Persahabatan
dan cinta adalah bumbu yang saling melengkapi. Dimana ada sahabat
disana ada cinta. Kisah persahabatan empat orang sahabat karib, Keara,
Harris, Ruly, dan Denise mengingatkan pada empat sahabat di Traveler's
Tale. Farah, Retno, Francis, dan Jusuf. Kisah mereka pun tidak jauh
berbeda. Hanya saja, empat sahabat di Antologi Rasa ini tidak mengalami
cinta yang melingkar diantara sesama karakter. Keara mencintai Ruly,
Ruly mencintai Denise, Harris mencintai Keara, Denise mencintai
suaminya. Ada link yang putus disitu. Sedangkan, Traveler's Tale
melibatkan perasaan yang saling bertautan antara tokoh-tokohnya. Farah
mencintai Francis, Francis mencintai Retno, Jusuf mencintai Farah, Retno
mencintai Francis tapi terhalang keyakinan.
Keara, Harris, Ruly, Denise, Panji, Dinda dan para pemeran pendukung lainnya terlibat dalam suatu kompleksitas manusia modern khas kaum urban metropolitan. Rutinitas pekerjaan dan rumitnya hubungan persahabatan ketika cinta mulai menancap pada rasa adalah sesuatu yang tidak bisa begitu saja dihindari dan selalu menuntut untuk dijalani.
Keara, mencintai seorang Rully Wilantaga. Lelaki sempurna yang hanya ada dalam pikirannya. Sama seperti Farah Babedan, Keara menyimpan perasaannya saja tanpa mampu mengungkap satu kalimat sederhana. Sesederhana, i love you. Itu adalah hal yang mustahil. Sayangnya, Rully hanya menyimpan cintanya pada Denise. Walau Denise telah menikah.
Begitupun, Haris Risjad. Sahabat Keara yang jatuh cinta juga pada sosok Keara, sahabatnya. Semua yang Harris lakukan untuk Keara tak lain karena perasaannya. Sebagai bentuk atau perwujudan rasa sayang pada Keara yang hanya dia tahu saja. Menemani Keara untuk pindah dari panggung ke panggung di sela-sela F1 Grand Prix di Singapore, membawakan sarapan bubur ayam dan menikmatinya di mobil bersama Keara sebelum bekerja. Itu hanyalah sedikit dari wujud perasaannya.
Siapa bilang persahabatan tidak menemukan ujian atas kesetiaan seorang sahabat. Harris melakukan sebuah kesalahan dalam persahabatan yang mereka bina selama ini. Ada semacam aturan. Sahabat tidak akan meniduri sahabatnya sendiri. But, Harris just did that to Keara. Satu scene yang cukup menaikkan tensi cerita.
Keara, yang mencoba bangkit setelah memutuskan persahabatan dengan Harris, mencoba bermain-main dengan perasaannya. Bukan untuk serius. Hanya sebagai pelepasan dan sekedar lari dengan kenyataan. Bahwa dirinya masih bisa bermain dengan Panji adalah suatu kenikmatan tersendiri. Ketika Rully tidak lagi menjadi pilihan dan hanya jadi angan semu belaka. Terlebih, ketika sahabat terbaiknya, Harris Risjad telah mengecewakannya.
Setelah melalui berbagai peristiwa takdir, cinta memang akan selalu menemukan jalannya sendiri. Denise, akan selalu dicintai suaminya. Kegigihan Harris untuk mengembalikan kepercayaan Keara membuahkan hasil yang sempurna. Semua orang akan kembali pada takdirnya masing-masing. Seperti Rully, yang entah sadar atau tidak bahwa cintanya pada Denise sudah gagal sejak pertama kali bertemu. Seperti cinta Komako pada Shimamura*.
Keara, Harris, Ruly, Denise, Panji, Dinda dan para pemeran pendukung lainnya terlibat dalam suatu kompleksitas manusia modern khas kaum urban metropolitan. Rutinitas pekerjaan dan rumitnya hubungan persahabatan ketika cinta mulai menancap pada rasa adalah sesuatu yang tidak bisa begitu saja dihindari dan selalu menuntut untuk dijalani.
Keara, mencintai seorang Rully Wilantaga. Lelaki sempurna yang hanya ada dalam pikirannya. Sama seperti Farah Babedan, Keara menyimpan perasaannya saja tanpa mampu mengungkap satu kalimat sederhana. Sesederhana, i love you. Itu adalah hal yang mustahil. Sayangnya, Rully hanya menyimpan cintanya pada Denise. Walau Denise telah menikah.
Begitupun, Haris Risjad. Sahabat Keara yang jatuh cinta juga pada sosok Keara, sahabatnya. Semua yang Harris lakukan untuk Keara tak lain karena perasaannya. Sebagai bentuk atau perwujudan rasa sayang pada Keara yang hanya dia tahu saja. Menemani Keara untuk pindah dari panggung ke panggung di sela-sela F1 Grand Prix di Singapore, membawakan sarapan bubur ayam dan menikmatinya di mobil bersama Keara sebelum bekerja. Itu hanyalah sedikit dari wujud perasaannya.
Siapa bilang persahabatan tidak menemukan ujian atas kesetiaan seorang sahabat. Harris melakukan sebuah kesalahan dalam persahabatan yang mereka bina selama ini. Ada semacam aturan. Sahabat tidak akan meniduri sahabatnya sendiri. But, Harris just did that to Keara. Satu scene yang cukup menaikkan tensi cerita.
Keara, yang mencoba bangkit setelah memutuskan persahabatan dengan Harris, mencoba bermain-main dengan perasaannya. Bukan untuk serius. Hanya sebagai pelepasan dan sekedar lari dengan kenyataan. Bahwa dirinya masih bisa bermain dengan Panji adalah suatu kenikmatan tersendiri. Ketika Rully tidak lagi menjadi pilihan dan hanya jadi angan semu belaka. Terlebih, ketika sahabat terbaiknya, Harris Risjad telah mengecewakannya.
Setelah melalui berbagai peristiwa takdir, cinta memang akan selalu menemukan jalannya sendiri. Denise, akan selalu dicintai suaminya. Kegigihan Harris untuk mengembalikan kepercayaan Keara membuahkan hasil yang sempurna. Semua orang akan kembali pada takdirnya masing-masing. Seperti Rully, yang entah sadar atau tidak bahwa cintanya pada Denise sudah gagal sejak pertama kali bertemu. Seperti cinta Komako pada Shimamura*.
Catatan Seorang Kolumnis Dadakan
Membuka halaman awal Antologi Rasa, pikiran saya langsung merujuk buku Traveler's Tale karya kolaboratif empat penulis (@adhityamulya , @istribawel , Alaya Setya, Iman Hidajat). Kisah empat orang sahabat yang saling mencintai namun sama-sama terlalu takut untuk mengungkapkannya. Suatu kenyataan yang sangat realita pun ternyata mampu hadir dalam ranah fiksi. Suatu kenyataan yang justru menyimpan core values dari Antologi Rasa. Ika Natassa sangat berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dalam ceritanya, sendirian. Pembaca tentu dapat membayangkan bagaimana rasanya seorang penulis menciptakan empat tokoh berbeda dalam satu kepalanya saja. Termasuk detail cerita menjadi nilai tambah dalam membangun kerangka dan konteks cerita dalam imajinasi pembaca.
Melalui latar cerita berbumbu gaya hidup dan tren kosmopolis urban metropolitan, Ika Natassa berhasil menggambarkan detail cerita menjadi lebih hidup dan meriah. Seakan kita semua mengalaminya sehari-hari. Tidak salah bila Antologi Rasa seakan selalu 'memaksa' pembacanya untuk membuka halaman demi halaman. Selalu penasaran untuk mengetahui kelanjutan cerita sampai akhir. Menikmati sketsa adegan-adegan cerita yang filmis ditambah iringan lagu-lagu dari The Cardigans dan John Mayer semakin menambah kemeriahan rasa.
Saya pribadi lebih menyukai detail-detail dalam cerita yang membuat buku ini layak mendapatkan tag sebagai 'page turner'. Diantaranya adalah pada saat Harris dan Keara berangkat ke Singapore saat berlangsungnya Singapore F1 Grand Prix. Maklum, sampai saat ini saya masih jadi Fans McLaren Mercedes. Semua detail disana cukup membuat saya tersenyum sendiri saat membaca kelakuan mereka berdua disana. Scene favorit saya adalah menjelang ending cerita. Ketika Harris memeluk Keara di mobil usai membuatnya menangis karena pertanyaannya pada Keara. tentang kenapa Keara tidak berterus terang pada Rully.
Persahabatan tetaplah suatu entitas sederhana yang kolektif, dimana individu yang terlibat didalamnya, dengan segenap kompleksitasnya, turut berbaur memberi warna dalam ikatan kebersamaan. Mungkin terselip cinta didalamnya. Tetapi, itu bukan sumber masalah utamanya. Jujur terhadap perasaan sendiri, hal sederhana lainnya yang justru sulit terungkap. Antologi Rasa, setidaknya mengajarkan kita bagaimana memaknai cinta dan berdamai dengan segenap perasaan lainnya dalam ikatan persahabatan.
Membuka halaman awal Antologi Rasa, pikiran saya langsung merujuk buku Traveler's Tale karya kolaboratif empat penulis (@adhityamulya , @istribawel , Alaya Setya, Iman Hidajat). Kisah empat orang sahabat yang saling mencintai namun sama-sama terlalu takut untuk mengungkapkannya. Suatu kenyataan yang sangat realita pun ternyata mampu hadir dalam ranah fiksi. Suatu kenyataan yang justru menyimpan core values dari Antologi Rasa. Ika Natassa sangat berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dalam ceritanya, sendirian. Pembaca tentu dapat membayangkan bagaimana rasanya seorang penulis menciptakan empat tokoh berbeda dalam satu kepalanya saja. Termasuk detail cerita menjadi nilai tambah dalam membangun kerangka dan konteks cerita dalam imajinasi pembaca.
Melalui latar cerita berbumbu gaya hidup dan tren kosmopolis urban metropolitan, Ika Natassa berhasil menggambarkan detail cerita menjadi lebih hidup dan meriah. Seakan kita semua mengalaminya sehari-hari. Tidak salah bila Antologi Rasa seakan selalu 'memaksa' pembacanya untuk membuka halaman demi halaman. Selalu penasaran untuk mengetahui kelanjutan cerita sampai akhir. Menikmati sketsa adegan-adegan cerita yang filmis ditambah iringan lagu-lagu dari The Cardigans dan John Mayer semakin menambah kemeriahan rasa.
Saya pribadi lebih menyukai detail-detail dalam cerita yang membuat buku ini layak mendapatkan tag sebagai 'page turner'. Diantaranya adalah pada saat Harris dan Keara berangkat ke Singapore saat berlangsungnya Singapore F1 Grand Prix. Maklum, sampai saat ini saya masih jadi Fans McLaren Mercedes. Semua detail disana cukup membuat saya tersenyum sendiri saat membaca kelakuan mereka berdua disana. Scene favorit saya adalah menjelang ending cerita. Ketika Harris memeluk Keara di mobil usai membuatnya menangis karena pertanyaannya pada Keara. tentang kenapa Keara tidak berterus terang pada Rully.
Persahabatan tetaplah suatu entitas sederhana yang kolektif, dimana individu yang terlibat didalamnya, dengan segenap kompleksitasnya, turut berbaur memberi warna dalam ikatan kebersamaan. Mungkin terselip cinta didalamnya. Tetapi, itu bukan sumber masalah utamanya. Jujur terhadap perasaan sendiri, hal sederhana lainnya yang justru sulit terungkap. Antologi Rasa, setidaknya mengajarkan kita bagaimana memaknai cinta dan berdamai dengan segenap perasaan lainnya dalam ikatan persahabatan.
Judul: Antologi Rasa
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2011
Tebal: 328 hal.
Genre: Novel Pop
Pharmindo-Paninggilan, 14 Maret 2012.
*baca novel "Snow Country" karya Yasunari Kawabata.