Perkenalan saya dengan Ivica Olic dimulai media Januari 2004 ketika menukangi Bayern Muenchen musim 2003-2004 di Championship Manager 03, game yang kini berevolusi menjadi Football Manager. Waktu itu, Olic masih merumput bersama CSKA Moskow. Sebenarnya waktu itu Muenchen sudah punya penyerang hebat seperti Roy Makaay, Claudio Pizarro, dan Roque Santa Cruz. Namun, mengingat Muenchen harus tampil di turnamen Eropa maka saya membawa Olic untuk jadi pelapis skuad utama bersama Robert Prosinecki yang sekarang sudah pensiun dan Milan Obradovic, midfielder Real Zaragoza.
Agaknya, keputusan saya tidaklah terlalu salah. Muenchen juara DFB Pokal/Piala Jerman, runner-up UEFA Champions League karena kalah dengan gol injury time Trezeguet, dan finish ketiga di Championship. Suatu saat nanti, di dunia nyata saya berharap pemain dengan bakat seperti Olic mampu menembus skuad utama tim-tim mapan di Eropa.
Pemain kelahiran Davor dekat Nova Gradiška, Kroasia, 14 September 1979, yang memulai karirnya di klub lokal NK Marsonia sejak 1996 ini sempat singgah di Bundesliga pada musim 1998 bersama Hertha Berlin BSC. Tahun 2000, Olic kembali merumput bersama NK Marsonia sebelum pindah NK Zagreb pada tahun 2001. Bersama NK Zagreb ia meraih gelar juara Liga Kroasia. Musim 2002, Olic merumput bersama Dinamo Zagreb dan menjadi top skorer.
Pada tahun 2003, Olic pindah lagi ke CSKA Moskow. Saya rasa disinilah puncak karirnya sebagai pemain professional. Bersama CSKA, Olic sukses meraih gelar UEFA CUP (2005), Liga Rusia (2003, 2005, 2006), Piala Rusia (2005, 2006) dan Super Cup Rusia (2004, 2006). Musim 2006-2007, Olic kembali ke Bundesliga dengan berseragam Hamburg SV dan menjadi kekuatan inti bersama Rafael van der Vaart. Pencapaian Olic dengan Hamburg adalah Emirates Cup pada 2008. Selama di Hamburg, Olic mencatat 78 kali tampil dengan 29 gol.
Musim panas 2009 lalu akhirnya saya benar-benar melihat Ivica Olic berseragam merah khas FC Hollywood. Sebuah impian yang benar-benar terwujud walau nyaris 5 tahun menanti. Masuknya Olic diharapkan sebagai back-up untuk duet penyerang Muenchen lainnya, Miroslav Klose dan Mario Gomez. Di atas kertas boleh dikatakan seperti itu namun saya tetap yakin bahwa pemain seperti Olic ini lebih pantas masuk skuad utama dibandingkan Klose atau Gomez.
Saat itu benar-benar terjadi. Pada babak per delapan final melawan Manchester United, Olic ikut menyumbang 1 gol yang membangkitkan semangat The Bavarians. Saya pikir pertandingan sudah selesai ketika Luis Nani mencetak gol ketiga United. Namun, semangat petarung yang pantang menyerah khas orang-orang Balkan mampu menjadi titik balik Muenchen. Seandainya Robben tidak membuat gol spektakuler yang menyingkirkan United, saya yakin Oliclah yang akan melakukannya.
Kepantasan Olic bermain untuk tim sebesar Muenchen adalah pada semifinal kedua melawan Olympique Lyonnais. Hattrick Olic sudah lebih dari cukup untuk menancapkan panji Muenchen di Santiago Bernabeu. Setelah Messi terlebih dahulu membuat sensasi musim ini dengan mengandaskan Arsenal lewat 4 golnya, Olic pun mampu melakukan hal yang sama walau hanya berbeda jumlah saja.
Untuk Final 22 Mei nanti melawan Internazionale Milan, saya rasa posisi Olic sebagai striker tunggal atau pun diduetkan dengan salah satu dari Klose atau Gomez pun bisa jadi sangat berbahaya bagi gawang Julio Cesar. Semangat petarung dari Balkan serta campuran bakat Panser khas Jerman bisa jadi mesin yang sangat berbahaya bagi catenaccio ala Mourinho. Dan memang setiap tahunnya selalu terjadi perubahan peta kekuatan klub-klub Eropa.
Saat ini di Eropa memang Messi dengan pesona dan kelincahannya mampu menjelma menjadi the next Il Nostro Dio setelah Maradona. Messi menjadi lebih dari sekedar Messias yang menjadikan Nou Camp sebagai katedral sucinya. Andai saja Messi membawa Argentina juara dunia di Piala Dunia 2010 nanti barangkali Messi pun akan dianggap sebagai “Tuhan”. Sayang sekali, Messi tidak ada di Final tahun ini.
Bagi saya pribadi, memang rasanya seperti khayalan yang menjadi kenyataan ketika akhirnya melihat lagi Ivica Olic di Final European Champions League bersama Bayern Muenchen. Betapa banyak hal yang terjadi begitu cepat dan kadang-kadang mimpi pun bisa jadi kenyataan di dunia ini. Saya tidak tahu apakah memang Tuhan memperhatikan permainannya kala Olic masih menjadi skuad saya di Final Champions League musim 2003-2004. Sekalipun begitu, sebagai Olićianist, saya pun yakin Olic akan jadi sang juru selamat bagi Muenchen yang puasa gelar Eropa selama 9 tahun ini.
Paninggilan, 2 Mei 2010, 16.28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar