ku terantuk wajah sayu... hari itu bukan sabtu...*
Hari pertama di SMP adalah sebuah kejutan. Berangkat pagi-pagi menuju Jalan Semar. Yang istimewa, teman-teman rumah yang juga kakak kelas ikut nyamper ke rumah. So, we have a walk together dan berpisah di gerbang sekolah. Seperti biasa, ritual pagi itu dimulai dengan bertemu dan berkumpul kembali dengan kawan-kawan SD. Bersama-sama melirik setiap jendela kelas barangkali ada nama masing-masing disana. Tak lama kemudian, kami harus menyadari bahwa ada sebagian dari kami yang tidak akan bersama lagi.
Kalau saya bilang hari pertama itu adalah kejutan maka itu pun tak terlalu salah. Saya bertemu dengan banyak kenalan baru. Sekalipun begitu, dibenak saya masih terbayang wajah E dan A. Kejutan lainnya, saya pingsan pada saat upacara bendera. Entah karena masuk angin padahal sudah sarapan, saya tumbang. Seketika pemandangan disekeliling saya berubah. Ada banyak kunang-kunang. Mirip seribu kunang-kunang di Manhattan**.
Saya tiba-tiba jadi pusat perhatian. Beruntunglah saya karena saya bisa siuman secepatnya. Ketika sepasang mata menoleh, meninggalkan tanya pada sejumput asa. Saya memulai hari pertama sekolah dengan kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Tetapi, saya sadari bahwa kemudian hal itu justru membuat saya jadi pusat perhatian dan bahan obrolan. Sehingga, saya dengan mudah dikenal oleh banyak orang. Kalau waktu itu sudah ada twitter, barangkali pingsannya saya akan jadi trending topic.
Memulai hari pertama dengan perasaan yang tidak menentu membuat saya sedikit malu. Dengan kepolosan anak ingusan saya berhasil melewati hari itu dengan baik. Punya banyak kawan baru dan juga dikenal guru-guru. Dasar anak ingusan, saya pun tidak melewatkan momen-momen untuk sekedar ngeceng anak baru. Sebagai sesama murid baru, hal itu belum dilarang lho oleh Depdikbud.
Ada banyak wajah. Wajah tanpa nama. Mengusik rasa. Hanya ingin sekedar tahu. Terima kasih untuk kesan yang tertinggal.
Paninggilan, 12 Juli 19.25
* dari lirik lagu "Bukan Sabtu", dinyanyikan oleh Kahitna, Album Sampai Nanti (1998)
**dari judul kumpulan cerpen Umar Kayam,”Seribu Kunang-kunang di Manhattan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar