"Aku benci angin diluar sana...!"
Dia keluar ruanganku. Ada apa dengannya? Apa yang terjadi sehingga angin begitu dipersalahkan? Apakah angin berhembus terlalu kencang usai hujan sesaat pagi ini?
Angin yang berhembus kencang masih menyapu wajahnya. Suatu ketika akan ia rindukan kembali saat-saat seperti itu. Hanya angin yang masih setia menyapu dan membelainya. Dia sudah lupa tentang jemari kekasihnya yang selalu menyeka air mata dipipinya. Kekasihnya telah pergi jauh. Jauh sekali. Menyisakan kerinduan itu padanya.
Andai aku jadi angin. Aku akan berhembus menyapu wajahnya yang dibalut bedak tipis. Seperti angin malam yang selalu membelai lentik bulu matanya. Akan pula kuciumi bibir tipisnya itu. Dan yang pasti, aku akan jadi udara yang masih dan selalu dihirupnya.
Maka hanya aku saja yang akan menyapu wajah cantik itu.
Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. 26 Februari 2009
* judul cerita ini diambil dari bait pertama lirik lagu "Angin" milik DEWA, Album Cintailah Cinta (2002).
*
Dia keluar ruanganku. Ada apa dengannya? Apa yang terjadi sehingga angin begitu dipersalahkan? Apakah angin berhembus terlalu kencang usai hujan sesaat pagi ini?
Angin yang berhembus kencang masih menyapu wajahnya. Suatu ketika akan ia rindukan kembali saat-saat seperti itu. Hanya angin yang masih setia menyapu dan membelainya. Dia sudah lupa tentang jemari kekasihnya yang selalu menyeka air mata dipipinya. Kekasihnya telah pergi jauh. Jauh sekali. Menyisakan kerinduan itu padanya.
*
Andai aku jadi angin. Aku akan berhembus menyapu wajahnya yang dibalut bedak tipis. Seperti angin malam yang selalu membelai lentik bulu matanya. Akan pula kuciumi bibir tipisnya itu. Dan yang pasti, aku akan jadi udara yang masih dan selalu dihirupnya.
Maka hanya aku saja yang akan menyapu wajah cantik itu.
Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. 26 Februari 2009
* judul cerita ini diambil dari bait pertama lirik lagu "Angin" milik DEWA, Album Cintailah Cinta (2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar