Jumat, 16 Juli 2010

Jemputan Pak Tata (Cinta Monyet #5)

Kalau saja Pak Tata tidak menarik jemputan sambil pulang-pergi mengajar mungkin tidak akan ada cerita. Cerita tentang R, perempuan lain yang selalu ada di Hijet abu-abu itu. Pak Tata, guru Fisika, yang nanti akan segera menjelma jadi tokoh dengan gelar Pak Dollar rupanya cukup tahu siapa saja orang yang bisa ikut mobilnya. Tentu saja, anak-anak kolega dan tetangga. Ketika itu pula saya menyadari bahwa R tinggal tidak jauh dari rumah saya.

Singkat cerita, kadang-kadang sambil menunggu angkot, jemputan sialan itu lewat. Kadang juga, beberapa anak laki-laki manja yang ikut jemputan itu meneriaki kami. Tentu saja kami balas ulah mereka sambil memberi salam pada perempuan-perempuan di dalam lewat lambaian tangan. Suatu tindakan bodoh yang nantinya akan saya sesali. Terlalu bodoh rasanya kalau hanya untuk menunggu kesempatan setiap jemputan lewat dan memberi salam.


Bajai pasti berlalu, begitupun jemputan Pak Tata. Rasanya tidak pernah ada kesempatan untuk sekedar ngobrol sepulang sekolah dengan anak-anak jemputan. Tanpa terasa saya semakin penasaran dengan R dan selalu mencoba untuk mengaguminya. Akibat tindakan bodoh itu pula saya terperangkap dalam suatu keadaan yang tidak pernah saya sadari.

Suatu siang, sebelum dentang bel sekolah, N memanggil saya yang kebetulan lewat samping mobil Pak Tata sehabis dari kantin. “Anggi, kamu sukanya sama P atau G?”, kurang lebih begitulah pertanyaan dari N. FYI, P bukan anak jemputan Pak Tata tetapi G yang justru ikut jemputan dan mereka berdua sekelas. Perlu pembaca ketahui juga bahwa saat itu mereka berdua naksir saya pada saat yang bersamaan.

Di balik jemputan Pak Tata, saya hanya menjawab sambil berlalu dan tersenyum tanpa jawaban meninggalkan N dan P. Terus terang, saya kaget karena mengapa harus P dan G bukannya R. Sorenya, N masih bertanya pertanyaan yang sama. Kalau waktu itu saya tahu G akan berubah seperti saat ini tentu saya akan jawab G. Tetapi, tidak ada yang tahu perubahan itu kapan terjadi. Saya masih berlalu dan menganggap itu pertanyaan tidak penting.

Padahal, kenyataannya saya malah menutupi perasaan saya yang masih dongkol. Saya mengingkari kenyataan bahwa ada dua orang perempuan menaksir saya pada saat yang bersamaan. Saya tidak punya jawaban untuk mereka berdua. Lagipula, ini bukan pilihan ganda, yang bisa saja R jadi pilihan ketiga atau keempat.



Paninggilan, 16 Juli 2010. 01.57



Tidak ada komentar: