Pamali.
Suatu istilah untuk mengartikan pantangan adalah produk atau hasil dari
kebudayaan asli yang sengaja ditinggalkan oleh leluhur kita. Pamali
lahir dari suatu hasil pemikiran yang berkembang pada suatu zaman
sebagai tindakan preventif (bersifat mencegah). Pamali bisa dianggap
sebagai 'local wisdom' yang tumbuh dalam suatu lingkungan masyarakat.
Pamali pada prinsipnya berusaha menyelaraskan nilai-nilai kehidupan
sosial dalam interaksi sesama manusia. Dengan demikian, pamali di satu
tempat akan berbeda dengan di tempat lainnya.
Namun, kemajuan zaman yang berimbas pada pola pikir masyarakat di abad modern ini cenderung mengganggap pamali ini sebagai hal yang sudah tidak relevan. Pamali sudah tidak dikaitkan lagi dengan logika umum sehingga masyarakat dengan pemikiran yang maju dan logis hanya menganggap pamali itu sebagai mitos atau Misteri anu atos-atos (misteri yang sudah-sudah)*.
Namun, kemajuan zaman yang berimbas pada pola pikir masyarakat di abad modern ini cenderung mengganggap pamali ini sebagai hal yang sudah tidak relevan. Pamali sudah tidak dikaitkan lagi dengan logika umum sehingga masyarakat dengan pemikiran yang maju dan logis hanya menganggap pamali itu sebagai mitos atau Misteri anu atos-atos (misteri yang sudah-sudah)*.
Komik
ini mengangkat beberapa pamali yang hidup dan umum dijumpai di Tanah
Sunda. Temukan alasan-alasan tentang mengapa anak perawan tidak boleh
makan dari cobek, tidak boleh membaca nisan di pemakaman, dan
mengapa-mengapa lainnya. Dikemas dengan sketsa komik yang segar dengan
tokoh berhidung enam dan tidak melulu menggunakan Manga Style membuat
komik ini terasa berbeda dari komik-komik kebanyakan. Tentu saja, ini
merupakan berita baik untuk perkembangan Komik Indonesia yang kini mulai
menggeliat kembali dibawah penerbit-penerbit lokal dan independen.
Dalam menyikapi beberapa pamali dalam komik ini kita tidak selalu harus serius. Pamali yang dikemas dalam bentuk komik ini tentu menyuguhkan cara pandang lain dalam menyikapi nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Beberapa mungkin sudah tidak relevan dan tidak logis. Tapi, bukankah pamali itu juga merupakan warisan nenek moyang kita yang mengandung pesan dan makna tertentu. Sudah tentu, pembaca dihadapkan pada situasi untuk memilah-milah dan mengambil nilai positif dari pamali tersebut.
Dalam menyikapi beberapa pamali dalam komik ini kita tidak selalu harus serius. Pamali yang dikemas dalam bentuk komik ini tentu menyuguhkan cara pandang lain dalam menyikapi nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Beberapa mungkin sudah tidak relevan dan tidak logis. Tapi, bukankah pamali itu juga merupakan warisan nenek moyang kita yang mengandung pesan dan makna tertentu. Sudah tentu, pembaca dihadapkan pada situasi untuk memilah-milah dan mengambil nilai positif dari pamali tersebut.
Judul : Pamali: Segerombolan Komik tentang Mitos dan Pantangan
Penulis : Norvan Pecandupagi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009
Tebal : 120 hal.
Genre : Komik-Budaya
Paninggilan, 8 Oktober 2011
* Menirukan istilah seorang sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar