku ini harus saya miliki karena bicara tentang sejarah republik. Menilik judulnya, "Kode Untuk Republik" tentunya bicara soal peran kode-kode yang dihandle oleh sebuah Dinas perkodean pada masa perang kemerdekaan. Dinas perkodean tersebut selanjutnya dinamakan Dinas Kode. Kini, Dinas Kode telah berevolusi menjadi sebuah badan otonom dibawah komando Presiden yaitu Lembaga Sandi Negara.
 
Courtesy: www.goodreads.com

Buku ini terhitung memiliki cakupan yang lengkap. Artinya, selain menggunakan sitasi referensi yang valid dan meyakinkan, penulisnya terampil untuk memasukkan sejarah penciptaan sandi. Tentunya, hal ini berguna bagi pembaca awam sebagai penyelaras konteks sebelum pembacaan detail mengenai peran kode dalam perang kemerdekaan. Awalnya, bagi sebagian pembaca mungkin terasa membosankan namun bisa tulisan tersebut diabaikan agak sulit untuk memahami beberapa istilah yang digunakan pada bab-bab berikutnya.

Penulis mengambil alur sejarah mulai dari Perang Dunia Kedua, dimana sebuah mesin bernama 'Enigma' menjadi sebuah kartu as bagi Pasukan Jerman dalam menaklukkan daerah-daerah incarannya. Dari Perang Dunia itu, imbas yang terasa pada Indonesia adalah drama kekalahan Jepang. Rencana operasi militer Jepang dapat diketahui Sekutu melalui mesin-mesin pemecah kode sehingga mereka bisa menyiapkan serangan untuk menghalau aksi Jepang.

"Perang Kode" antara pemerintahan Republik melawan pemerintahan Hindia Belanda yang berupaya untuk menduduki kembali Indonesia terjadi secara terbuka. Dinas Intelijen Militer Hindia Belanda, NEFIS, yang selama pendudukan Jepang hijrah ke Australia kembali ke Indonesia usai perjanjian-perjanjian antara Republik dengan Hindia Belanda. 

Dinas Kode mulai mendapati peran pentingnya ketika Belanda melancarkan Agresi Militer I dan II. Dengan siasat gerilya kolaboratif, petugas-petugas sandi setidaknya berhasil menyampaikan beberapa pesan penting, untuk membuktikan bahwa Republik benar-benar masih ada. Mereka adalah pahlawan-pahlawan perang kemerdekaan yang sayangnya kini tidak banyak dikenal. Bersyukur sekali, buku ini mampu menghadirkan kembali kenangan atas mereka sebagai usaha apresiasi atas segala daya upaya dan usaha mereka untuk Republik.

Dinas Kode sendiri mengalami beberapa perubahan nomenklatur sejak berada di Djawatan Sandi Angkatan Perang, Djawatan Sandi, hingga menjadi Lembaga Sandi Negara yang berurusan dengan segala macam tetek bengek kriptografi untuk kepentingan pemerintah NKRI.

Saya tidak kesulitan menamatkan buku ini. Buku ini menyitir kembali buku-buku yang telah saya tamatkan yaitu "Doorstoot naar Djokdja" karya Julius Pour dan biografi Jenderal Spoor karya J. A. de Moor. Buku ini ditulis dengan sistematis dan memiliki daftar pustaka sebagaimana layaknya buku-buku sejarah. Untuk saya, hal ini adalah sangat penting. Agar "Kode Untuk Republik" tidak hanya menjadi penghias di perpustakaan Lembaga Sandi Negara semata. Tetapi juga, menjadi lentera bagi republik.

Judul        : Kode Untuk Republik
Penulis        : Pratama D. Prasadha
Penerbit    : PT. Marawa Tiga Warna
Tahun        : 2015
Tebal        : 237 hal.
Genre        : Sejarah Indonesia

Cipayung, 23 Agustus 2016.