Senin, 31 Oktober 2016

Para Priyayi

Courtesy: www.goodreads.com

Catatan Pembuka
Another monumental works from Umar Kayam. Saya harus akui bahwa buku ini punya daya jangkau yang luas dan lintas generasi.

Sudah lama sekali saya mengidamkan buku ini. Terlebih setelah berhasil mendapatkan "Mangan Ora Mangan Kumpul". "Para Priyayi" selalu menggelitik rasa penasaran saya. Tentang bagaimana status priyayi itu berkembang menjadi sebuah identitas yang memiliki tingkatan tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Setidaknya, saya membutuhkan gambaran tentang hal itu, dimana priyayi telah menjadi semacam gengsi kelas dalam tatanan hidup bermasyarakat.

Saya belum sampai pada halaman setengah buku ini. Namun, sudah cukup memiliki gambaran bagaimana priyayi itu "dilestarikan". Saya juga belum sampai pada jawaban, apakah yang dimaksud dengan priyayi itu sendiri? Apakah sebuah status kelas dalam masyarakat? Apakah hanya sekedar istilah dan sebutan bagi para kaum elite birokrasi? Lantas apa bedanya dengan birokrat? Apakah priyayi ini jalan hidup atau hanya sebuah gaya hidup belaka?

Apapun itu jawabannya, saya masih harus menamatkan buku ini terlebih dahulu. Sebagai kewajiban untuk memahami secara utuh seorang priyayi menurut penuturan Umar Kayam.


Para Priyayi

Membaca beberapa halaman pembukaan buku ini sama rasanya dengan membaca karya-karya Ahmad Tohari. Perasaan khas pedesaan yang timbul turut menjadi satu nuansa yang tidak terlupakan. Tidak hanya itu saja. Para penulis seperti mereka pandai mengolah rasa dalam tulisannya sehingga gairah pedesaan itu begitu hidup dan remarkable. Mereka menjadikan desa menjadi sebesar dunia-dengan segala permasalahannya.

Saya lebih senang menandai "Para Priyayi" ini sebagai sebuah roman, bukan novel. Umar Kayam berhasil meletakkan segala macam permasalahan priyayi, sejak awal mula trah keluarga dibangun hingga perjalanan melintas masa. Dengan berbagai sudut pandang yang dinamis, "Para Priyayi" tidak memandang priyayi sebagai satu hal yang statis. Ia menjelma bukan hanya sebagai kata benda, tetapi juga menjadi sebuah kata kerja.

Kehidupan Ndoro Seten diceritakan begitu gamblang; lengkap dengan segala permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketiga anaknya berhasil menjadi priyayi seperti yang didambakannya. Sebuah penghargaan dan status sosial yang punya tempat tersendiri di lingkup sosiologis masyarakat pedesaan.

Konflik mulai meninggi ketika keturunan para priyayi ini berkembang sesuai zamannya. Bahkan hingga ada yang tersangkut kasus G30S/PKI. Cara Umar Kayam mengakhiri kemelut-kemelut ini terkesan tidak tergesa-gesa, melainkan berhasil memunculkan solusi dalam konteks kepriyayian. Pun, dengan demikian kepriyayian yang sedari awal sudah dibangun tidak lantas hilang begitu saja diretas zaman. Just like any romantic roman, the stories ends with happy ending.

Memang dibutuhkan stamina membaca yang tinggi untuk menyelesaikan roman ini. Namun, itu semua akan terbayar dengan permainan alur cerita dan konflik yang apik. Umar Kayam memadukan filosofi Jawa dan kepriyayian sesuai dengan zamannya. Nilai-nilai yang tidak lekang dimakan usia adalah satu nilai tambah untuk karya-karya semacam ini.


Judul       : Para Priyayi
Penulis    : Umar Kayam
Penerbit   : Pustaka Utama Grafiti
Tahun      : 2008
Tebal       : 337 hal.
Genre      : Roman Klasik-Sastra Indonesia


Medan Merdeka Barat-Cipayung, 30 Oktober 2016.

Kamis, 29 September 2016

In Bed with Models

Courtesy: www.goodreads.com
Back to year 2006, terbit sebuah buku yang menurut saya fenomenal. Buku ini tidak berada di deretan Best Seller toko buku namun masuk kriteria fenomenal. Mengapa? Mau tidak mau harus diakui Moammar Emka-si penulis buku- memang menulis sesuatu yang benar-benar terjadi dan mengangkat realitas yang sedang terjadi dalam dunia permodelan sejagad republik. Ditambah gimmick judul yang benar-benar provokatif dan merangsang setiap pembaca ingin tahu lebih dalam seluk beluk jagad permodelan.

Setidaknya,  buat saya pembacaan buku ini mengandung beberapa makna. ‘In Bed With Model$’ mengandung makna “sesuatu” yang bersifat di balik layar. Tertutup dan tersembunyi. Kamar adalah ruang pribadi untuk segala macam aktivitas yang pribadi pula. Sehingga, paduan kata dalam judul diatas adalah sebuah realitas yang distempeli cap “RAHASIA” atawa “CONFIDENTIAL”. 

Penggunaan kata “Model$” yang menggunakan simbol dolar ($) adalah satu bentuk penggambaran sisi-sisi gelap dan rahasia dari sejumlah model yang ia temui selalu melibatkan unsur uang, dalam jumlah kecil maupun besar. Sebuah kegiatan transaksional.

Buku ini ditulis dalam waktu yang cukup singkat. Menurut penulisnya sendiri, ia hanya memerlukan waktu 20 hari. Itu sudah termasuk mengorek ingatan dan reka ulang adegan sepanjang pengalaman penulis bersama model-model. Oh ya, tulisan Emka juga enak dibaca secara random karena tidak ada sekuensial pada setiap judul. Sehingga, tidak masalah bila pembaca membaca “Party With Model$” lebih dahulu dan mengakhirinya dengan “Money Talks”.

Judul           : In Bed With Model$
Penulis        : Moammar Emka
Penerbit      : GagasMedia
Tahun          : 2006
Tebal           : 252 hal.
Genre          : Gaya Hidup

Cipayung, 24 Juli 2016

Kode Untuk Republik: Sejarah Kiprah Sandi Negara

"Ada benang merah antara kerahasiaan dan kemerdekaan, di Indonesia kita menyebutnya Sandi Negara."

Impresi pertama saya atas buku ini adalah buku ini harus saya miliki karena bicara tentang sejarah republik. Menilik judulnya, "Kode Untuk Republik" tentunya bicara soal peran kode-kode yang dihandle oleh sebuah Dinas perkodean pada masa perang kemerdekaan. Dinas perkodean tersebut selanjutnya dinamakan Dinas Kode. Kini, Dinas Kode telah berevolusi menjadi sebuah badan otonom dibawah komando Presiden yaitu Lembaga Sandi Negara.
 
Courtesy: www.goodreads.com

Buku ini terhitung memiliki cakupan yang lengkap. Artinya, selain menggunakan sitasi referensi yang valid dan meyakinkan, penulisnya terampil untuk memasukkan sejarah penciptaan sandi. Tentunya, hal ini berguna bagi pembaca awam sebagai penyelaras konteks sebelum pembacaan detail mengenai peran kode dalam perang kemerdekaan. Awalnya, bagi sebagian pembaca mungkin terasa membosankan namun bisa tulisan tersebut diabaikan agak sulit untuk memahami beberapa istilah yang digunakan pada bab-bab berikutnya.

Penulis mengambil alur sejarah mulai dari Perang Dunia Kedua, dimana sebuah mesin bernama 'Enigma' menjadi sebuah kartu as bagi Pasukan Jerman dalam menaklukkan daerah-daerah incarannya. Dari Perang Dunia itu, imbas yang terasa pada Indonesia adalah drama kekalahan Jepang. Rencana operasi militer Jepang dapat diketahui Sekutu melalui mesin-mesin pemecah kode sehingga mereka bisa menyiapkan serangan untuk menghalau aksi Jepang.

"Perang Kode" antara pemerintahan Republik melawan pemerintahan Hindia Belanda yang berupaya untuk menduduki kembali Indonesia terjadi secara terbuka. Dinas Intelijen Militer Hindia Belanda, NEFIS, yang selama pendudukan Jepang hijrah ke Australia kembali ke Indonesia usai perjanjian-perjanjian antara Republik dengan Hindia Belanda. 

Dinas Kode mulai mendapati peran pentingnya ketika Belanda melancarkan Agresi Militer I dan II. Dengan siasat gerilya kolaboratif, petugas-petugas sandi setidaknya berhasil menyampaikan beberapa pesan penting, untuk membuktikan bahwa Republik benar-benar masih ada. Mereka adalah pahlawan-pahlawan perang kemerdekaan yang sayangnya kini tidak banyak dikenal. Bersyukur sekali, buku ini mampu menghadirkan kembali kenangan atas mereka sebagai usaha apresiasi atas segala daya upaya dan usaha mereka untuk Republik.

Dinas Kode sendiri mengalami beberapa perubahan nomenklatur sejak berada di Djawatan Sandi Angkatan Perang, Djawatan Sandi, hingga menjadi Lembaga Sandi Negara yang berurusan dengan segala macam tetek bengek kriptografi untuk kepentingan pemerintah NKRI.

Saya tidak kesulitan menamatkan buku ini. Buku ini menyitir kembali buku-buku yang telah saya tamatkan yaitu "Doorstoot naar Djokdja" karya Julius Pour dan biografi Jenderal Spoor karya J. A. de Moor. Buku ini ditulis dengan sistematis dan memiliki daftar pustaka sebagaimana layaknya buku-buku sejarah. Untuk saya, hal ini adalah sangat penting. Agar "Kode Untuk Republik" tidak hanya menjadi penghias di perpustakaan Lembaga Sandi Negara semata. Tetapi juga, menjadi lentera bagi republik.

Judul        : Kode Untuk Republik
Penulis        : Pratama D. Prasadha
Penerbit    : PT. Marawa Tiga Warna
Tahun        : 2015
Tebal        : 237 hal.
Genre        : Sejarah Indonesia

Cipayung, 23 Agustus 2016.

Kamis, 26 Mei 2016

Komik Edukasi Perencanaan Keuangan

Courtesy: www.goodreads.com
Eksistensi komik sebagai media penyampai pesan yang efektif kembali diuji melalui komik ini. Setidaknya itu hipotesis yang saya ajukan usai pembacaan komik ini. Komik ini saya beli empat tahun yang lalu, dan baru beberapa hari kemarin ditemukan sehingga saya baru bisa tulis di blog sekarang. Padahal saya sempat membuat review singkat di Goodreads.

Perencanaan keuangan. Sesuatu yang selalu menjadi topik pembicaraan seputar masalah manajemen keuangan. Apalagi, booming kelas menengah yang sedang melanda negeri ini membuat segala tetek bengek soal perencanaan keuangan mendapat tempat sendiri dalam masyarakat. Peran perencana keuangan mulai dibutuhkan untuk menanggulangi kecemasan di masa depan.

Perencanaan keuangan yang baik tentu dimulai dari kesadaran yang timbul sebagai akibat dari ekspektasi. Pada suatu kondisi dimana uang menjadi barang yang langka, tentu dibutuhkan strategi khusus untuk tetap memilikinya. Masalahnya, hingga saat ini masyarakat belum memiliki suatu guidance/petunjuk yang jelas soal investasi dan instrumen keuangan lainnya agar uang yang mereka miliki dapat tumbuh dan berkembang. 

Media komik sebagai media komunikasi visual dapat membantu kesenjangan informasi mengenai hal tersebut. Penyampaian gagasan dari Financial Planner terkemuka di negeri ini menjadi satu nilai tambah tersendiri bagi muatan pesan yang ingin disampaikan. Saya pun harus kembali menguji hipotesis saya, apakah pembaca mampu menerapkan pelajaran manajemen keuangan setelah membaca komik ini? Saya kira nanti saja, di tulisan yang lain. Entah kapan.

Akhir kata, selamat belajar merencanakan keuangan.

Judul        : Komik Perencanaan Keuangan Mr. Edu
Penulis     : Mike Rini Sutikno
Penerbit   : PT. Elex Media Komputindo
Tahun       : 2010
Tebal        : 120 hal.
Genre       : Manajemen-Keuangan

Medan Merdeka Barat, 26 April 2016.

Senin, 30 November 2015

Catatan Seorang Ahli Forensik

Kebenaran, sedalam apapun disembunyikan ia akan menampakkan dirinya. Kesan itulah yang saya dapat dari pembacaan buku ahli forensik yang sangat berpengalaman mengolah berbagai kasus besar di Indonesia. Saya kagum, bahwa dengan kesibukannya beliau masih mampu menuliskan pengalamannya menangani kasus-kasus besar. Sebut saja Tragedi Trisakti dan Tragedi Semanggi. Lagi, mengenai kasus kematian aktivis HAM, Munir. Usaha beliau dalam menyibak fakta-fakta tersembunyi patut diacungi jempol dan diapresiasi setinggi-tingginya, ditengah usaha pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyembunyikannya.



Buku ini dibuka dengan pengantar dari pengacara kondang (yang kini tersandung kasus) O. C. Kaligis dan kriminolog Adrianus Meliala. Pendapat mereka sangat membantu dalam pembacaan kisah-kisah penulis karena dapat menjembatani pengalaman awam pembaca terhadap penulis. Penulis sendiri dengan pengalaman yang cukup panjang dalam berkiprah di bidang kedokteran forensik menyuguhkan tulisan-tulisan yang logis, ilmiah, dan faktual.
Menarik untuk menyimak penuturan penulis pada bab pertama. Penulis mengungkapkan berbagai temuannya seputar tragedi Semanggi, kematian aktivis buruh Marsinah, keanehan seputar peristiwa meninggalnya Bung Karno, hingga tragedi penembakan Nasruddin dan misteri dibalik meninggalnya aktivis HAM, Munir. Beliau menulis banyak soal kejanggalan-kejanggalan dan fakta tersembunyi dalam semua kasus tersebut. Ada banyak temuan-temuan yang faktual namun entah bagaimana mereka tidak pernah tersampaikan atau tampil menghiasi media massa. Dengan begitu, hilangnya nyawa dan selesainya kasus berhenti pada kesimpulan sementara semata. Tanpa mengindahkan fakta-fakta yang menyebabkan terjadinya kejadian-kejadian tersebut.
Memasuki bab selanjutnya, penulis menghadirkan sekelumit kisah tentang keterlibatan bidang kedokteran forensik dengan perkara kepolisian. Penulis agaknya sengaja membuat pendekatan yang lebih ilmiah agar peran kedokteran forensik dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar dan masuk akal dalam mengungkapkan satu kasus kejahatan/kriminal atau kecelakaan. Penulis mengambil contoh kasus dari beberapa kejadian penting yang melibatkan kasus kematian karena penembakan, ledakan, dan kecelakaan pesawat. Pada bab kedua ini, penulis lebih memberikan penekanan terhadap manfaat dan kegunaan kedokteran forensik.
Penulis juga tidak melepaskan perhatiannya kepada kasus kejahatan narkotika dan psikotropika serta pengaruh alkohol dalam kedokteran forensik. Penulis mengungkap juga satu kasus besar soal narkotika yang melibatkan Zarina, sang Ratu Ekstasi. Pada bab ketiga ini, penulis tidak terlalu banyak menulis pengalamannya.

Pengalaman penulis tidak terbatas hanya pada kasus kriminal yang melibatkan orang dewasa. Penulis juga mengungkap beberapa kasus yang pernah ditanganinya dalam hal kekerasan seksual dan kejahatan terhadap anak. Dalam bab ini, penulis banyak mengungkapkan pendapatnya mengenai kasus bayi tertukar, bayi hasil dari aborsi, pedofilia. Termasuk, kasus mutilasi anak dengan modus yang sama sekali baru dimana pelaku memotong korbannya dalam beberapa bagian dan disebar di berbagai tempat.
Bab 5 ditandai dengan judul yang menyatakan kedokteran forensik sebagai “pisau” ilmiah. Namun, bab ini lebih membahas seputar hal-hal teknis dari kedokteran forensik itu sendiri. Untuk membedakannya dengan bab-bab sebelumnya. Pada bab terakhir, penulis memberikan keterangannya sekali lagi pada beberapa kasus pembunuhan, mutilasi, kematian Marsinah, hingga kematian Fathurahman Al Ghozi, tertuduh teroris yang meninggal di Filipina dan sempat membuat hubungan Jakarta-Manila menegang beberapa tahun silam.
Harus diakui bahwa tidak banyak ahli yang mampu menuliskan berbagai pengalamannya selama berkecimpung dalam satu bidang keahliannya. Adalah satu kekhususan dimana penulis mampu menuliskan beberapa kasus penting yang turut melibatkannya dalam pemeriksaan forensik. Perlu dicermati bahwa penulis menyertakan fakta-fakta yang jarang atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh publik. Saya mencermati pada kasus Munir, keterangan yang diberikan pada buku adalah sama dengan keterangan yang penulis berikan pada wawancara atau pun coverage media cetak lainnya. Dengan demikian, tidaklah terlalu salah bila buku dilabeli voice of voiceless.

Judul          : Indonesia X-Files
Penulis       : Abdul Mun'im Idries
Penerbit      : Noura Books
Tahun         : 2013
Tebal          : 359 hal.
Genre         : Memoar-Kedokteran Forensik


Halim Perdanakusuma, 26 November 2015.

Senin, 19 Oktober 2015

Ted 2: Ted is BACK!

There are no chicks with dicks, Johnny, only guys with tits.  
Ted

Courtesy: www.imdb.com
Sejak menonton seri perdana ‘Ted’, film ini sudah menyita perhatian dengan explicit content dalam ceritanya. Teddy Bear yang sangat spesial ini bukan sekedar boneka yang bisa bicara dan berinteraksi dengan manusia. Lebih dari itu, Ted kelihatan sebagai sosok manusia dalam bentuk boneka Teddy Bear yang lucu. Hanya saja, beruang lucu nan imut ini bukanlah sosok yang tepat untuk teman tidur anak-anak.

Sekuel ini menyoal personifikasi Ted. Masih diperankan oleh Seth MacFarlane, Ted dan kekasihnya, Tami-Lynn (Jessica Barth), akhirnya menikah. Setahun pertama pernikahan mereka berjalan normal. Memasuki tahun berikutnya, masalah mulai banyak mendera mereka. Serangkaian perselisihan dan cekcok adalah keseharian mereka hingga keduanya tidak saling bicara di tempat kerja.

Atas saran seorang teman, Ted berbicara mengenai keinginannya untuk memiliki seorang bayi. Sejak saat itu, keduanya mulai rukun kembali dan menjalani berbagai program demi mendapatkan keturunan. Masalah utama yang harus mereka hadapi selain Ted yang tidak memiliki penis adalah Ted dinyatakan sebagai properti, bukan sebagai manusia yang memiliki akal dan jiwa.

Courtesy: www.imdb.com
 Masalah yang pertama bisa selesai karena John (Mark Wahlberg) bisa membantu menjadi donor sperma setelah mereka gagal mendapat sperma milik Tom Brady, pemain NFL terkenal. Namun, tidak secepat itu. Ternyata, usaha yang mereka lakukan menjadi sia-sia karena tidak dibenarkan oleh undang-undang. Semua dokter yang mereka datangi menganggap Ted bukanlah manusia melainkan hanya sebuah properti sehingga tidak bisa mendapatkan donor sperma.

Atas dasar itulah mereka mengajukan tuntutan ke pengadilan agar Ted bisa mendapatkan pengakuan sebagai manusia. Usaha mereka berlanjut hingga menemukan sosok Samantha (Amanda Seyfried), pengacara yang mau membantu mereka atas dasar kesetaraan (equality). Sebelum persidangan dimulai, sudah ada konspirasi untuk memenangkan pihak tergugat dimana nanti bila Ted dinyatakan secara resmi sebagai properti, sebuah perusahaan mainan akan mengakuisisi hak ciptanya dan menjualnya ke seluruh dunia.

Ted kembali bertemu dengan musuh lamanya. Bila pembaca masih ingat di seri sebelumnya, si pengagum misterius ini hadir lagi dan menjadi bagian dari konspirator. Ted berhasil lolos dan melanjutkan persidangan lanjutan dengan mendapat bantuan dari seorang pengacara dengan reputasi meyakinkan, Patrick Meighan (Morgan Freeman). Teddy Bear memang dibuat untuk membuat bahagia semua anak-anak di dunia. Begitupun sekuel Ted ini, Ted mengalami sebuah happy ending. Ted dinyatakan sebagai manusia dan secara resmi diberikan hak-hak dan kewajiban warga negara kepadanya.

Catatan Singkat Kolumnis Dadakan

Anyway, ending semacam ini tentu mudah ditebak oleh para penggemar film. Tidak ada pula hal lain yang istimewa pada film yang dirilis tanggal 26 Juni lalu ini. Sayangnya, film ini bernasib sama seperti ‘Fifty Shades of Grey’ yang tidak tayang di Indonesia. Penikmat film khususnya penggemar Ted harus maklum karena tidak lulus sensor (menurut standar Badan Sensor Film).

Saya cukup menikmati setiap scene ‘Ted 2’. Kekonyolan tingkah laku Ted dan John Bennett adalah hiburan tersendiri bagi setiap penggemar Ted. Hal itu semakin menjadi-jadi kala Samantha si pengacara juga adalah penikmat ganja sehingga mereka bisa menikmatinya bersama-sama.

And you know what, jangan menonton film ini bersama anak di bawah umur. Saya khawatir mereka akan dewasa sebelum waktunya.


Judul           : Ted 2
Sutradara    : Seth MacFarlane
Cast            : Mark Wahlberg, Jessica Barth, Seth MacFarlane, Amanda Seyfried, Morgan Freeman
Durasi        : 115 menit
Tahun         : 2015
Produksi     : Universal Pictures
Genre         : Komedi Dewasa


Sentul, 27 Juli 2015.

Senin, 14 September 2015

Dekade Kejayaan Luftwaffe



28 Juni 1919, Jerman resmi menandatangani Perjanjian Versailles yang disusun oleh negara-negara Sekutu pemenang Perang Dunia I. Perjanjian ini mengharuskan Angkatan Udara Jerman dibubarkan dan peralatannya dihancurkan. Suatu harga mahal yang harus dibayar setelah satu perang yang menghasilkan pilot-pilot tempur dengan kemenangan terbanyak dan mendominasi berbagai front pertempuran. Juga diperkenalkannya pesawat pemburu pertama yang memiliki senjata yang dapat menembak melalui baling-baling.

Luftwaffe dulunya adalah Die Fliegertruppen des Deutschen Kaisserreichs (Jawatan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jerman) yang disingkat Fliegertruppe. Pada Oktober 1916, namanya berubah menjadi Deutsche Luftstreitkräfte, Angkatan Udara Jerman. 

Selama Perang Dunia I, AU Jerman meraih nama harum dengan menggunakan pesawat-pesawat pemburu Albatros dan Fokker lalu menghasilkan para ace termasyhur. Diantaranya adalah Manfred von Richtofen, Ernst Udet, Oswald Bölcke, Werner Voss, Max Immelman, dan Hermann Göring. Beberapa diantara mereka pun sempat menjadi petinggi Luftwaffe. Luftstreitkräfte juga menggunakan pesawat pembom Gotha dan kapal udara Zeppelin untuk membom Prancis, Belgia, dan Inggris. 

Setelah kalah perang, AU Jerman dibubarkan pada 8 Mei 1920. Seluruh pesawat terbang militer Jerman dihancurkan. Keadaan demikian menimbulkan kemarahan pada awak penerbang tempur Jerman. 

Keadaan itu tetap berlangsung hingga Hitler merebut kekuasaan dan naik tahta. Hitler melihat nilai lebih Hermann Göring, pengikut setianya itu. Seorang ace perang dengan Pour le Merite. Hitler kemudian memberi Göring kekuasaan yang besar. Pada tahun 1933, Göring menjadi pemimpin Reichluftfahrtministrium (RLM), Kementerian Udara Reich.

Kendati masih terikat dengan Perjanjian Versailles, sebuah departemen penerbangan disusun secara rahasia dan dilatih sebagai bagian dari Angkatan Darat. Sekutu kemudian mencabut larangan pembuatan pesawat terbang sipil pada 3 Mei 1922. Dengan demikian, Jerman kembali memproduksi sejumlah pesawat seperti Dornier, Heinkel, Junkers, Arado, dan Messerschmitt. Keberadaan Luftwaffe tidak dibuka kepada dunia hingga Maret 1935 dan disamarkan sebagai Kementerian Udara. 

Messerschmitt Bf-109. Courtesy: www.promare.co.uk

Luftwaffe mendapatkan misi pertamanya ketika Perang Saudara Spanyol pecah pada bulan Juli 1936. Kesempatan ini dijadikan ujian bagi peralatan, personil, maupun teori militer mereka. Hitler mengirim bantuan untuk pasukan pemberontak sayap kanan pimpinan Jenderal Franco. Korps sukarelawan Luftwaffe itu dinamakan Legiun Kondor. 

Perang di Spanyol itu memberikan pelajaran berharga bagi Luftwaffe. Teknik formasi terbang longgar, nilai pemboman tepat dengan menukik, dan efek pemboman karpet dicatat dan digunakan kembali ketika Perang Dunia II pecah.

Luftwaffe turun dalam medan perang sesungguhnya pada saat Reich menyerbu Polandia lewat serangan Blitzkrieg, 1 September 1939. Serangan itu sebenarnya menimbulkan kerugian besar karena Luftwaffe kehilangan 285 pesawat dan 279 lainnya rusak. Walaupun begitu, reputasi kehebatan mereka di udara tidak lantas pudar. Prancis dan Inggris pun tidak berani melawan sekalipun telah menyatakan perang. 

April 1940 Reich menyerang Skandinavia dengan sasaran Denmark, Norwegia, dan Swedia. Dominasi Luftwaffe membuat mereka leluasa menyerang armada sekutu. Selanjutnya, invasi berlanjut ke Prancis dan negara-negara rendah. 

Usai takluknya Prancis, Hitler makin bersemangat menyerbu Inggris. Inggris sendiri memang khawatir serangan Luftwaffe dapat meruntuhkan pertahanan udara mereka. Dengan kekuatan yang ada, Royal Air Force masih mampu menahan serangan Luftwaffe.

Junkers Ju-87 Sturzkampfflugzeug "Stuka". Courtesy: www.homebuiltairplanes.com

Selain bertempur di Front Barat, Hitler juga membuka wilayah pertempuran lainnya yaitu di Afrika Utara dan Rusia. Hitler dan sekutunya, Mussolini, berusaha merebut koloni Inggris dan Prancis di Afrika Utara dan Laut Tengah. Pertempuran yang kelak jadi masalah bagi pertempuran di Front Timur menghadapi Tentara Merah Stalin. 

Dengan jumlah armada pesawat tempur yang berkurang Jerman tidak lantas meningkatkan kapasitas produksinya. Mereka menghasilkan pesawat dengan jumlah yang sama seperti di masa damai. Berbeda dengan Inggris yang langsung menggenjot produksi hingga titik maksimal. Faktor inilah yang kemudian menyebabkan gagalnya Luftwaffe memberikan bantuan optimal bagi Wehrmacht dalam merebut Stalingrad dan Moskow. 

Pertahanan udara Jerman sendiri sangat rapuh dengan keadaan tersebut. Insting Hitler yang hanya mengandalkan perhitungannya semaa terbukti gagal menyelamatkan Berlin dari serbuan pesawat tempur Sekutu.  Kendati pesawat tempur bermesin jet telah diperkenalkan hal itu tidak banyak membantu. Kebijakan Hitler yang menginginkan banyak pesawat pembom menyebabkan produksi pesawat pemburu model baru tidak mencapai kapasitas yang seharusnya. Hitler kemudian menyadarinya namun semua sudah terlambat. Jerman diambang kekalahan. 

Bulan Mei 1945 yang tersisa dari sebuah kekuatan udara modern pada zamannya hanyalah rongsokan pesawat terbang yang bertebaran di berbagai lapangan terbang di Jerman. Luftwaffe dibubarkan pada tahun 1946. Luftwaffe dibangun kembali ketika Angkatan Perang Republik Federal Jerman disiapkan pada medio 1950-an untuk menghadapi konflik model baru. Perang Dingin. 

Sebagai bagian serial sejarah Perang Dunia, buku ini cukup komprehensif dalam menyajikan peristiwa perang yang melibatkan Luftwaffe. Didukung dengan daftar pustaka yang lengkap. Beberapa gambar dan ilustrasi dalam buku pun bersumber dari referensi yang relevan. 

Tinjauan mengenai kekuatan armada Luftwaffe pun disajikan secara lengkap dan detail. Tidak saja hanya pesawat-pesawat pemburu dan pembom legendaris seperti Dornier Do-17, Junkers Ju-52/3m, Junkers Ju-87 Sturzkampfflugzeug 'Stuka', Heinkel He-111, Messerschmitt Bf-109, Bf-110C4, 

Kisah-kisah lain seputar personil operasi Luftwaffe pun menjadi nilai lebih tersendiri. Terutama ketika menemukan fakta bahwa ada sebuah kebajikan dalam perang. Ketika itu, pesawat pembom Sekutu dikawal keluar medan pertempuran oleh pesawat pemburu Luftwaffe. Hingga kedua pilot pesawat meninggal, mereka tetap bersahabat. 

Buku ini hadir untuk melengkapi khazanah pengetahuan mengenai sejarah perang. Khususnya, Perang Dunia II. Selebihnya, buku ini pun dapat menjadi ensiklopedia mini tentang kehebatan dan kejayaan sebuah Angkatan Udara, sejak kemunculannya hingga batas nasib yang mampu dicapainya.


Judul        : Luftwaffe: Kisah Angkatan Udara Jerman Nazi 1935-1945
Penulis     : Nino Oktorino
Penerbit   : Elex Media Komputindo
Tebal        : 238 hal.
Tahun       : 2013
Genre       : Sejarah-Militer


Dharmawangsa, 29 Juni 2015.