Selasa, 14 September 2010

Malam Terakhir

Tarawih malam terakhir semalam tadi hanya menyisakan sepi dalam balutan kantuk yang semakin menjadi. Dalam 11 rakaat yang entah masih ada pahalanya atau malah nilainya tergerus kantuk itu sendiri.

Tuhanku, apalah yg sudah kulakukan untukmu di Ramadhan yang kesekian kalinya ini? Adakah setiap huruf dalam lantunan ayat-ayat itu bernilai pahala seperti yang telah kau janjikan?

Tuhanku, Ramadhanku kali hanya berisi keyakinan semu. Khattam pun tak mampu. Masih terhenti di deretan ayat An-Nisa. Masihkah ada nilainya bila semua itu menuju padaMu?

Tuhanku, aku berharap semua kelakuanku di RamadhanMu yang akan segera berlalu ini tidak lantas menambah dukaMu yang abadi. Entah harus berapa lafadz maaf harus terucap ke haribaanMu.

Tuhanku, RamadhanMu akan segera berlalu meninggalkan kami yang tertatih menuju ridhoMu. Tiada lain yang kami inginkan selain umur untuk kembali menyambut Ramadhan yang akan datang. Supaya kami bisa semakin menata diri dan berkaca atas segala kealpaan kami terhadapMu.

Tuhanku, diantara bulir-bulir hujan yang semisal dosa kami, kami serahkan kembali padaMu. Asalkan Engkau sedang tidak marah, apapun yang terjadi kami tidak peduli. Kami terimakan dan ridho atas segala keputusanMu.

Tuhanku, maafkan kami yang terlalu lancang untuk selalu mengemis dan meminta supaya doa-doa kami tidak menggantung di langitMu yang maha luas tak terkira. Maka, Ya Allah perkenankan kami (yang tak layak untuk surgaMu ini) untuk sekedar menikmati kesucian di awal bulan Syawal, yang sesungguhnya kami pun malu untuk menyambut hari kemenangan besok.

Tuhanku, di senja yang mendung ini, di ambang Syawal nan fitri, perkenankanlah kami untuk kembali pada kesucian. Seraya menyebut namaMu yang agung, mengumandangkan takbir penuh haru, sambil mengucap selamat jalan Ya Ramadhan. Mudah-mudahan, Engkau masih berbaik hati supaya kami bisa menyambutnya kembali. Barakallahi wa lakum.



Pharmindo, 09 September 2010. 17:55

Tidak ada komentar: