Minggu, 05 Februari 2012

9 dari Nadira




Bagaimanakah hubungan antara masa lalu dengan masa kini yang menghadirkan gejolak dalam diri seseorang?

Catatan Seorang Kritikus Dadakan

Agak sedikit mengusik ketika membaca 'perdebatan' antara yang mengelompokkan buku ini kedalam kumpulan cerpen dan yang satunya lagi kedalam novel. Perdebatan memang tidak dapat dihindarkan dalam penafsiran buku ini mengingat keunikannya. Memang lumayan mengejutkan ketika mendapatkan kembali sebuah cerpen yang pernah tampil sendiri sebagai sebuah cerpen lalu kemudian menjadi bagian dalam buku ini. Dari situlah saya sedikit memahami isu-isu yang menjadi bahan 'perdebatan' terutama mengenai batasan-batasan antara novel dan kumpulan cerpen.

Apabila 9 Dari Nadira ini dikelompokkan ke dalam genre bacaan sebagai kumpulan cerpen maka tak ada salahnya. Karena, dari bentuknya kesemua cerita disajikan seperti tulisan cerpen pada umumnya. Sedangkan, bila pembaca ingin menganggap buku ini sebagai novel maka hal itu sah-sah saja. Jalinan cerita memang menyajikan suatu sekuensial yang mengikat keseluruhan fragmen cerita.

Bagi saya pribadi, agaknya karya dari Leila S. Chudori ini menjadi semacam refleksi atas kehidupan pribadi penulisnya. Potret kehidupan seorang jurnalis berhasil digambarkan sedemikian rupa lengkap dengan berbagai konflik dan pertentangan antar tokoh. Entah itu terjadi pada Nadira  dengan orang lain maupun dirinya sendiri. Sehingga tidak berlebihan bila berbagai macam situasi yang mungkin pernah dialami dan dirasakan sendiri oleh penulisnya mampu menghasilkan fragmen-fragmen yang kemudian berpadu menjadi satu kumpulan karya yang mengagumkan dan eksepsional.

Judul: 9 Dari Nadira
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun: 2009
Tebal: xi + 270 hal.
Genre: Kumpulan Cerita

 
Pharmindo-Teluk Buyung-Medan Merdeka Barat, September 2011-Januari 2012.

Tidak ada komentar: