Senin, 30 November 2015

Catatan Seorang Ahli Forensik

Kebenaran, sedalam apapun disembunyikan ia akan menampakkan dirinya. Kesan itulah yang saya dapat dari pembacaan buku ahli forensik yang sangat berpengalaman mengolah berbagai kasus besar di Indonesia. Saya kagum, bahwa dengan kesibukannya beliau masih mampu menuliskan pengalamannya menangani kasus-kasus besar. Sebut saja Tragedi Trisakti dan Tragedi Semanggi. Lagi, mengenai kasus kematian aktivis HAM, Munir. Usaha beliau dalam menyibak fakta-fakta tersembunyi patut diacungi jempol dan diapresiasi setinggi-tingginya, ditengah usaha pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyembunyikannya.



Buku ini dibuka dengan pengantar dari pengacara kondang (yang kini tersandung kasus) O. C. Kaligis dan kriminolog Adrianus Meliala. Pendapat mereka sangat membantu dalam pembacaan kisah-kisah penulis karena dapat menjembatani pengalaman awam pembaca terhadap penulis. Penulis sendiri dengan pengalaman yang cukup panjang dalam berkiprah di bidang kedokteran forensik menyuguhkan tulisan-tulisan yang logis, ilmiah, dan faktual.
Menarik untuk menyimak penuturan penulis pada bab pertama. Penulis mengungkapkan berbagai temuannya seputar tragedi Semanggi, kematian aktivis buruh Marsinah, keanehan seputar peristiwa meninggalnya Bung Karno, hingga tragedi penembakan Nasruddin dan misteri dibalik meninggalnya aktivis HAM, Munir. Beliau menulis banyak soal kejanggalan-kejanggalan dan fakta tersembunyi dalam semua kasus tersebut. Ada banyak temuan-temuan yang faktual namun entah bagaimana mereka tidak pernah tersampaikan atau tampil menghiasi media massa. Dengan begitu, hilangnya nyawa dan selesainya kasus berhenti pada kesimpulan sementara semata. Tanpa mengindahkan fakta-fakta yang menyebabkan terjadinya kejadian-kejadian tersebut.
Memasuki bab selanjutnya, penulis menghadirkan sekelumit kisah tentang keterlibatan bidang kedokteran forensik dengan perkara kepolisian. Penulis agaknya sengaja membuat pendekatan yang lebih ilmiah agar peran kedokteran forensik dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar dan masuk akal dalam mengungkapkan satu kasus kejahatan/kriminal atau kecelakaan. Penulis mengambil contoh kasus dari beberapa kejadian penting yang melibatkan kasus kematian karena penembakan, ledakan, dan kecelakaan pesawat. Pada bab kedua ini, penulis lebih memberikan penekanan terhadap manfaat dan kegunaan kedokteran forensik.
Penulis juga tidak melepaskan perhatiannya kepada kasus kejahatan narkotika dan psikotropika serta pengaruh alkohol dalam kedokteran forensik. Penulis mengungkap juga satu kasus besar soal narkotika yang melibatkan Zarina, sang Ratu Ekstasi. Pada bab ketiga ini, penulis tidak terlalu banyak menulis pengalamannya.

Pengalaman penulis tidak terbatas hanya pada kasus kriminal yang melibatkan orang dewasa. Penulis juga mengungkap beberapa kasus yang pernah ditanganinya dalam hal kekerasan seksual dan kejahatan terhadap anak. Dalam bab ini, penulis banyak mengungkapkan pendapatnya mengenai kasus bayi tertukar, bayi hasil dari aborsi, pedofilia. Termasuk, kasus mutilasi anak dengan modus yang sama sekali baru dimana pelaku memotong korbannya dalam beberapa bagian dan disebar di berbagai tempat.
Bab 5 ditandai dengan judul yang menyatakan kedokteran forensik sebagai “pisau” ilmiah. Namun, bab ini lebih membahas seputar hal-hal teknis dari kedokteran forensik itu sendiri. Untuk membedakannya dengan bab-bab sebelumnya. Pada bab terakhir, penulis memberikan keterangannya sekali lagi pada beberapa kasus pembunuhan, mutilasi, kematian Marsinah, hingga kematian Fathurahman Al Ghozi, tertuduh teroris yang meninggal di Filipina dan sempat membuat hubungan Jakarta-Manila menegang beberapa tahun silam.
Harus diakui bahwa tidak banyak ahli yang mampu menuliskan berbagai pengalamannya selama berkecimpung dalam satu bidang keahliannya. Adalah satu kekhususan dimana penulis mampu menuliskan beberapa kasus penting yang turut melibatkannya dalam pemeriksaan forensik. Perlu dicermati bahwa penulis menyertakan fakta-fakta yang jarang atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh publik. Saya mencermati pada kasus Munir, keterangan yang diberikan pada buku adalah sama dengan keterangan yang penulis berikan pada wawancara atau pun coverage media cetak lainnya. Dengan demikian, tidaklah terlalu salah bila buku dilabeli voice of voiceless.

Judul          : Indonesia X-Files
Penulis       : Abdul Mun'im Idries
Penerbit      : Noura Books
Tahun         : 2013
Tebal          : 359 hal.
Genre         : Memoar-Kedokteran Forensik


Halim Perdanakusuma, 26 November 2015.

Tidak ada komentar: